Prostitusi Waria
Prostitusi Waria di Manado, Digemari Kaum ABG hingga Terungkap Tarif dan Alasannya
Keberadaan prostitusi waria di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara ( Sulut) bukan lagi rahasia bagi masyarakat.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Keberadaan prostitusi waria di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara ( Sulut) bukan lagi rahasia bagi masyarakat.
Sejumlah tempat di Kota Manado menjadi lokasi mangkal para waria menjajakan diri mereka.
Ada permintaan, ada barang. Hukum ekonomi itu berlaku pula di dunia Waria.
Banyaknya peminat membuat praktek prostitusi Waria jalan terus di Kota Manado.
Prostitusi Waria terpantau di Taman Kesatuan Bangsa, Jalan Dotu Lolong Lasut serta sekitaran Pekuburan Borgo.
Penelusuran Tribun Manado, banyak peminat pelacuran Waria.
Pengakuan sejumlah Waria, mereka saban hari praktek bisa menggaet tiga hingga empat pelanggan.
Dari mereka pula keluar pengakuan mengejutkan. Ternyata banyak pelanggan milenial.
"Banyak yang datang disini masih berusia ABG," kata seorang Waria, sebut saja Lala yang biasa mangkal
di seputaran TKB.
Sebut Lala, para ABG ini kerap kali menawar dengan jumlah rendah.
Seorang ABG pernah menawar dengan harga Rp 40 ribu dari tarif Rp 100 ribu sekali main.
"Pada akhirnya harga mati di 80 ribu," kata dia.
Beber Lala, pengakuan para ABG, uang transaksi berasal dari orang tua yang sesungguhnya diperuntukkan untuk kuliah atau keperluan lainnya.
"Mereka minta mamanya," kata dia.
Ia pernah iseng iseng bertanya pada beberapa ABG, mengapa lebih suka Waria.Jawaban mereka mencengangkan.
"Kebanyakan tidak mau bertanggung jawab, kalau dengan perempuan bisa hamil, ada pula yang sudah bosan Onani,
ada juga yang memang punya kecendrungan Waria," kata dia.
Sebut dia, para ABG ini biasanya datang bergerombol.
Ia pernah melayani tiga orang untuk jasa anal dan oral seks.
Seorang Waria lagi yang bernama Pingkan membeber, di hari - hari tertentu pelanggan kadang sangat banyak.
Ia pernah melayani hampir sepuluh pelanggan dalam suatu hari.
"Saya hampir drop," kata dia.
Sebut dia, pelanggannya punya beragam latar belakang, dari Om om hingga ABG.

Ditolak, Berhenti Kuliah Lantas Masuk ke Dunia Prostitusi
Vanessa, tak pernah ingin jadi Waria, apalagi menjadi masuk ke dunia prostitusi waria.
"Namun apa mau dikata, saya lahir sudah begini, saya hanya menjalani saja dengan ikhlas," kata dia kepada tribunmanado.co.id
Vanessa mengaku sejak kecil sudah di-bully gara-gara perbedaan orientasi seksual. Ia misalnya pernah diusir guru.
"Rasanya sedih sekali, tak ada yang mau bersimpati dengan saya," kata dia.
Ingin keluar dari bullying, ia berulangkali pindah sekolah, akhirnya dia memilih kuliah di Jawa.
"Pada akhirnya saya harus berhenti kuliah karena tak tahan bully," kata dia.
Dirinya sempat coba cari pekerjaan untuk menghidupi diri. Tapi ia malah di-bully bos dan rekan kerjanya.
"Sampai akhirnya saya pilih untuk jadi seperti ini, diajak teman," kata dia.
Namun ia enggan hidup terus demikian. Ia terpikir suatu waktu akan buka usaha salon.
"Kini saya sudah belajar salon juga," kata dia.
Waria lainnya, Puput mengaku mendapat penolakan orangtuanya.
"Mereka di luar daerah, sedang saya merantau sendirian di sini untuk menekuni jalan hidup saya," kata dia.
Puput menyatakan, ia melacur karena tekanan ekonomi.
Tak seperti umumnya teman temannya, ia tak punya ketrampilan salon.
"Yang bisa saya lakukan hanyalah jadi pembantu rumah tangga," kata dia.
Meski tak akur, namun dirinya masih sering berhubungan dengan orangtuanya lewat telepon.
Setiap bulan Desember, ia merasa nelangsa.
"Ingin saya berkumpul dengan mereka untuk rayakan natal tapi itu tak mungkin," kata dia.
Setiap ibadah minggu di salah satu gereja di Sario, Puput selalu mendoakan orang tuanya.
Desi Waria lainnya mengaku orang tuanya sudah menerima keadaannya.
Ia pun sudah berani pulang ke rumah.
"Tapi saat ke Masjid, papa bilang gulung rambutnya lantas pakai kopiah karena kamu laki laki," kata dia.
Follow juga akun instagram tribunmanado
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV