Pengamat Nilai Puisi Fadli Zon Malah buat Malu Diri Sendiri
Fadli Zon kembali membuat kontoversi lewat puisi yang dibuatnya. Puisi itu berjudul 'Doa yang Ditukar'.
"Menurut saya, puisi ini jujur, saya katakan puisi yang sangat jelek, kurang bagus nilai seninya juga datar, diksi-diksi narasi yang digunakan juga sangat senang, sangat jauh kalau dibandingkan dengan puisi Goenawan Mohammad, dengam Khalil Gibran, itu antara bumi dan langit," tuturnya.
"Makanya saya ambil kesimpulan puisinya Fadli Zon lebih banyak pakai kata politis bukan puitis," bebernya.
Sebelumnya, Fadli Zon membuat puisi yang menyindir situasi sosial politik terkini. Kali ini puisi Fadli Zon tersebut berjudul Doa yang Ditukar. Puisi Fadli tersebut diposting dalam akun twiternya @Fadlizon.
Berikut isi puisinya tersebut.
DOA YANG DITUKAR
doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
doa yang ditukar
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau penguasa tengik
Ya Allah
dengarlah doa-doa kami
dari hati pasrah berserah
memohon pertolonganMu
kuatkanlah para pejuang istiqomah
di jalan amanah
Fadli Zon, Bogor, 3 Feb 2019
Dalam perkembangannya, puisi Fadli Zon tersebut menuai protes dari sejumlah organisasi masyarakat Islam dan santri karena dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimun Zubair.
Fadli Zon yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandiaga, menduga ramainya pembahasan puisi berjudul ' Doa yang ditukar' sengaja terus digoreng kubu lawan.
Termasuk munculnya tuntutan minta maaf oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi, karena menilai puisinya itu menghina ulama Maimoen Zubair ( Mbah Moen).
"Ya memang digoreng, kan jelas sekali. Coba baca dengan pikiran jernih dengan akal sehat, engga ada apa-apa di situ. Mau apa, mau diperdebatkan apanya, kalau kita punya akal sehat engga ada apa," katanya di posko Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa, (12/2/2019).
Menurut Fadli puisinya itu bukan ditujukan kepada Mbah Moen, melainkan kepada penguasa.
Selama ini ia mengaku sangat menghormati Mbah Moen sebagai ulama yang baik dan bijaksana.
"Mbah Moen itu saya hormati, saya sebut kau penguasa tengik, emang mbah moen penguasa, ya lagian itu puisi, tapi kalau mau digoreng-goreng, ya goreng aja silahkan," katanya.
Fadli juga sangsi adanya santri yang memprotes puisinya tersebut. Ia mengaku telah berkomunikasi dengan kiai di sejumlah daerah bahwa tidak ada yang memprotes puisi tersebut.