Alasan Bung Hatta Sulit Dijadikan Jualan Politik Pilpres hingga Tangis Iwan Fals Untuk Proklamator
Alasan Bung Hatta Sulit Dijadikan Jualan Politik Pilpres hingga Tangis Iwan Fals Untuk Proklamator.
Namun, yang jelas, jika seseorang ingin dianggap seperti Bung Hatta, salah satu sikap yang wajib dimiliki adalah kesederhanaan.
Ya, wakil presiden pertama Indonesia ini memang sangat terkenal dengan kesederhanaannya, baik sebelum, saat, maupun setelah menjabat.
Salah satu kisah kesederhanaan Bung Hatta adalah tentang sepatu Bally yang begitu disukainya, seperti akan dituturkan secara lengkap berikut ini.

Seorang pria paruh baya duduk di kursi empuk ruang tunggu Bandara Internasional Adi Sucipto Yogjakarta. Dia tersenyum.
Sebagai seorang petinggi pemerintahan, senyumnya tentulah harus berwibawa.
Apalagi saat itu dia tengah menggandeng seorang wanita yang begitu menarik. Begitu mengundang hasrat.
Tapi mata ini justru tertarik memelototi sepatu yang dikenakannya. Benar-benar mengkilat saat kakinya disilangkan ke depan.
Sepatu Bally, bro! Harganya sudah pasti luar biasa mahal karena sepatu Bally asli. Bukan replika.
Di rumah, ujar dia, ada lebih dari empat pasang.
Ugh…ngomong-omong tentang sepatu Bally, ingatan ini mendadak teringat kepada kisah Bung Hatta dan sepatu Bally-nya.
Pada tahun 1950-an, Bally sudah menjadi sebuah merek sepatu bermutu tinggi dan mahal harganya.
Bung Hatta, wakil presiden pertama RI, sangat berminat memilikinya.

Tak sengaja dia membaca sebuah iklan sepatu Bally di sebuah koran yang mempromosikan tempat dijualnya sepatu idaman tersebut.
Bung Hatta sangat ingin membelinya, tapi apa daya uang di kantungnya belum mencukupi.
Karena begitu kepengen akhirnya Bung Hatta menggunting potongan iklan tersebut.