Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Panik dan Spontan Menyerang, Kisah Penemuan Suku Terasing Secara Tak Sengaja

Kasus misionaris Amerika Serikat, John Allen Chau yang tewas dibunuh suku terasing di Pulau Sentinel Utara, Andaman, India menjadi pembicaraan dunia

Editor:
RICARDO STUCKERT
Suku Indian ini bisa bertahan mungkin karena lokasinya yang tak terjamah oleh 'manusia modern 

Suku Indian di Amazon
Salah satu bangunan suku asli di Amazon, Brasil, di dekat perbatasan dengan Peru/RICARDO STUCKERT.

"Sangat penting untuk mendata keberadaan suku-suku asli seperti yang baru saja kami temukan. Apa yang kami lakukan mungkin bisa dikatakan sebagai bentuk agresi. Makanya ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kami sebisa mungkin tidak membuat mereka takut. Di sisi lain dunia perlu tahu keberadaan mereka. Kami juga perlu memastikan agar mereka bisa tetap bertahan," jelas Meirelles.

Suku Indian di Amazon
Suku Indian ini bisa bertahan mungkin karena lokasinya yang tak terjamah oleh 'manusia modern/RICARDO STUCKERT.

Ancaman

Tim pakar dan fotografer ini jelas memperlihatkan niat baik, tapi orang-orang Indian ini menanggapinya 'dengan marah dan dari bahasa tubuh terlihat mereka sepertinya menganggap tamu sebagai sumber ancaman', terutama setelah melihat fotografer yang tengah mengambil gambar.

Mereka menembak dengan panah dan mencoba menghalau helikopter.

Meirelles memperkirakan suku terasing ini punya anggota sekitar 300 orang, termasuk besar untuk suku yang tak terdata.

Suku Indian di Amazon
Suku India ini tinggal di kawasan dengan vegetasi yang sangat lebat/RICARDO STUCKERT.

"Kaum perempuan suku ini mengenakan semacam rok. Mereka bisa memintal," kata Meirelles setelah mengamati foto-foto hasil bidikan Stuckert.

Ia juga mengatakan suku ini menanam jagung, pisang, dan kentang.

Suku Indian di Amazon

Pakar yang menemukan suku Indian di Amazon mengatakan meski mengeluarkan panah mereka bukan ancaman yang serius/RICARDO STUCKERT.

Untuk kaum laki-laki, kata Meirelles, mereka punya postur yang lebih tinggi dari suku-suku lain yang tinggal di kawasan. Mereka juga memakai semacam kain yang dililitkan di perut yang sepertinya juga berfungsi sebagai pengikat alat kelamin.

Kawasan tempat suku ini hidup sangat terpencil, yang tak terjangkau oleh penebang hutan atau penyadap karet. Minimnya gangguan ini mungkin membuat mereka bertahan tapi sekaligus juga membuat mereka sangat terisolir.

Fotografer Stuckert mengatakan ingin kembali ke daerah ini namun ia juga menekankan agar mereka merasa tak terancam. Yang jelas, harus ada upaya untuk melindungi mereka, katanya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved