Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Sumpah Pemuda

Gebyar Sumpah Pemuda, Flora Sentil Generasi Muda Tak Hafal Lagu Indonesia Raya

Dekan Fakultas Hukum Unsrat Manado, Dr Flora Kalalo, SH MH sentil generasi muda yang tak hafal lagu Indonesia Raya di Hari Sumpah Pemuda

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE
Dekan Fakultas Hukum Unsrat Manado DR Flora Kalalo saat membawakan pidato kenegaraan di acara Gebyar Sumpah Pemuda (kolase) satu diantara perfrom  

Laporan Wartawan Tribun Manado Christian Wayongkere

Manado, Tribunmanado.co.id - Civitas akademika Fakultas Hukum (FH) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado berbaur duduk sopan di bawah tendah besar, yang memanjang didepan ruang perkuliahan G, Senin (29/10/2018).

Pandangan mereka tertuju ke atas panggung di halaman kampus merah itu. Dibawah panggung tengah berlangsung penampilan musik Kolintang KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Hukum Unsrat, musikalisasi puisi Badan Taskir, teatrikal biro pengembangan seni, penampilan rebana beners GSHA Liba Biro Kerohanian Kristen, band akustik, encourage tentang anak muda berprestasi Sulut oleh Keisy Mawey Noni Sulut 2017, pembacaan teks Sumpah dan nyanyian dari Alsa Hukum Unsrat dan konser.

"Ini adalah kegiatan Gebyar Sumpah Pemuda Doa bagi Negeri. Selain kegiatan diatas juga dilaksanakan doa dari enam Agama bekerjasama dengan Forum kerukunan umat beragama (FKUB)," tutur Dr Flora Kalalo, SH MH dekan Fakultas Hukum Unsrat Manado disela-sela pelaksanaan Gebyar Sumpah Pemuda.

Gebyar ini digelar dalam memperingati hari Sumpah Pemuda ke 90, dengan melibatkan seluruh keluarga besar civitas Fakultas Hukum Unsrat Manado. Pada kesempatan itu, Dekan FH Unsrat Flora Kalalo membawakan pidato kebangsaan.

Dengan suara lantang dibalik pengeras suara, Kalalo mengumandangkan pidato kebangsaan yang diberi judul 'Rasa kebangsaan Indonesia'.

Menurutnya saat ini rasa cinta kebangsaan akan cinta tanah air mulai luntur, karena derasnya era globalisasi dengan westernisasi yaitu lunturnya budaya timir.

Di era sekarang semakin sulit temukan anak muda yang mempunya sopan santun khas budaya timur, seperti yang dulu pernah dicontohkan para pendahulu.

"Sulit sekarang temukan generasi muda yang hafal butir-butir sila dari Pancasila. Jika mengambil sampel ditempat umum apakah 100 persen generasi muda hafal lagu Indonesia Raya?, siapa pencipta lagi Bagimu Negeri?. Tapi kalau tanya siapa penyanyi lagi I Heart You mereka dengan cepat menjawab," tutur Flora.

Kondisi itu menandakan telah terjadi penurunan pemahaman dan pengaplikasian rasa kebangsaan Indonesia. Dengan kondisi ini Flora mengajak untuk tidak berkecil hati karena banyak upaya untuk mempertahankan rasa cinta akan bangsa Indonesia dan tentunya dengan menggali potensi yang ada.

Flora melihat belakang terus muncul aksi-aksi masyarakat dalam berbahai bentuk menunjukkan kecintaan pada bangsa dan negara, seperti pernyataan kesedian untuk menjadi sukarelawan ikut berperang dibekali dengan latihan meliter secara mandiri.

Contoh lain yang disampaikan dekan Hukum Unsrat aksi bela bangsa dna negara, ketika budaya lagu daerah, kesenian dan lainnya di kleim bangsa lain, di protes keras masyarakat Indonesia.

Adapula aksi protes dan menuntut keadilan dari masyarakat Indonesia ketika tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri mendapat perlakuan buruk.

"Selain itu masih banyak lagi, upaya konkrit yang dapat dilakukan dalam rangka memantapkan rasa cinta tanah air," tambahnya.

Di mata Flora rasa kebangsaan terlahir dari sesuatu sejarah yang panjang. Maka dari itu dia mengajak generasi muda sebagai penerus bangsa berkewajikan untuk melestarikannya.

Dalam pidatonya Flora merefleksikan lorang waktu tentang perjalanan suatu bangsa bernama Indonesia. Dimana pada 20 Mei 1908 beberapa kaum terdiri mendirikan suatu organisasi bernama Budi Utomo. Organisasi yang menumbuhkan kesedaran pada kalangan masyarakat nusantara tentang identitas keindonesiaan dan tentang makna tanah air.

Dia juga menguraikan kata Indonesia yang sudah lama tersimpan khazanah antropologi, meski baru pada tahun 1917 para pelajar dan mahasiswa-mahasiswa di Negeri Belanda, dari kawasan nusantara menggunakan kata Indonesia dalam organisasi yang mereka bentuk Indonesisch Verbond Van Studerenden.

Sementara di tahun 1918 Ki Hajar Dewantara diansingkan di negeri Belanda dia mendirikan kantor berlebel Indonesia dengan nama Indonesisch Persbureu.

"Nama Indonesia dikenal dengan semangat menggebu oleh bung karno pada tahun 1927 dalam pidato Indonesia menggungat. Yang kemudian dikukuhkan dalam salah satu perisitwa bersejarah tahun 1918 yaitu peristiwa Sumpah Pemuda," terangnya.

Pada peristwa Sumpah Pemuda diikrarkan Indonesia sebagai negara bangsa atau nation state.

Melalui kesempatan itu Flora selalu dekan fakultas ternama di perguruan tinggi di Sulawesi Utara mengatakan, tidak membutuhkan generasi pemalas yang muda terpengaruh dampak negatig globalisasi dan tidak mengindahkan nilai luhur bangsa.

Apa yang dibutuhkan? Jawab Flora adalah generasi muda yang punya jiwa nasionalis, religius, semangat tinggi dan berani berpendapat, bertinda dan bertanggung jawab.

"Kita harus benahi, cara berpakaian, tutur kata, bergaul dan lainnya. Juga disekeliling kita banyak saudara telah mengenal rokok, narkoba, pergaulan bebas dan tidak kriminal lainnya," tandasnya.(crz)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved