Sulawesi Utara
Puteri Indonesia Lingkungan 2019 Dinilai Keliru soal Manguni: Jangan Ikut Kampanyekan Eksploitasi
Jolene Marie Cholock Rotinsulu, Putri Indonesia Lingkungan 2019 keliru memposting tentang burung Manguni di akun Instagramnya @joleneemarie.
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Jolene Marie Cholock Rotinsulu, Puteri Indonesia Lingkungan 2019 dinilai keliru mengunggah tentang burung Manguni di akun Instagramnya @joleneemarie.
Dalam postingan yang diunggah pada 14 Februari 2019 tersebut, Jolene yang adalah Puteri Indonesia Sulawesi Utara berpose dengan seekor burung di pundaknya, lengkap dengan selempang Puteri Indonesia Sulut.
Lokasi foro tersebut di Bukit Kasih Kanonang, Minahasa.
Dalam foto tersebut, Jolene menulis keterangan:
Menurut saya, Burung Manguni adalah burung yang mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat Minahasa, terbukti dengan kental dieratkannya Burung Manguni sebagai perlambang Minahasa hingga detik ini.
Burung yang dikenal dengan nama lain burung "Ot" atau burung "Totosik" ini dianggap suci oleh para leluhur Minahasa dan dipercaya merupakan sebagai pembimbing, pembawa kabar baik dan perantara masyarakat Minahasa dengan Tuhan Yang Maha Esa atau Opo Empung.
Untuk yang ingin mampir melihat keindahan Burung Manguni ini dari dekat, bisa langsung menuju Bukit Kasih yang bertempat di Desa Kanonang, Sulawesi Utara.
Baca: Daftar Pemenang Puteri Indonesia 2019, Wakil Sulut Jolene Marie Cholock Rotinsulu jadi Runner Up I
Ternyata burung dalam foto Puteri Indonesia Lingkungan 2019 ini bukan Manguni.
Burung tersebut adalah burung hantu jenis Sulawesi Masked Owl atau nama latinnya Tyto rosenbergii.
Banyak orang mengira, Tyto rosenbergii adalah Manguni atau nama latinnya Otus manadensis.
Burung yang dalam kepercayaan warga Minahasa adalah burung terhormat.
Manguni tak masuk dalam keluarga burung hantu. Ukuran Manguni jauh lebih kecil dari Tyto rosenbergii.
Jika ingin melihat rupa Manguni, lihatlah pembungkus obat nyamuk bakar bermerek Manguni, yang melegenda itu. Sama persis dengan aslinya.
Dalam postingan Instagram tersebut, sejumlah akun mengkritisinya.
Akun Tamporok misalnya, yang menulis "Burung Manguni akan lebih indah jika tak ditangkap, difoto dan dipenjara di dunia terang. Karena Manguni hidup di malam hari. Save Manguni Indonesia,".

Meski akun ini masih salah soal jenis burung di foto, namun dia telah menyuarakan jangan ada eksploitasi atas burung ini.
Tyto rosenbergii adalah hewan yang beraktivitas di malam hari, siang adalah waktu mereka tidur.
Namun, kehidupan mereka berbalik 180 derajat ketika sudah berada di tangan warga penjual jasa foto langsung cetak dari Kanonang, Minahasa.
Para penjulan jasa ini menyebar di sejumlah tempat wisata.
Burung lucu dan imut ini dipaksa bekerja di siang hari demi pundi-pundi rupiah tuannya.
Hingga bulunya rontok, tak bergairah, hingga waktunya dikandangkan, bahkan mati.
Peneliti burung dari Wildlife Conservation Society, Iwan Honuwu memastikan burung-burung yang mendampingi penjual jasa foto langsung cetak tersebut adalah Tyto rosenbergii atau lebih dikenal Sulawesi Masked Owl.
Burung ini adalah spesies burung hantu dalam family Tytonidae.
Burung ini endemik di Pulau Sulawesi, Sangihe dan Kepulauan Banggai. Iwan sangat menyayangkan adanya eksploitasi pada burung ini.
“Karena sebenarnya burung ini adalah burung malam. Aktifitasnya di malam hari, termasuk mencari makan. Siang hari harusnya dia istirahat, tidur, tapi dipaksa untuk aktif,” ujarnya.
Penggiat lingkungan dari Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi Alam (Yapeka), Agustinus Wijayanto mengatakan Tyto rosenbergii memang belum masuk dalam daftar jenis yang dilindungi dalam PP Nomor 7 Tahun 1999. Burung ini sebagai pengontrol hama seperti tikus.
Jika banyak diburu ini akan berdampak pada peningkatan populasi tikus yang juga berdampak pada hasil pertanian warga seperti padi, umbi-umbian dan palawija.
“Burung hantu sejenis Tyto rosenbergii ini sebenarnya bisa dikembangbiakkan dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat," katanya
"Sehingga burung ini tidak punah di kemudian hari. Di Jawa sudah ada penangkaran burung hantu. Kita mendesak semua pihak agar ikut peduli dengan satwa liar dengan tidak mengeksplotasinya,” tambahnya
(Tribunmanado.co.id/Finneke Wolajan)
Disclaimer: Tribunmanado.co.id masih menghubungi Jolene Marie Cholock Rotinsulu
BERITA POPULER:
Baca: Prostitusi Waria di Manado, Digemari Kaum ABG hingga Terungkap Tarif dan Alasannya
Baca: Pelakor di Manado Ini Minta si Pria Bawa Istri Sahnya ke Rumah Sakit Jiwa: Tamo Bunung pa Ngana Yudi
Baca: Lihat Ada yang Aneh di Kamar Mandi, Istri Tukang Ojek Ini Kaget Saat Tahu Ada Putri dan Suaminya
TONTON JUGA: