Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wanita Wanita Sukses di Kota Manado

Modal Awal hanya Rp 100 Ribu, Sekarang Omzet Suriana Rp 30 Juta/Bulan

Tiap hari ia berjalan menawarkan produk ke toko-toko di Manado dan tak ada yang mau menerima.

Penulis: Charles Komaling | Editor: Charles Komaling
tribunmanado
Suriana dan berbagai produk sambal uniknya 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Memulai usaha tak harus dengan modal besar dan produksi yang melimpah. Inilah yang dilakukan Suriana, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kota Manado. Dengan modal Rp 100.000, ia memberanikan diri memulai membuat Abon Ikan Tuna dan Sambal Roa.

Semuanya dimulai tahun 2012. Dari uang modal itu Suriana membelikan bahan baku ikan, bumbu, dan kemasan plastik. Produksinya pun hanya beberapa kemasan saja.

“Saya memberanikan diri memulai. Saya sudah menikah, tapi harus bisa mandiri, bantu ekonomi suami saya,” ujar Suriana ditemui tribunmanado.co.id di tempat produksi, Perumahan GPI Manado, Sabtu (10/11).

Apakah dengan modal terbatas tersebut Suriana bisa langsung sukses dan produknya langsung diterima pasar? Jawabnya sama sekali tidak! Awalnya tak langsung mulus. Tiap hari ia berjalan menawarkan produk ke toko-toko di Manado, dan tak ada yang mau menerima.

“Saya masih ingat saat menawarkan di satu toko di Jalan A Maramis Manado. Saat itu saya bawa 10 botol Sambal Roa. Pemilik toko langsung bilang bahwa di Manado dan semua orang bisa bikin abon, semua orang bisa bikin sambal. Punya ibu belum tentu laku! Produk ibu ini tidak qualified,” ujar Suriana mengisahkan.

Produk-produk sambal
Produk- anek sambal 

Wanita kelahiran 14 Oktober 1979 ini mengaku ‘down’ mendengarnya, ia terdiam . “Kaget juga dengar dia bilang seperti itu. Tapi saat itu saya langsung berfikir, tidak mungkin produk saya jelek. Saya meyakinkan diri saya, toko lain pasti akan menerima. Saya pun keluar toko itu,”

Ia kembali menyusuri jalan menawarkan ke toko lainnya. Tapi ternyata tak mudah meyakinkan toko untuk menerima produknya. Setelah berhari-hari, akhirnya ada sebuah toko yang mau menerima tapi sistem konsinyasi, barang dititip, jika laku baru dibayar.

“Saya titip 15 botol sambal dan abon, sebulan kemudian baru laku. Padahal uangnya kan akan diputar lagi. Tapi saya tetap yakin ini baru langkah awal. Saya percaya selama berusaha tak akan sia-sia dan pasti ada jalan keluar,” ujar wanita kelahiran Kalimantan Barat ini.

Hari-hari selanjutnya ia kembali berjalan mengunjungi toko-toko lain di Kota Manado. Kegigihannya perlahan-lahan mulai menunjukkan hasil. Akhirnya sejumlah toko mau menerima produknya, beberapa toko bahkan repeat order, setiap minggu.

Pemesanan Sambal Roa dan Abon Tuna, baik di dalam kota maupun dari luar Sulawesi Utara (Sulut) mulai rutin ia terima, jumlahnya puluhan botol setiap minggu.

Bertahan dan Berkembang

Namun Suriana belum puas atas pencapaian tersebut. Ia kemudian memutuskan produk sambalnya harus dikembangkan. “Saya harus menciptakan produk sambal lain yang berbeda. Saya harus create produk baru tiap tiga bulan supaya bisnis saya bisa bertahan sekaligus berkembang,” ujar Suriana.

Lalu mulailah ia bereksperimen membuat berbagai jenis sambal baru yang belum ada di pasaran Kota Manado. Secara bertahap ia mulai menciptakan Sambal Bakar Cakalang, Sambal Tuna Asap, Sambal Bumbu RW, Sambal Woku Belanga, Sambal Kenari hingga Sambal Nike.

Apakah produk barunya ini langsung laku di pasaran? Lagi-lagi Suriana harus menerima kenyataan bahwa produk barunya tak serta merta langsung diterima pasar. Lagi-lagi ia harus melalui sebuah proses.

“Produk baru ini ternyata tak langsung bisa diterima pasar, tak semua toko mau menerima produk baru saya ini. Pertama karena alasan tempat mereka terbatas, kedua mereka kurang yakin apakah produk baru saya akan laku,“ ujarnya.

Suriana turut melayani pembeli  di tokonya
Suriana turut melayani pembeli di tokonya 

Suriana kemudian berfikir, satu satunya jalan untuk bisa memasarkan sendiri produknya dengan ‘sebebas-bebasnya’ adalah harus memiliki toko sendiri di Manado. “Akhirnya Juni 2018 lalu saya memberanikan diri mengajukan pinjaman dana dan menyewa toko. Saya juga siapkan tester produk-produk baru saya, sehingga mereka bisa mencoba dulu rasanya baru beli,” ujarnya.

Perhitungan Suriana tepat. Pasca ia membuka toko, produk barunya mulai dikenal pasar. Orang-orang yang sebelumnya asing mendengar produknya, bisa langsung mencicipi di toko. Dan, sebagian mereka ‘mengangkat jempol’ lalu membelinya.

Saat ini usaha keras Suriana sudah menunjukkan hasil. Pesanan dari luar Sulawesi Utara (Sulut) pun berdatangan. Tiap bulan sekitar 1.300 botol sambal dan abon ia jual, sekitar 300 botol dikirim ke sejumlah daerah di luar Sulut. Omzet rata-rata perbulan mencapai Rp 30 juta.

Pertama kali Suriana bekerja seorang diri, tapi kini Suriana berhasil mempekerjakan total tujuh orang di toko dan di rumah produksinya. Tak hanya itu, suami Suriana pun kini mulai terlibat akftif mengembangkan bisnis ini.

“Awalnya memulai bisnis ini, saya punya mimpi nanti bisa mempekerjakan para wanita, ibu rumah tangga, agar mereka bisa mandiri secara ekonomi. Dan, syukur saat ini rencana saya mulai terealisasi,” ujar ibu dua anak ini.

Berharap JNE Tembus Eropa
Terus meningkatnya permintaan ke luar Sulut dan ditopang dengan perusahaan jasa pengiriman logistik yang cepat dan terpercaya, membuat usaha Suriana terus berkembang.

“Selama ini paket saya kirim pakai Pakai JNE. Untuk sebagian barang, konsumen saya yang menentukan. Mereka sebagian besar memilih JNE. Kata mereka sih soal trust dan ketepatan waktu,“ ujar Suriana.

Selain soal kepercayaan dan ketepatan waktu, lanjut Suriana, biaya pengiriman JNE cukup murah bagi UKM seperti dirinya.  “Pelayanannya saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya, harganya juga ‘bersahabat’ bagi kami para UKM. Selain itu, pelayanannya ramah, simple, dan cepat,” ujarnya

Suriana bercerita pengalaman dengan JNE yang membuat dirinya surprise. “Suatu hari saya sedang sibuk produksi karena pesanan banyak. Saya telepon JNE, coba-coba minta mereka datang mengambil barang di rumah. Eh ternyata benar mereka datang dan sama sekali tak dipungut bayaran sepeserpun. Ini terobosan luar biasa, mengesankan sangat membantu kami,” ujarnya

Ke depan ia memiliki impian besar untuk perluas pasar hingga tersebar ke kawasan Eropa dan Amerika, yang saat ini masih sulit ditembus untuk pengiriman produk makanan. Ia berharap JNE bisa menjadi media yang membantu pengiriman produknya hingga ke negara-negara tersebut. 

Sempat ada beberapa permintaan ke negara-negara tersebut. Saat itu ia mencoba menggunakan perusahaan  jasa pengiriman barang dari perusahaan lain, namun akhirnya batal karena biayanya mahal. 

“Sayangnya saat ini JNE belum bisa melayani pengiriman ke negara-negara di Eropa. Ke depan saya berharap JNE bisa membuka layanan pengiriman ke sana. Barang saya sudah sampai Perancis, Jerman dan beberapa negara Eropa. Tapi itu mereka bawa sendiri dari sini (Manado). Waktu itu ada beberapa orang datang dan belanja. Lalu mereka bawa aneka sambal dan abon ke Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya. Saya belum bisa kirim langsung dari sini,” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved