Jelang Mundur dari PSSI: Edy Kumpulkan Exco Sabtu Malam
Edy Rahmayadi menyatakan mundur dari jabatannya sebagai ketua umum PSSI. Keputusan ini dia ambil
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Joko Driyono mengklaim pengangkatan dirinya sebagai ketua umum PSSI sesuai dengan statuta FIFA. Joko berjanji untuk menjalankan amanah sesuai yang diamanatkan statuta FIFA.
Menurut Joko langkah paling penting sekarang adalah memulai babak baru PSSI sesuai program yang diputuskan kongres. Joko Driyono juga akan melakukan konsolidasi pascapengunduran diri Edy Rahmayadi agar suasana di organisasi menjadi nyaman.
"Kami pilih fokus daripada aksi, tidak berlama-lama berdiskusi. Kongres putuskan apa yang harus dilakukan sehingga hambatan psikologis bisa kami atasi," kata Joko yang juga pemilik saham di klub Persija Jakarta.
Sekretaris Jendral PSSI Ratu Tisha Destria di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Bali, Sabtu (19/1), mengatakan PSSI tidak akan membahas jabatan rangkap pada kongres tahun ini. Menurut Ratu Tisha statuta PSSI tidak mengatur jabatan rangkap. Di daftar pengurus PSSI saat ini sejumlah pejabat tinggi memiliki jabatan rangkap. Selain Joko Driyono, ada Iwan Budianto, Kepala Staf Ketua Umum PSSI, yang juga menjabat sebagai CEO Arema FC.
"PSSI butuh generasi baru yang fresh dan tidak terkontaminasi virus dan penyakit masa lalu. Ketua Umum PSSI berikutnya harus orang yang memiliki karakter kuat, ikhlas dan benar-benar mewasiatkan diri untuk memajukan sepak bola Indonesia," ujar Akmal.
Siapapun yang menggantikan Edy Rahmayadi, para pelaku sepak bola di Indonesia memberikan harapan besar. Mereka berharap persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik dibandingkan saat era kepemimpinan Edy Rahmayadi dan para pendahulunya.
Asisten pelatih tim nasional U-22 Nova Arianto misalnya. Dia mengharapkan persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik. Menurut Nova ini bukan harapan pribadinya, tapi harapan masyarakat Indonesia.
"Kriteria yang penting adalah baik, jujur dan mau bekerja keras untuk lebih fokus memajukan persepakbolaan Indonesia melalui pembenahan di setiap sektor seperti kompetisi, pembinaan usia dini, wasit dan fasilitas," kata Nova kepada Tribunnews.com, Minggu (20/1).
Edy Lepas Tanggung Jawab
Pengamat sepak bola, Ferril Raymond Hattu mengatakan, Edy Rahmayadi terkesan ‘cuci tangan’ dari kasus pengaturan skor karena mengundurkan diri dari jabatan sebagai ketua umum PSSI. Mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu tidak dapat terlepas dari upaya pengusutan kasus pengaturan skor yang terjadi di era kepemimpinannya.
Dia mengundurkan diri. Ini bisa dinilai mau cuci tangan, mau melepaskan justru di saat PSSI mendapatkan masalah begini dia malah mundur. Ini ada kesan malah tidak tanggungjawab.
Seharusnya, di era terakhir kepemimpinan, Gubernur Sumatera Utara itu harus melakukan koordinasi dengan tim Satgas Anti Mafia Bola yang dibentuk instansi Polri. Upaya itu dapat mempermudah dan mempercepat pengusutan penyelesaian kasus.
Tapi kenyataannya ini tidak dilakukan, terus dia mengundurkan diri dengan alasan ada tugas penting yang tidak bisa ditinggalkan sebagai pejabat gubernur Sumatera Utara. Jadi orang sah saja menilai (Edy Rahmayadi,-red) melepas tanggungjawab dengan mundur.
Mundurnya Edy Rahmayadi juga tidak menghapus tanggungjawab selama yang bersangkutan masih menjabat orang nomor 1 di sepak bola nasional. Sebab kasus dugaan pengaturan skor terjadi di era kepemimpinannya. Nanti ada pembagian-pembagian, tetapi tanggungjawab moral pasti juga. Sehingga, meskipun saat ini mundur, dia tidak bisa melepas tanggungjawab. Karena semua under control dia. Tanggungjawab itu pasti melekat kepada dia.
Majunya Joko Driyono juga sudah tepat. Sebab, penggantian itu mengacu kepada anggaran dasar/anggaran rumah tangga dan statuta PSSI. Itu AD/ART membenarkan statuta membenarkan. Cuma nanti pemunduran ketua umum secara resmi itu apa nanti dievaluasi. Apakah itu sudah masuk atau bisa diterima kongres sesuai statuta.