Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Massa Ormas Adat Bubarkan Diri usai Dengar Arahan Wakapolda Sulut

Jelang Selasa subuh pukul 04.30 Wita, ribuan aktivis ormas adat Minahasa yang memadati Jalan Martadinata Paal Dua mulai bubar.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Indry Panigoro
Jelang Selasa subuh pukul 04.30 Wita, ribuan anggota ormas adat dan masyarakat yang memadati Jalan Martadinata Paal Dua mulai membubarkan diri. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Jelang Selasa subuh pukul 04.30 Wita, ribuan aktivis ormas adat Minahasa yang semula memadati Jalan Martadinata Paal Dua, Kota Manado, mulai membubarkan diri.

Massa bersikeras masuk ke kawasan Karame, tempat digelarnya tabligh akbar yang dihadiri dua habib, yakni Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith dan Habib Muhammad Hanif bin Abdurrahman Al-athos.

Namun, aparat gabungan Polri - TNI berhasil menghadang mereka. Wakapolda Sulut Brigjen Pol Jhony Asadoma mengajak massa berdialog.

Asadoma meminta massa segera membubarkan diri dan menjamin pagi hari Habib Bahar dan Habib Hanif pasti kembali ke Jakarta.

Baca: Wakapolda Sulut Coba Tenangkan Massa

Manado-5
Manado-5 (Tribun Manado)

Atas jaminan Wakapolda, massa perlahan-lahan membubarkan diri.

Mereka pulang dengan mengendarai sepeda motor dan kendaraan roda empat kembali ke rumah masing-masing. 

Selain dari Manado, sebagian besar mereka juga berdatangan dari  Tondano, Tomohon, dan Langowan.

Baca: Dua Habib Tokoh Gerakan 212 Pagi Tadi Tinggalkan Manado

Sepetti diketahui, Habib Bahar dan Hanif datang ke Manado untuk menghadiri acara Tabligh Akbar Haul Akbar ke 7 Al Habib Ali bin Abdurrahman Smith dan Doa Akbar untuk bangsa Indonesia dan Doa Bersama untuk Palu dan Donggala di Masjid Habib Alwi bin Smith di Kelurahan Karame, Kota Manado, Senin (15/10) malam.

Baca: 7 Fakta di Balik Penolakan pada Habib Bahar & Al-athos di Manado, Alasan Ormas hingga Isi Ceramah

Para aktivis gabungan ormas adat Minahasa mengadang kedua habib itu di Bandara Sam Ratulangi kemarin siang. Mereka meminta keduanya kembali ke Jakarta. Alasannya dua habib itu dinilai intoleran dan anti-NKRI. Mereka tak ingin radikalisme  masuk ke Sulawesi Utara. Mereka ingin agar Tanah Toar Lumimuut tetap toleran dan hidup saling menghargai seperti selama ini. (art)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved