Politik
Ini 28 Puisi Karya Fadli Zon Sejak 2014, Terakhir Berjudul 'Doa yang Tertukar'
Terhitung sejak 2014, Waketum Gerindra itu sudah menghasilkan karya puisi sebanyak 28.
Ini diperjelas dengan puisi "Menonton Kedunguan", yang mana Fadli membuat puisi tersebut kepada pihak yang berada di kubu yang berseberangan dengan Fadli.
Namun, terdapat sebuah puisi berjudul "Paman Donald Yang Mulia" yang jelas ditujukan kepada Donald Trump.
Nah ini adalah kumpulan puisi yang dihasilkan Fadli Zon sejak 2014.
2014
- "Air Mata Buaya" 26 Maret . Puisi ini menceritakan tentang penjualan aset negara. Dalam puisi ini, banyak pihak menilai Fadli menyindir Megawati Soekarnoputri.
- "Sajak Seekor Ikan" 29 Maret. Puisi ini menceritakan tentang seseorang yang membeli ikan kemepeng dari tetangganya yang lincah dan menarik perhatian banyak orang. Fadli tidak menyebutkan kepada siapakah puisi ini disampaikan; Fadli hanya tertawa.
- "Sandiwara" 31 Maret. Puisi ini menceritakan tentang janji seseorang yang rupanya hanya merupakan sandiwara.
- "Menuju Indonesia Raya" 1 April. Sama seperti puisi "Air Mata Buaya", puisi ini juga menceritakan penjualan aset negara. Dalam puisi ini, Fadli menyindir slogan "Indonesia Hebat".
- "Sajak tentang Boneka" 3 April. Puisi ini menceritakan tentang sebuah "boneka berbaju kotak merah muda" yang tak bisa berbuat apa-apa. Dalam puisi ini, Fadli menyindir Joko Widodo.
- "Aku Raisopopo" 16 April. Puisi ini menceritakan tentang sosok yang kerap melakukan blusukan namun tak bisa berbuat apa-apa. Dalam puisi ini, Fadli menyindir Joko Widodo.
- "Pasukan Nasi Bungkus" 20 April. Puisi ini menceritakan tentang pasukan nasi bungkus. Puisi ini merupakan tanggapan Fadli atas maraknya keberadaan akun-akun siluman di dunia maya.
- "Sajak Orang Hilang" 9 Mei. Puisi ini menceritakan tentang orang hilang.
2016
9. "Tukang Gusur" 23 September. Puisi ini dibacakan pada saat pengumuman pencalonan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di rumah Prabowo Soebianto. Dalam puisi ini, Fadli tidak menyebut siapakah tukang gusur yang disebut. Berkenaan dengan puisi ini, Fadli menggelar lomba membaca puisi di YouTube.
10. "Dua Tahun Berjalan Sudah" 22 Oktober. Puisi ini ditulis untuk memperingati dua tahun pemerintahan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla.
11. "Tak Pernah Terbayang" 5 November. Puisi ini merupakan tanggapan Fadli mengenai Aksi Bela Islam pada 4 November. Fadli sendiri ikut serta dalam kegiatan itu.
12. "Tahun Baru dari Turki" 31 Desember. Puisi ini ditulis untuk memperingati pergantian tahun 2016 menuju 2017. Puisi ini ditulis di Antalya, Turki.
2017
13. "Sajak Sang Penista" 2 Februari Puisi ini menanggapi penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu pada 6 Oktober 2016. Berkenaan dengan puisi ini, Fadli menggelar lomba membaca puisi di YouTube. Lomba ini merupakan loma kedua yang digelar Fadli setelah lomba membaca puisi "Tukang Gusur" pada 2016. Puisi ini kemudian digubah menjadi lagu oleh Ahmad Dhani
14. "Diktator Kecil" 26 Juli Puisi ini menyindir pemimpin yang merasa sebagai diktator. Dalam puisi ini, Fadli tidak menyebut siapakah pemimpin yang disebut.
15. "Kaos dan Sepeda" 3 September Puisi ini dibuat saat kunjungan kerja di Yerevan, Armenia. Puisi ini menyindir pemimpin yang kerap membagi-bagikan kaos dan sepeda, namun hal tersebut tak membuat hidup masyarakat semakin sejahtera. Dalam puisi ini, Fadli tidak menyebut siapakah pemimpin yang disebut, namun Tjahjo Kumolo menyebut bahwa pemimpin yang dimaksud adalah Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla.
16. "Tiga Tahun Kau Bertahta" 13 Oktober Puisi ini diciptakan untuk memperingati tiga tahun pemerintahan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla.
17. "Menonton Kedunguan" 5 Desember Puisi ini ditujukan kepada pihak yang berada di kubu yang berseberangan dengan Fadli. Dalam puisinya ini, Fadli menyindir maraknya berita bohong yang mengandung fitnah keji. Fadli juga melontarkan kritikan kepada pihak yang percaya diri meski keliru.