Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Terungkap, Ternyata Ini Alasan Brenton Tarrant Tembaki Jamaah Salat Jumat di Selandia Baru

Seorang pria bernama Brenton Tarrant melakukan aksi brutal dengan menembaki muslim di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Editor: Indry Panigoro
kolasetribunmanado.co.id/ist
Terungkap, Ternyata Ini Alasan Brenton Tarrant Tembaki Jamaah Salat Jumat di Selandia Baru 
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang pria bernama Brenton Tarrant melakukan aksi brutal dengan menembaki muslim di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Alasan penembakan itu pun akhirnya terungkap.

Diketahui, Brenton Tarrant menembaki puluhan muslim yang sedang melaksanakan salat Jumat di Masjid Al Noor dan masjid lain di Linwood Avenue.

Tragedi tersebut menyebabkan 49 orang tewas dan 20 orang lainnya mengalami luka-luka. 

Alasan Tarrant untuk melakukan serangan brutal itu adalah untuk memusnahkan imigran yang dianggapnya penjajah karena 'merebut' tanah yang awalnya ditempati ras kulit putih.

Baca: Alasan Brenton Tarrant Melakukan Penembakan di Masjid Selandia Baru

Baca: Penembakan di Masjid Selandia Baru, 49 Tewas, Seorang WNI Kritis

Baca: Siapakah Brenton Tarrant, Pelaku Penembakan Masjid di Selandia Baru? Berikut 7 Fakta tentang Dia

 

"Menunjukkan kepada penjajah bahwa tanah kami (orang kulit putih) tidak akan pernah menjadi tanah mereka, tanah air kita adalah milik kita sendiri dan bahwa, selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kami dan mengganti orang-orang kami ” tulisnya dalam sebuah manifesto yang diunggahnya di akun Twitter, seperti dikutip, news.com.au.

Akun pria asal Grafton Australia ini kini telah dihapus oleh pihak Twitter.

Brenton Tarrant pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru,  Jumat (15/3/2019)
Brenton Tarrant pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) (news.com.au)

Tarrant mengungkapkan dia telah merencanakan serangan tersebut hingga dua tahun, lalu memutuskan di Christchurch tiga bulan lalu.

Dia mengatakan Selandia Baru bukan pilihan pertamanya untuk menyerang.

Tapi menjelaskan Selandia Baru sebagai "target yang kaya akan suasana yang sama seperti di tempat mana pun di Barat".

"Penyerangan di Selandia Baru akan memusatkan perhatian pada kebenaran serangan terhadap peradaban kami, tidak ada tempat di dunia ini yang aman, para penyerbu berada di semua tanah kami, bahkan di daerah-daerah terpencil di dunia dan tidak ada tempat yang aman dan bebas dari imigrasi," tulis Tarrant dalam menifesto itu.

Ia mengklaim melakukan aksinya mewakili 'jutaan orang Eropa dan bangsa-bangsa etno-nasionalis lainnya.

"Kita harus memastikan keberadaan rakyat kami dan masa depan anak-anak kulit putih." katanya.

Pelaku menggambarkan serangan itu sebagai tindakan "balas dendam" pada penjajah atas ratusan ribu kematian yang disebabkan oleh penjajah asing di tanah Eropa sepanjang sejarah.

 

Ia juga ingin membalaskan perbudakan jutaan orang Eropa yang diambil dari tanah kelahiran mereka untuk menjadi "budak Islam" dan untuk ribuan nyawa Eropa yang hilang karena serangan teror di seluruh tanah Eropa.

Dia juga mengatakan penembakan itu untuk membalas dendam atas kematian Ebba Akerlund, anak berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan teror 2017 di Stockholm.

Lebih jauh ke bawah dalam manifesto, Tarrant menggambarkan serangan Stockholm sebagai "peristiwa pertama" yang menginspirasinya untuk melakukan serangan tersebut.

“Kematian Ebba di tangan para penjajah, penghinaan atas kematiannya yang kejam dan ketidakmampuan saya untuk menghentikannya memukul saya sendiri seperti palu godam. Saya tidak bisa lagi mengabaikan serangan itu. " tulisnya.

Dia mengatakan serangan itu juga terinspirasi dari perjalanan yang dia lakukan ke Prancis pada 2017.

“Selama bertahun-tahun saya telah mendengar dan membaca tentang invasi Prancis oleh orang-orang non-kulit putih, banyak dari rumor dan cerita yang saya yakini berlebihan, diciptakan untuk mendorong narasi politik.

“Tetapi begitu saya tiba di Prancis, saya menemukan kisah-kisah itu tidak hanya benar, tetapi juga sangat terbukti. Di setiap kota Prancis, di setiap kota Prancis, ada para penjajah ada di sana. ”

Tarrant mengatakan dia tidak merasa menyesal atas serangan itu.

"Saya hanya berharap saya bisa membunuh lebih banyak penjajah, dan lebih banyak pengkhianat juga."

Dia juga mengatakan ada "komponen rasial untuk serangan itu" dan menggambarkannya sebagai "anti-imigrasi" dan "serangan atas nama keanekaragaman" .

Dia juga mengatakan dia akan mengaku tidak bersalah jika dia selamat dan pergi ke pengadilan.

Seperti diberitakan sebelumnya Tarrant menyerang jemaah Masjid Al Noor itu ketika mereka menunaikan Salat Jumat, dan dilaporkan menyiarkan aksinya di Facebook.

Masjid di Deans Aveneu, Christchurch, Selandia Baru.
Masjid di Deans Aveneu, Christchurch, Selandia Baru. (theguardian.com (Google Maps))

Selain di Masjid Al Noor, penembakan juga terjadi di Masjid Linwood yang berjarak sekitar lima km, dan menewaskan hingga 49 orang.

Polisi Selandia Baru menyatakan mereka menangkap empat orang, terdiri dari tiga pria dan satu perempuan, beberapa jam setelah penembakan.

Di mobil yang dinaiki oleh keempat terduga teroris tersebut, polisi berujar terdapat bom rakitan yang langsung dinetralkan militer.

Seorang Pemuda Rebut Senjata Tarrant

Seorang saksi mata yang selamat dari serangan teroris di masjid Selandia Baru menceritakan bagaimana seorang pemuda mencoba menghadapi pelaku dan merebut senjatanya.

Syed Mazharuddin menjadi korban selamat dalam penembakan di masjid Linwood, satu dari dua masjid di Christchurch yang diserang pada Jumat (15/3/2019).

Mazharuddin mengatakan langsung mencari tempat berlindung setelah mendengar suara tembakan. Dia dapat merasakan bagaimana penembakan terjadi sangat dekat.

"Orang-orang ketakutan dan mereka berteriak. Saya mencoba mencari tempat berlindung," ujarnya, dikutip The New Zealand Herald.

"Saat saya berlindung, saya melihat seorang pria memasuki masjid. Saat itu ada sekitar 60-70 orang." "Setelah tiba di dekat pintu masuk, dia mulai melepaskan tembakan," tuturnya.

Mazharuddin mengatakan, teroris itu menggunakan pelindung tubuh dan menembak secara membabi buta.

Kemudian dia mengatakan, seorang pemuda dari dalam masjid mencoba menyerang pelaku.

"Pemuda itu yang biasanya mengurus masjid... dia melihat kesempatan dan menerjang pelaku dan merebut senjatanya," kata Mazharuddin.

"Pemuda itu lantas mencoba mengejar pelaku yang melarikan diri.. dia berlari di belakangnya, tetapi sudah ada beberapa orang yang menunggu pelaku di mobil dan dia melarikan diri," tambahnya.

Mazharuddin mengatakan, teman-temannya ada yang tertembak di bagian dada dan juga kepala. Salah seorang di antaranya dia lihat masih hidup setelah kejadian, namun dia banyak mengeluarkan darah.

"Saya berlari keluar saat polisi datang dan mereka tidak membiarkan saya kembali masuk ke dalam, sehingga saya tidak dapat memastikan kondisi teman saya," ujarnya.

"Ada sekitar setengah jam lebih sebelum ambulans tiba dan saat itu saya berpikir teman saya pasti sudah meninggal," imbuhnya.

Teror terjadi di dua masjid di Selandia Baru, Jumat (15/3/2019), yakni di masjid Al-Noor dan masjid Linwood. Kedua masjid berjarak sekitar lima kilometer.

Korban tewas di kedua lokasi serangan dilaporkan mencapai setidaknya 49 orang, menjadikan insiden ini pembunuhan massal terburuk di Selandia Baru selama lebih dari tujuh dekade. (Kompas.com/TribunWow.com/Ekarista)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Alasan Brenton Tarrant Tembaki Muslim di Selandia Baru, Rencanakan Aksi Brutal Sejak Dua Tahun Lalu,

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved