Hujan di Manado
Air di DAS Tondano Naik, Seruan Mengungsi Terdengar dari Masjid dan Gereja
Air di DAS Tondano naik Selasa (15/1/2019) siang. Dari mesjid serta gereja, seruan untuk mengungsi terus berulang dan nyaring terdengar.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor:
TRIBUN MANADO.CO.ID, MANADO- Air di DAS Tondano naik Selasa (15/1/2019) siang. Dari masjid serta gereja, seruan untuk mengungsi terdengar.
Patuh, sejumlah warga mengungsi dengan membawa barang berharga.
"Saya serukan lewat pengeras suara di mesjid untuk warga mengungsi, " kata harun Kepala Lingkungan Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan 1, Kecamatan Singkil, Kota Manado.
Baca: Hujan Landa Manado, Ini Kisah Kampung Argentina Jadi Langganan Banjir, 50 Kali Kebanjiran Setahun
Sebut Harun, warga mengungsi di mAsjid serta di rumah yang memiliki tingkat dua. Dikatakannya, hingga Selasa pukul 12 , ada belasan rumah penduduk yang kebanjiran.

"Air setinggi pinggang orang dewasa, " beber dia.
Baca: Akibat Hujan Lebat, Kecamatan Maesa Bitung Banjir
Menurut Harun, pihaknya terus melaporkan kondisi terkini wilayahnya ke BPBD. Di sejumlah lokasi, sejumlah Pala memanfaatkan fasilitas pengeras suara di rumah ibadah.
Selain itu, ujan deras yang mengguyur Manado Selasa (15/1/2019) membuat Lingkungan 1 Kelurahan Ternate Tanjung, Kota Manado atau yang dikenal dengan nama Kampung Argentina tergenang air.
Amatan Tribun Selasa siang air sudah setinggi paha orang dewasa. Beberapa warga mengungsi ke tempat lebih tinggi. Sedang warga lainnya yang punya rumah dua tingkat mengungsi ke tingkat dua. Ali seorang warga menyatakan air naik Selasa pagi.
Baca: Enam Keluarga Jadi Korban Longsor di Kelurahan Singkil 1, Waspada Banjir
"Air naik sangat cepat, saat ini kami masih siaga, semua motor sudah dinaikkan ke tempat tinggi, " kata dia.
Selain banjir, longsor juga terjadi di tiga titik dekat kampung Argentina. Kisah Kampung Argentina Jadi Langganan Banjir Banjir sudah sejumlah titik di Kota Manado termasuk daerah Kampung Argentina.

Baca: Hujan Landa Manado, Berikut Laporan banjir dan Longsor Saat Ini, Data Sementara
Wilayah DAS Tondano ini merupakan daerah paling rawan banjir di Manado.

Kisah Kampung Argentina Jadi Langganan Banjir
Banjir sudah sejumlah titik di Kota Manado termasuk daerah Kampung Argentina
Wilayah DAS Tondano ini merupakan daerah paling rawan banjir di Manado.
Nama wilayah ini memiliki sejarah saat Timnas Argentina memenangkan piala dunia pada 1986
Saat itu, demam Diego Armando Maradona yang berhasil membawa timnas Argentina menjuarai piala dunia 1986 membuat sejumlah warga Kelurahan Ternate Tanjung Lingkungan 1 sepakat mengganti nama kampung mereka menjadi Argentina.
Itulah awal mula kampung Argentina versi sejumlah warga kepada Tribun Manado.
Ironisnya, kampung ini terkenal oleh sesuatu yang jauh dari sepakbola yakni banjir. Kampung di pesisir DAS Tondano ini memang langganan banjir. Setiap hujan pasti kebanjiran.
Air naik hingga dada manusia dewasa. Di beberapa tempat yang dekat sungai, air menjangkau atap. Warga pun mengungsi di mesjid, rumah kerabat hingga ke tepi jalan.
Ada pula yang memilih tinggal di lantai dua rumah mereka. Beberapa rumah dibuat berlantai dua gara - gara seringnya banjir melanda wilayah tersebut.

Air naik hingga dada manusia dewasa. Di beberapa tempat yang dekat sungai, air menjangkau atap.
Warga pun mengungsi di mesjid, rumah kerabat hingga ke tepi jalan. Ada pula yang memilih tinggal di lantai dua rumah mereka.
Beberapa rumah dibuat berlantai dua gara - gara seringnya banjir melanda wilayah tersebut.
Baca: Longsor di Tuminting Lingkungan 5 Kota Manado Nyaris Menutupi 1 Rumah
Baca: Kota Manado Rawan Bencana Banjir dan Longsor
Humor dalam suasana banjir itu, menurut Niko, aparat kelurahan tersebut, dikarenakan warga sudah menganggap banjir sebagai saudara kandung.
"Banjir disini sudah tak bisa dihitung lagi," kata dia pada 2018 lalu
Ia mengestimasi banjir besar dan kecil dalam setahun bisa mencapai puluhan kali.
Baca: Hujan Landa Manado, Warga Ternate Tanjung Terkenang Banjir dan Longsor 15 Januari 2014
"50 kali," tanya Tribun.
"Bisa," jawabnya.
Sebut dia, banjir terakhir terjadi bulan lalu.
Tak separah kali ini.
Dalam buku sejarah banjir kampung argentina, ia menyebut, banjir kali ini masik kategori sedang.
Banjir terparah, terjadi pada 15 Februari 2014 lalu. "Kala itu air lewat tiang listrik, anda bayangkan saja," kata dia.
Ia berpendapat, seringnya kampung itu kebanjiran karena posisinya di samping sungai serta di dataran rendah.
Daerah keliling kampung itu memang berada di dataran tinggi.
"Jadi air datang dari sungai dan dari pemukiman di atas," kata dia.
Setiap peristiwa buruk memiliki makna dalam hidup.
Baca: Berikut Prakiraan Cuaca dan Gelombang Laut Sulut 3 Hari ke Depan, Januari Puncak Musim Hujan
Demikian juga banjir di Kampung Argentina jadi semacam blessing disguise.
"Kami jadi pekerja keras, disiplin, tidak malas selalu hati hati, penuh perhitungan, kalau saja kami malas sudah lama kami mati," beber Rahmawati, warga lainnya.
Dikatakannya banjir juga jadi perekat antar warga yang berbeda beda suku
"Ada kalanya datang bantuan dari warga non muslim, ini membuat kami haru," kata dia.

Rahmat warga lainnya menyatakan, kerja keras warga nampak dari beberapa rumah berlantai dua.
Warga bekerja keras untuk bisa membangun rumah tersebut.
"Supaya kalau banjir bisa diungsikan sejumlah barang barang di lantai dua.
Ditanya apakah hendak pindah, dirinya siap asalkan ada uang pengganti yang pantas.
Husain warga lainnya mengaku sibuk membersihkan rumahnya yang kemasukan air setinggi dada.
"Kerja yang lumayan sulit karena tak ada alkon, kami butuh bantuan alkon," kata dia.
Meski dalam keadaan sulit, ia tetap memaksa anaknya bersekolah. Peralatan sekolah anak sengaja ia prioritaskan saat mengungsi.
"Segala kesulitan hidup jangan membuat kita menyerah," kata dia. (art)