KPU Sulut Data Pemilih Orang Gila: Sakit Jiwa Punya Hak Ikut Pemilu
Kali pertama dalam sejarah demokrasi Indonesia, penderita gangguan jiwa mendapatkan hak politik.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Komisioner KPU Sulut, Lanny Ointoe mengungkapkan, untuk pendataan ini KPU akan meminta bantuan rumah sakit jiwa dan Dinas Sosial.
Prinsipnya, pengidap gangguan kejiwaan juga punya hak pilih. "Jadi orang gangguan mental dan kejiwaan tetap diakomodir dalam daftar pemilih, karena mereka memilih hak pilih, tidak dimasukan dalam daftar pemilih salah juga. Sesuai PKPU maka akan data untuk masukan dalam DPT," kata dia.
Kendala KPU juga soal pendataan di lapangan, kata Lanny, keluarga yang punya anggota keluarga gangguan kejiwaan dan mental bisa memberi informasi penuh. "Kita maklumi juga mungkin malu, tapi kita berharap bisa dapat data lengkap," ungkap dia.
Salman Saelangi, Komisioner KPU Sulut lainnya punya pandangan berbeda. Belum ada lembaga profesi yang bisa membedakan orang gangguan kejiwaan rendah sedang atau tinggi. "Jadi kita data dulu, karena belum bisa mendefinisikan," ungkap dia.
Intip Selera Politik Pasien RSJ Ratumbuysang
Ivanli Unjuk Jari Telunjuk
Orang gila boleh memilih di Pileg dan Pilpres 2018. Keputusan ini mengejutkan publik di Tanah Air.
Tribunmanado.co.id pun mencoba mengintip aktivitas orang 'tidak waras' di Kota Manado.
Sepanjang Kamis (22/11/2018), pasien membludak di poli jiwa RSJ Ratumbuysang, Sario Manado. Antrean panjang terjadi. Pasien poli jiwa lebih banyak ketimbang poli lainnya. Antrean terakhir tercatat hingga pukul 16.30 Wita.
Sorot mata tajam dari Ivanli Maki (19), menyapu siapapun yang lewat depan ruang perawatan pasien RSJ Ratumbuysang, Kamis sore. Pemuda ganteng itu sedang duduk di kursi, bersama ayahnya Joni Maki.
Dari liar, mata itu berubah kosong. Ia menatap kosong ke arah depan sabil bibirnya mengunyah nasi pemberian sang ayah. Tiba tiba mata itu jenaka. Ia memasang senyum kala disapa. Tampak hangat. Tak horor seperti tadi. "Dia tadinya meronta-ronta, tapi sekarang sudah tenang, besok boleh pulang," kata Joni, warga Desa Maulit, Kabupaten Minahasa Tenggara.
Sebut Joni, sang anak awalnya terkena Malaria. Lantas hilang ingatan. "Ia lantas dibawa kemari, diberi obat setiap hari selama hampir seminggu," kata dia. Ungkapnya, Joni memang sedari kecil sakit sakitan karena lahir prematur.
Sebelumnya sudah dua kali ia menderita gejala sakit jiwa.
"Tapi ini yang paling parah," beber dia. Ia berharap sang anak bisa pulih agar bisa bekerja lagi di kebun dan tentu saja nyoblos dalam Pemilu 2019.
Dikatakannya, Joni ikut Pilkada Mitra lalu dengan sangat antusias. "Saya harap ia bisa nyoblos kan namanya masuk DPT, " kata dia.
Tribun lantas menatap Ivanli yang secara tak terduga mengangkat tangan dan unjuk satu jari telunjuk. Entah apa maksudnya. Pilpres 2018 diikuti dua pasangan calon. Pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Di sebelah kamar Ivanli, terbaring Irwan. Sutikno yang menjaga Irwan mengatakan, Irwan menderita stroke kemudian hilang keseimbangan jiwa.
"Memang dahulu kepalanya sempat terpukul, " kata dia.
Menurut Sutikno, Irwan awalnya seperti orang linglung.
Kini, dengan pengobatan yang diberikan, Irwan sudah bisa berkomunikasi. "Ia sudah kenal orang, " kata dia.
Diceritakan Sutikno, Irwan yang sudah berusia 44 tahun dulunya militan mendukung sebuah parpol. Ia tak pernah absen dalam pemilu maupun pilkada. "Jika ia sembuh pastinya ikut nyoblos," kata dia.