Jimmy Mokolensang: Sulut Laboratorium Bencana, Maka Harus Tangguh
Bisa dikatakan Sulut lab bencana. Banyak risiko bencana. Gunung api, banjir, gempa, ancaman tsunami juga
Penulis: Ryo_Noor | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sulawesi Utara diibaratkan sebuah laboratorium bencana.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sulut, Jimmy Mokolensang saat FGD di Kantor Tribun Manado, Jumat (19/10/2018).
"Bisa dikatakan Sulut lab bencana. Banyak risiko bencana. Gunung api, banjir, gempa, ancaman tsunami juga. Kita sosialiasi ke masyarakat laboratorium bencana. Kita berdoa jangan mengalami seperti ini," kata dia.
"Karena walaupun dari daerah ancaman tinggi, jika kapasitas masyakat daerah itu tinggi, risiko bencana bisa kecil," kata dia.
Ia menganalogikan, dua orang baik sebuah kapal laut. Satu orang mahir berenang, dan satu lainnya tidak tahu berenang.
Ketika kapal tenggelam maka yang tahu berenang punya kapasitas bisa meminimalisir risiko, sehingga kemungkinan besar lebih berpeluang selamat
"Sulut walaupun sampai saat ini disebut lab bencana, kapasitas kita terus tingkatkan latihan sampai saat ini Sulut aman. Karena kesiapan masyakarat dan pemerintah," kata dia.
Ia mencontohkan, ketika bencana banjir 2014 silam, Kota Manado merupakan daerah yang recovery cepat. Bisa dibuktikan dengan respons masyakat dan minimnya jumlah korban .
Salah satu bentuk rekomendasi yang mencuat dalam FGD ini terkait pelatihan bersama bencana gempa dan tsunami
"BPBD akan fasilitasi dalam simulasi," kata dia
Sulut sudah punya rencana penanggulangan bencana hingga ke kabupaten/kota
"Jadi sudah jelas siapa buat apa," kata dia.
Penanganan bencana pertama yang pencegahan dan kesiapsiagaan.
Kemudian, tanggap darurat jika itu sudah terjadi.
Tahun terakhir ini dia akui sudah jarang melakukan pelatihan, Baru bulan lalu Pemprov menggelar simulasi gempa bumi di Kantor Gubernur.
Sulut sekitar tahun 2009 pernah menggelar ajang internasional ARF Direx latihan simulasi bencana
Memang pelatihan perlu terus dilakukan, sempat intensitasnya berkurang namun pemerintah introspeksi , bulan lalu pasca-gempa Lombok kembali digelar
"Jadi latihan simulasi untuk PNS jika terjadi gempa bagaimana menyelamatkan diri. Lari ke mana dan kumpul di mana," ujar dia.
Ke depan, acara akan digelar di kawasan Megamas libatkan semua pihak.
Terkait kesiapsiagaan, konsep penanggulangan bencana pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi
BPBD selalu sosialiasi rutin,
" Kemarin baru selesai sosialiasi ke BUMN, sekolah dengan gedung bertingkat kemana arah evakuasi," kata dia.
Memang BPBD fokus ke gempa, karena Gempa itu sulit diprediksi beda dengan banjir yang ada tanda-tandanya.
"Kami fokus sosialiasi gempa bumi. Baru banjir tanah longsor, gempa bumi tidak tahu kapan. Sosialisasi kepada masyakarat rutin, bukan jadi tanggung jawab kami saja dan tanggungjawab bersama," Kata dia.
Semakin banyak jumlah masyakarat mengetahui konsep keselamatan diri, maka potensi untuk selamat jadi lebih banyak.
Ia menjelaskan konsep sederhana, keselamatan diri bentuk kesiagaan
"Di rumah harus punya tas siaga. Apa isinya surat penting, obat obatan, pakaian, makanan bertahan hidup," kata dia
Saat terjadi bencana tas ini sudah siap, minimal masyarakat bisa bertahan menunggu sampai bantuan yang ada.
"Konsep kesiagaan harus melekat di masyarakat," ujar dia.
Bencana di Sulteng punya dampak yang besar, ia berharap semua berdoa bencana tak akan terjadi, tapi jika terjadi semua sudah siap. (ryo)