Pengakuan Tersangka Pembunuhan PNS BKP Sulut Alfons Tilaar, Polisi: Tersangka Salah Sasaran
Alfons Tilaar, PNS BKP Sulut meninggal dunia setelah dianiaya tersangka Mujiar Mokodompit dan anaknya, tersangka Brayen mokodompit
Penulis: Handhika Dawangi | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tersangka pembunuhan Alfons Tilaar (47) warga Desa Mariri Dua, Bolaang Mongondow ( Bolmong) mengaku salah sasaran saat menganiaya korbannya pada Minggu (3/3/2019)
Diketahui, Alfons Tilaar, PNS BKP Sulut meninggal dunia setelah dianiaya tersangka Mujiar Mokodompit dan anaknya, tersangka Brayen mokodompit
Kedua tersangka dibantu oleh 7 tersangka lainnya yakni AP (18), AM (19), YM (23), RC (17), RM (19), CM, dan SK.
Hasil penyelidikan penyidik Polres Kotamobagu, para tersangka pembunuhan mengaku salah sasaran.
"Tersangka salah sasaran saat melakukan penganiayaan," ujar Kapolres Kotamobagu AKBP Gani Siahaan kepada Tribun Manado, Jumat (08/03/2019) siang.
Lanjut kapolres saat melakukan penganiayaan tersebut tersangka utama dibantu oleh tersangka lainnya.
Baca: 7 Fakta Pembunuhan Alfons Tilaar, PNS BKP Sulut: Korban Dipukuli Batu Berkali-kali di Wajah
Baca: 7 Fakta Sosok Alfons Tilaar, PNS BKP Sulut Tewas Dikeroyok Ayah-Anak di Bolmong: Seorang Motivator

Kronologi
Kejadian berawal saat terjadi ketegangan antara masyarakat Desa Mariri Dua dan Desa Lolan Dua Kabupaten Bolaang Mongondow ( Bolmong) pada Minggu (3/3/2016) pukul 21.00 Wita
Dua warga Desa Lolan yakni Asril Potabuga (18) dan Brayen Mokodompit dianiaya sekelompok orang saat pergi ke acara ulang tahun di Desa Mariri Dua.
Arsil mengalami luka robek di telinga kiri sedangkan Brayen Mokodompit mengalami luka lebam di hidung.
Brayen Mokodompit langsung pulang menggunakan sepeda motor ke rumah sedangkan Asril diantar warga setempat.
Brayen Mokodompit melaporkan peristiwa tersebut ke ayahnya, MM.
Mereka sudah melaporkan ke sangadi Desa Lolan dan mereka menyebut akan balas dendam.
Chandra Mamahe (19) Warga Lolan kepada polisi mengatakan Brayen Mokodompit dan ayahnya menggunakan mobil Avansa putih mengejar sepeda motor vario dengan nomor polisi DB 2337 DH yang dikendarai korban, Alfons Tilaar (49) warga Mariri Dua.
Sehingga korban terjatuh dari sepeda motor. BM dan ayahnya turun dari mobil.
Saat itulah, Mujiar Mokodompit langsung mengambil batu dan memukulkan ke wajah korban, Alfons yang hendak bangun karena terjatuh.
Mujiar Mokodompit pun memukul korban bertubi-tubi sedangkan Brayen Mokodompit menendang korban.
Mereka meninggalkan Alfons tergeletak di jalan.
Saksi lainnya, Ompo Sumerah (46) Desa Lolan Dua mengaku mendengar keributan di lokasi kejadian.
Dia melihat korban langsung memberikan pertolongan dengan membawa korban dengan mobil pikap ke Puskemas Inbonto.
Namun, nyawa Alfons tak tertolong sehingga meninggal pada Senin Malam.
Jenazah korban sempat diautopsi di RSUP Kandou.
Pelaku dikabarkan sudah ditangkap tim resmob Polres Kotamobagu pada Rabu siang.
Sedangkan jenazah korban Alfons direncanakan akan dimakamkan di rumah duka Desa Mariri Dua, pada Kamis 7 maret 2019 pukul 11.00 Wita.

Deretan cerita teman korban yang menjadi kesan terakhir mereka bersamanya:
Permintaan terakhir ke Wabup Bolmong
Wakil Bupati Bolmong Yanny Tuuk merasa sangat kehilangan Alfons Tilaar.
Cerita orang dekat Yanny Tuuk menyebut Alfons meminta pertolongan wabup Bolmong untuk membantu kepindahan dari BKPP Bolmong ke BKP Sulut.
Saat itu, Alfons menjabat tangan Yanny dan menyebut itu permintaan terakhirnya kepada sang Wabup.
Perayaan Kepindahan
Proses kepindahan Alfons dari BKPP Bolmong ke BKP Sulut dirayakannya bersama teman-temannya
"Setelah Alfons pindah, Ia sempat menggelar acara kecil-kecilan untuk perpisahan dengan teman-teman ASN di Bolmong beberapa waktu lalu. Ternyata itu adalah acara terakhir bersama Almarhum," ungkap Ma Abo, teman Alfons
Temui Camat Poigar
Camat Poigar Deddy Ruswandi mengatakan Alfons Tilaar orangnya ramah, baik hati dan senang membantu.
"Bahkan saya sangat terkejut saat mendengar kepergian almarhum yang sangat tiba-tiba sebab Minggu (3/3) sekitar pukul 09.00 wita beliau masih berkunjung ke Rudis Camat dan bercerita panjang lebar tentang program-program di tempat kerjanya Dinas Ketahanan Pangan Pemprov Sulut," kenangnya.
Namun, dia dapat informasi almarhum sudah meninggal pada keeskoan harinya.
"Terus terang saya sangat sedih kehilangan saudara dan salah satu sahabat terbaikku," tutup Camat.
Sempat Telepon
Supardi Tongkasi, Rekan Alfons, mengatakan, Alfons sempat meneleponnya, Minggu (3/3/2019) sekira pukul 19.30 Wita. Beberapa jam sebelum peristiwa nahas itu.
"Almarhum telepon saya, tanya soal masalah pekerjaan," kata dia.
Bahkan saat hari libur, Supardi kagum Alfons masih sempat memikirkan pekerjaan
"Almarhum mau kirim data harga pangan ke Kementerian (Pertanian), tanya akses aplikasi untuk pengiriman," ujar Supardi.
Supardi menyarankan, kalau memang kesulitan mengirim minta tolong saja ke atasannya
"Tapi rupanya almarhum malu dan kurang enak hati, karena kata dia sudah selalu minta tolong, jadi dia mau kerjakan sendiri saja,"
Ia juga sempat menerima permohonan Alfons untuk meminta izin sehari karena ada urusan di Bolmong.
Supardi mengatakan, tak ada firasat apa-apa ketika Alfons menelepon.
Ia kaget mendengar kabar mengejutkan esok harinya, Alfons tewas mengenaskan.
Atasan tak Sempat Diangkat Telpon
Novri Tumanduk, Kepala Seksi Harga Pangan, DKP Sulut yang juga atasan Alfons mengaku mendapat telepon dari almarhum malam hari sebelum kejadian. Tapi, Novri tak sempat mengangkat
"Waktu itu saya sedang ada ibadah," ujar dia.
Ia hanya bisa mengira-ngira apa keperluan almarhum, tapi pekan sebelumnya Alfons minta izin sehari untuk menyelesaikan urusan di Bolmong.
Foto Terakhir Bersama rekan Kerja
Ivone, rekan kerja korban mengatakan sehari sebelum kejadian.
Korban dan teman-temannya bertemu di acara Millennial Safety Road Festival (MRSF) 2019 di Area Pohon Kasih Megamas, Manado
Mereka tak pernah terbesit itu hari terakhir melihat Alfons. Seperti biasanya, Alfons peduli dengan rekan kerjanya.
Di acara itu, peserta kebagian snack, tapi karena banyak orang jadinya berebutan.
Alfons pun dengan semangat rela berdesak-desakan agar rekan-rekan kerjanya dapat snack
"Saya saja yang datang terlambat sudah ada snacknya, dia (alfons) yang ambil semua," ujar dia.
Tiba saatnya mengabadikan momen, semua pegawai foto bersama, Alfons mengambil pose tidur di bawah sambil mengangkat kaki.
Foto itu jadi momen terakhir foto bersama dengan almarhum.
Meluncur ke TKP
Nelson Tilaar, kerabat korban mengatakan korban bertemunya satu jam sebelum kejadian
"Sebelum peristiwa itu terjadi memang kami sempat bertemu, tak lama kemudian korban menggunakan sepeda motor dan meluncur menuju Desa Lolan. Sejam kemudian kami mendapatkan kabar dari warga bahwa Alfons kecelakaan. Keluarga tak percaya begitu saja sehingga saat itu kami langsung menuju lokasi dan korban langsung dibawa ke rumah sakit Prof Kandou Malalayang," jelasnya
Nyawa korban tak tertolong lagi dan menghembuskan napas pada Senin keesokannya.
Keluarga melihat kejanggalan karena pada tubuh korban yang terdapat luka memas di wajah.
Keluarga pun meminta polisi untuk melakukan autopsi
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV
Follow juga akun instagram tribunmanado