Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

93 Turis Tiongkok Sempat Terjebak Ombak di Lihaga: Maruis Cs Tidur di Kantor Syahbandar

Gelombang laut yang mencapai ketinggian 4 meter melumpuhkan aktivitas pelayaran di Sulawesi Utara.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS
Suasana di Kawasan Megamas pasca gelombang tinggi, Kamis (27/0/12/2018) malam 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gelombang laut yang mencapai ketinggian 4 meter melumpuhkan aktivitas pelayaran di Sulawesi Utara.

Sebanyak 93 turis Tiongkok terjebak di Pulau Lihaga sejak Kamis (27/12/2018). Untung mereka segera diselamatkan oleh petugas Bakamla menggunakan KN Gajah Laut 4804 Bakamla Kamis malam.
Kasubbag Humas Bakamla RI Letkol Bakamla Mardiono melalui mengatakan, pihaknya beroleh informasi ada turis yang terjebak di Lihaga dari pihak MM Tour pada Kamis sekira pukul 19.00 Wita.

"Setelah mendapat informasi tersebut Kepala Zona Kamla Maritim Tengah Laksma Bakamla Bastomy Sanap segera memerintahkan Komandan KN Gajah Laut 4804 Bakamla melakukan evakuasi," kata dia.
Komandan KN Gajah Laut-4804 Letnan Kolonel Bakamla Beny Hermawan menyatakan, pihaknya menuju Lihaga sekira pukul 20.45.

Setibanya di lokasi, karena tidak ada dermaga maka proses evakuasi dilaksanakan menggunakan boat dari Pulau Lihaga ke kapal dengan jarak sekira 170 meter.

"Proses evakuasi berjalan aman dan lancar meskipun gelombang cukup tinggi," kata dia.
Dikatakannya seluruh wisatawan asing yang berjumlah 93 orang baik pria, wanita, anak-anak dan balita, dapat dievakuasi dengan aman dan tiba di Pangkalan Bakamla Serei pada pukul 23.45.

Selanjutnya kembali ke Manado menggunakan bus. Di tempat terpisah, Direktur Operasi Laut Bakamla RI Laksma Bakamla Nursyawal Embun yang berada di Kantor Pusat Bakamla RI di Jalan Proklamasi Nomor 56, Jakarta Pusat, membenarkan kejadian ini.

Dikatakannya, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah perairan Indonesia saat ini dalam kondisi buruk dan berbahaya untuk pelayaran. Karena itu, Bakamla RI telah menyiagakan sejumlah kapal patroli untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan.

Baik yang diakibatkan oleh kecelakaan maupun bencana alam.
Ratusan warga pulau Bunaken, Naen dan Mentehage terjebak di dermaga seputaran Kantor Syahbandar Manado akibat cuaca buruk.

Perahu yang akan sedianya mereka tidak bisa berlayar akibat gelombang tinggi. Penundaan pelayaran, menyebabkan rupa kesulitan bagi warga dan kerugian material yang tidak sedikit.

Maruis, warga Mentehage, mengaku sudah terjebak selama dua hari. "Malam pertama kami tidur di perahu, besoknya kami diizinkan tidur di Kantor Syhbandar, " kata dia. Dikatakan Maruis, ia datang ke Manado
untuk membeli sembako guna persiapan malam pergantian tahun.

Tomat, cabai (rica) sayur yang dibawanya membusuk.
"Tomat sudah saya buang di laut saking kesalnya, " kata dia. Lain lagi dengan Potros. Warga pulau Nain ini mengaku sudah rugi jutaan rupiah karena sembako yang dibawanya membusuk.

Ia pun harus keluar uang untuk mengongkosi biaya hidup selama dua hari terjebak. "Biaya makan, minum dan lainnya juga besar, jika tambah dua hari lagi, uang saya pasti sudah habis," kata dia. Potros mengaku mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB).

"Saya hampir jatuh karena perahu bergoyang-goyang," kata dia.
Malik, warga lainnya, mengaku kesulitan menjaga dua anaknya yang masih kecil. Yang bungsu berulang minta susu.

"Kalau malam tidur di perahu sulit, perahu bergoyang goyang, mereka berdua terus menangis," kata dia.
Sally, warga lainnya mengatakan, hanya bisa berdoa agar cuaca membaik dan mereka segera pulang.
Sebut Sally, kadang warga gelar doa bersama.

"Dengan agama kami masing-masing. Kami minta Tuhan
berikan cuaca terbaik, hanya Dia yang bisa memberi mukjizat, " katanya.
Dikatakan Sally, doa juga digelar warga dari desa mereka berasal. "Tadi saya ditelepon pendeta, ia hibur saya, sebut ini hanya ujian," kata dia.

Cuaca ekstrem juga dirasakan sejumlah pemilik kafe di pinggir pantai MegaMas Manado. Mereka masih ragu membuka kafenya pascahantaman ombak dan angin keras, Kamis (27/12) malam.

"Kami masih lihat-lihat dulu," kata pria pemilik Cafe Fu King yang enggan namanya disebut, Jumat siang.
Ia mengaku tetap mempersiapkan menu serta tempat.

Menurut dia, hantaman ombak Kamis malam menyebabkan air masuk ke kafe melalui seng. Dia pun buru-buru menutup kafe. "Langsung kami tutup," kata dia.

Sebutnya, kafe miliknya termasuk yang parah terkena hantaman ombak. Itu disebabkan penahan ombak yang kurang panjang di belakang kafe. "Saat kami tutup, kafe lainnya masih ramai," ujar dia.

Charly, pemilik kafe ikan bakar menyatakan, ia menanti perkembangan situasi hingga sore. Jika cuaca kembali normal, maka kafe akan dibuka. "Kita lihat nanti," kata dia. Maikel, pemilik cafe lainnya mengaku, alami penurunan pengunjung signifikan pada hari Jumat.

Biasanya, kata dia, pengunjung membludak jelang Tahun Baru. "Tapi kini menurun jauh, dari tadi hanya beberapa orang yang makan, orang pada takut, apalagi sudah heboh di medsos," kata dia.

Ia memilih tetap buka dikarenakan kafenya tergolong aman, berada di tempat dengan penahan ombak yang panjang. Sebut dia, cuaca ekstrem kali ini adalah siklus empat tahunan. "Empat tahun lalu juga
seperti ini, " kata dia.

Ia berharap cuaca ekstrem kali ini tak akan sampai malam pergantian Tahun Baru. Amatan Tribun, kafe di kawasan MegaM as memang agak sepi dibanding biasanya.
Beberapa kafe bahkan tutup.

Area sekitar McDonald di Kawasan MegaMas, Kamis (28/12) malam, berubah jadi tempat horor. Ombak keras dari lautan mengempas disertai bunyi gemuruh. Air yang terbawa ke daratan menciptakan genangan beberapa sentimeter hingga jarak sekira 20 meter dari tepi pantai.

Tiang lampu serta papan reklame goyang ke kiri dan kanan. Desau angin terdengar jelas, mengintimidasi.
Seorang pria yang mengaku bernama Lorens, salah satu pekerja sebuah rumah makan di sekitar tempat itu
menyatakan, sejumlah restoran tutup cepat pada Kamis malam itu. "Suasana sangat menakutkan, " beber dia.

Sebut dia, kuatnya hempasan air sampai sampai tanaman di sekitar rumah makan ‘d terrace’ rusak.
Jumat siang sisa tanaman yang dirusak masih berada
di tengah jalan. Genangan air juga masih tampak.
Restoran sudah buka seperti biasa.

Pihak MegaMas melarang warga untuk duduk di trotoar tepi pantai. Namun banyak warga yang keras kepala.
Mereka tetap mendekat. Bahkan beberapa di antaranya malah selfie. Itu memusingkan seorang satpam yang berjaga di sana.

"Dilarang malah mendekat," kata dia. Ia takut warga tertarik ombak ke laut. Sebut dia, ombak keras terus menyapu pesisir pantai. "Malah ada yang tembus ke daratan, " kata dia. Ia membeber, Kamis malam, area depan KFC dan McDonald sempat tergenang air karena hantaman ombak dari lautan.

Danlantamal VIII Manado Laksamana Pertama TNI, Gig Jonias Mozes Sipasulta M.Mar, Stud
Danlantamal VIII Manado Laksamana Pertama TNI, Gig Jonias Mozes Sipasulta M.Mar, Stud (TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE)

Danlantamal: Hati-hati saat Melaut

Panas terik tiba-tiba hujan disertai angin kencang terus melanda wilayah Sulut. Pohon tumbang, air laut naik ke daratan dan lainnya. Lantamal VIII Manado mengeluarkan imbauan kepada nelayan dan angkutan laut agar waspada terhadap cuaca ekstrem.

"Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini membuat para nelayan serta jasa angkutan laut tetap menjalankan pekerjaan. Kami minta agar berhati-hati karena tingginya gelombang laut yang mencapai 2,5 meter sampai 4 meter disertai angin kencang dan hujan lebat," kata Danlantamal VIII Manado Laksamana Pertama TNI Gig Jonias Mozes Sipasulta, Jumat (28/12/2018).

Menurutnya, ketidakwaspadaan terhadap kondisi itu dapat membahayakan jiwa dan keselamatan nelayan serta pengguna jasa angkutan laut.

Danlantamal juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh Danlanal di wilayah Sulut serta jajarannya agar berkoordinasi menyampaikan informasi kepada Pos AL dan masyarakat nelayan bila ingin melaut jangan terlalu jauh jaraknya.

"Kalau pun mau pergi melaut baiknya berkelompok, membawa peralatan keamanan dan alat komunikasi. Supaya jika terjadi sesuatu di laut dapat segara meminta bantuan, bila tidak memungkinkan untuk melaut agar tetap di darat melakukan aktivitas seperti perbaiki jaring dan lainnya," ujar Danlantamal.

Hantaman ombak menyebabkan jembatan di dermaga penyeberangan pariwisata di Kalimas putus. Amatan tribunmanado.co.id, Jumat (28/12), nampak lubang menganga sekira setengah meter pada jalan masuk jembatan.

Puing-puing yang ambles ada di sekeliling lubang tersebut. Kerusakan tak hanya itu. Paving di sejumlah titik dermaga juga terangkat. Dermaga itu terus bergoyang. Tak ada satu pun perahu pariwisata yang parkir.
Maikel menyatakan, petugas Dishub Manado Jumat siang datang dan memeriksa kerusakan di dermaga. "Ada yang putus, beberapa bagian juga retak," kata dia.

Menurutnya, pelayaran turis dari dermaga tersebut tak dibolehkan untuk sementara. Dikatakannya, ada saja perahu yang coba bawa turis. "Saya selalu tahan, karena cuaca sangat buruk, " kata dia.

Catatan Geologi 1837 di Sulut
Tsunami 20 Meter Pernah Libas Manado

Tsunami atau gelombang laut raksasa, akibat aktivitas vulkanis bukan asing lagi di Sulawesi Utara.
Sejarah pernah mencatat tsunami beberapa kali terjadi di pesisir pantai Nyiur Melambai.

"Dalam sejarah pernah terjadi beberapa kali tsunami akibat aktivitas vulkanisme di Sulut," kata Farid dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Tomohon kepada tribunmanado.co.id, Jumat (28/12/2018).

Mengenai kemungkinan letusan Gunung Karangetang menyebabkan tsunami, ia mengatakan, bisa ya bisa tidak.
Menurut dia, pihaknya tidak mengetahui kondisi morfologi di bawah permukaan gunung itu. "Secara visual kami juga tidak bisa pantau di bawah permukaan," kata dia.

Disebutnya, pendapat sejumlah ahli, tsunami bisa saja terjadi akibat material letusan yang dihempaskan dalam jumlah besar.

"Akibat adanya awan panas yang bersentuhan dengan air, terjadi perubahan temperatur secara signigikan, adanya awan panas yang berjalan di atas air, kesemuanya itu akan mengakibatkan gelombang yang besar yang menyebabkan tsunami, begitu juga terjadi longsoran yang besar itu juga akan menyebabkan tsunami," kata dia.

Ketua Pos Pemantau Karangetang Yudia P Titipang mengatakan, gunung tersebut sudah menyandang status
siaga sejak 20 Desember 2018 PKL 18.00.

Sejauh amatannya, belum ada potensi tsunami.
Berada di tiga lempeng yakni Pacific, Eurasia dan Hindia membuat Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) rawan bencana gempa dan tsunami.

Catatan Tribun Manado, Manado pernah ditelan tsunami pada 1837. Tsunami pada tahun 1837 berupa gelombang air laut besar didahului gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter di Teluk Manado pada kedalaman 11 km, berjarak 150 km dari arah Pantai Manado

Kala itu, gelombang tsunami setinggi hampir 20 meter memorak morandakan pesisir pantai Manado.
Peristiwa maut itu mengantar Manado menjadi tuan rumah hajatan tsunami drill pada beberapa tahun lalu yang dihadiri Presiden SBY.

Menyandang predikat daerah berisiko namun program mitigasi bencana di Sulut belum maksimal. Hal itu nampak dari belum adanya rambu jalur evakuasi di lokasi rawan tsunami.

Adanya rambu memudahkan proses penyelamatan diri warga sekiranya terjadi bencana tsunami.
Program tsunami drill masih sangat minim. Akibatnya warga pesisir pantai yang rawan tsunami hanya beroleh teori penyelamatan tapi minim praktik.

Kaban BPBD Sulut Joy Oroh melalui Kabid Kedaruratan John Wungow mengatakan, rambu direncanakan segera dipasang. "Rambu rencananya akan kita pasang di sejumlah daerah rawan tsunami," kata dia kepada Tribun Manado di kantor BPBD Sulut, Selasa (2/10/2018).

Menurut Wungow, program sosialisasi mitigasi tsunami rutin dilakukan pihaknya di lokasi rawan. Sosialisasi dilakukan terhadap warga serta anak sekolah.

"Mereka diajar tentang bagaimana cara menghadapi bencana, langkah awalnya dan seterusnya step by step, juga bagaimana mengelola emosi agar tidak panik," kata dia.

Beber dia, semua gedung bertingkat diwajibkan membuat jalur evakuasi. Pengelola gedung diwajibkan pula membuat SOP bencana. "Semua gedung harus demikian," kata dia.

Kini pihak BPBD sementara mensosialisasikan pelajaran mitigasi lewat medsos.
Dengan cara itu diharapkan warga, utamanya generasi milenial bisa mendapat pengetahuan awal mengenai pelajaran mitigasi.

Dikatakan John, pihaknya juga terus merawat peralatan tsunami yang dimiliki.
Setiap tanggal 26, sirene itu dibunyikan. "Agar alatnya tetap berfungsi," kata dia. Sebut dia, alat tersebut dibunyikan jika ada peringatan tsunami dari BMKG.

Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman menyatakan Kota Manado pernah dilanda bencana alam gelombang tsunami setinggi 20 meter pada tahun 1837, sehingga kota tersebut dipilih menjadi lokasi kegiatan "tsunami drill".

"Tsunami pada tahun 1837 berupa gelombang air laut besar didahului gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter di Teluk Manado pada kedalaman 11 km, berjarak 150 km dari arah Pantai Manado," kata Menristek Kusmayanto, pada acara "Tsunami Drill" di Manado, Sulut, Sabtu (27/12/2008). (crz/art)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved