Up Date Gempa Sulteng: Kerugian Rp 15,29 Triliun, 2081 Korban Tewas
Status masa tanggap darurat bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah resmi berakhir Jumat(26/10).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Status masa tanggap darurat bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah resmi berakhir Jumat(26/10). Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan selanjutnya dilanjutkan tahap transisi darurat ke pemulihan. Tahapan ini dimulai Sabtu (27/10) hingga 60 hari ke depan.
Hal itu diputuskan berdasarkan pertimbangan dari perkembangan penanganan di berbagai bidang, laporan dari kepala daerah, dan masukan dari Kepala BNPB.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan misalnya, pembersihan kota sudah mencapai 70 persen, rumah sakit dan puskesmas telah beroperasi, serta telah terdapat 20 dapur umum yang berfungsi. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa situasi telah kondusif sehingga dapat memasuki masa transisi.
"Gubernur Sulawesi Tengah telah memutuskan penetapan status transisi darurat ke pemulihan gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di Provinsi Sulawesi Tengah selama 60 hari terhitung mulai 27 Oktober hingga 25 Desember 2018," ujar Sutopo.
BNPB menaksir kerugian materiil akibat bencana alam di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai Rp 15,29 Triliun per 23 Oktober 2018. Menurut Sutopo angka itu didapat setelah tim hitung cepat melakukan penghitungan menggunakan metode hitung cepat atau quick count dengan melihat dari lima sektor, yaitu pemukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya, dan lintas sektor.
"Laporan sementara hitung cepat kerusakan dan kerugian di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong per 23 Oktober 2018, sebesar Rp 15,29 triliun," ujar Sutopo.
Dia menjelaskan, angka itu didapat dari empat wilayah kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdampak bencana alam. Empat wilayah tersebut, yaitu Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong. Berdasarkan data, kata dia, total kerugian di empat wilayah itu sebesar Rp2,02 triliun atau 13,2 persen. Sedangkan, kerusakan sebesar Rp13,27 triliun atau 86,8 persen.
Kota Palu mengalami kerugian dan kerusakan terbesar, karena menjadi lokasi yang diterjang tsunami hingga setinggi 11,3 meter. Kerugian dan kerusakan mencapai Rp 7,6 triliun atau 50 persen. Sementara itu, kerugian dan kerusakan terbesar kedua di Sigi dengan Rp4,9 triliun atau 32,1 persen. Lalu, di Donggala Rp2,1 triliun atau 13,8 persen dan Parigi Rp631 miliar atau 4,1 persen.
Baca: Sebanyak 1.381 Pangkalan Elpiji di Palu Telah Beroperasi Lagi
"Biasanya kerugian lebih besar dari kerusakan. Kalau sekarang masih lebih kecil, data masih basis data sementara," ungkapnya. Angka itu diperkirakan akan bertambah mengingat basis datanya masih terbatas dan bersifat sementara.
"Tentu data juga akan bergerak dinamis seperti di Lombok, karena jumlah kerugian juga berdasarkan data bangunan berapa, insfrastruktrur berapa, ekonomi produktif gimana. Jumlah kerugian dan kerusakan akan bertambah," kata dia.
Dia menambahkan, pemerintah akan berusaha memulihkan kembali seluruh wilayah terdampak gempa. Namun, lanjut dia, itu semua harus membutuhkan waktu yang tak sedikit. "Kami membutuhkan waktu membangun kembali Palu menjadi lebih baik," ujarnya.

Bantuan Internasional Rp 25 Miliar
Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat, bantuan dana dari pihak internasional yang telah masuk ke rekening BNPB sebesar Rp 25 miliar. Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, bantuan tersebut berasal dari berbagai negara maupun perorangan.
"Yang sampai saat ini sudah ditransfer di rekening BNPB, yang khusus menampung uang cash tadi, sampai siang ini Rp 25 miliar. Asal Rp 25 miliar ini adalah bantuan dari negara dan perorangan," ujar Sutopo.
Selain itu, ada pula bantuan dari negara lain yang telah masuk berupa barang logistik, di antaranya tenda, terpal, penjernih air, genset, selimut, alat berat, dan makanan.
Sejumlah negara juga telah menyampaikan kepada Kementerian Luar Negeri untuk menyumbang dalam bentuk uang. Negara-negara tersebut terdiri dari Korea Selatan 1 juta dollar AS, China 200.000 dollar AS, Uni Eropa 1,5 juta Euro, Venezuela 10 juta dollar AS, dan Jerman 1,5 juta Euro.
Selanjutnya, Vietnam 100.000 dollar AS, Australia 500.000 dollar Australia, Laos 100.000 dollar AS, dan Kamboja 200.000 dollar AS. Bantuan uang tunai ini akan digunakan untuk proses penanganan daerah terdampak di Sulawesi Tengah.
2081 Meninggal Dunia
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 2.081 korban meninggal dunia terdampak bencana alam, gempabumi dan tsunami, di Provinsi Sulawesi Tengah.
"2.081 korban meninggal dunia. Perinciannya 171 di Donggala, 1.706 di Palu, 188 di Sigi, 15 di Moutoung, dan 1 orang di Pasang Kayu," ujar Sutopo.

Dia menjelaskan, mayoritas korban meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan saat bencana alam terjadi. Adapun untuk korban luka berat dan luka ringan, total berjumlah 12.568 orang, yang meliputi 4.438 luka berat dan 8.130 luka ringan.
Korban hilang 1.309 orang, pengungsi 214.925 jiwa, dengan rincian 206.194 di 112 titik di Provinsi Sulteng dan 8.371 jiwa di luar Sulteng. Dia menambahkan, 2.081 jenazah yang teridentifikasi sudah dimakamkan. "Pemakaman massal sebanyak 1.025 orang, pemakaman keluarga 1.056 orang," tambahnya.
Terpisah, Bupati Sigi Muhammad Irwan Lapata mengunjungi serta memberikan arahan dalam apel pagi petugas Rumah Sakit Lapangan Bulat Sabit Merah Indonesia (BSMI) di Sigi, Sulawesi Tengah, kemarin. Kedatangan Bupati Irwan Lapata terkait dengan masa tanggap darurat yang berakhir.
Irwan secara khusus meminta agar RS Lapangan BSMI bisa terus beroperasi melayani warga Sigi dan sekitarnya sampai tiga bulan ke depan meski masa tanggap darurat sudah berakhir.
Baca: BUMN Bangun Huntara di Sigi Sulteng Pasca Gempa dan Tsunami
"Seiring berakhirnya tanggap darurat kami akan sampaikan secara formal kepada BSMI untuk tetap standby ke depan. Kami dokter, perawat dan tenaga kesehatan ada tetapi jumlahnya terbatas.
RSUD Tora Belo juga hancur keadaannya, tetapi pelayanan kesehatan tetap jadi tanggung jawab kita," papar Irwan yang didampingi Ketua Umum BSMI Djazuli Ambari dan Penanggung Jawab RSL BSMI dr Victor Mangaraja.
Irwan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap kerja para relawan BSMI termasuk berdirinya RS Lapangan yang sudah melayani para korban gempa sejak hari ketiga gempa hingga kini di Sigi.
"Saya sangat bersyukur dalam keadaan bencana ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi tanggung jawab semua. Khususnya BSMI yang memberikan dukungan layanan kesehatan. Saya mewakili masyarakat Sigi mengucapkan terima kasih kepada relawan BSMI," papar Irwan.
Djazuli menyambut baik permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi agar RS Lapangan BSMI terus beroperasi setidaknya tiga bulan ke depan. Setelah tiga bulan, pihaknya bersama Pemerintah Daerah akan mendiskusikan terkait rencana pembangunan klinik permanen BSMI di Sigi.
"Kita siap menjalankan amanah dari Pemerintah Daerah. Tentu kami juga membutuhkan sinergi dengan Pemerintah Daerah untuk keberlangsungan RS Lapangan di Sigi. Alhamdulillah Bapak Bupati merespons dengan baik," papar Djazuli. (Tribun Network/gle/kps/wly)