Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Inilah Alasan Ormas Adat Adang Habib Bahar dan Habib Al-athos

Ratusan orang dari beberapa ormas adat Minahasa menolak kedatangan Habib Bahar dan Habib Hanif di Manado. Mereka menilai dua ustaz ini intoleran.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
istimewa
Habib Bahar bin Ali bin Smith (kiri) berbincang dengan pejabat Pemprov Sulut dan aparat keamanan di Bandara Samrat, Senin (15/10/2018). 

Dibebernya, Hanif datang di bandara lebih dahulu sekira pukul 17.00. Sedang Smith datang beberapa jam kemudian. “Untuk sementara mereka berada di bandara,” kata dia.

Senin siang, sejumlah anggota ormas adat terlibat adu mulut dengan otoritas bandara. Otoritas bandara meminta massa segera meninggalkan bandara. Massa terhalau. Di luar mereka kembali melakukan aksi.

Semua kendaraan yang keluar bandara dipantau. Jelang pukul 15.00 Wita, massa kian banyak. Sekelompok penari Kabasaran berdatangan.

Dipimpin para penari kabasaran ini, massa memasuki bandara. Aparat keamanan tak sanggup mencegah.
Di jalan terminal bandara, tarian Kabasaran kembali beraksi, menampilkan aksi mirip berkelahi. Massa sempat berorasi di terminal bandara.

Kemudian massa dan pihak polisi, TNI serta bandara melakukan pertemuan tertutup di ruang terminal care bandara. Ketegangan sempat terjadi kala tarian Kabasaran berhadapan dengan aparat kepolisian.

Para penari dalam posisi siaga. Seseorang menaruh asap rokok di sekujur badan para penari. Tercium bau kemenyan. Aparat kepolisian memegang tongkat.
Kendaraan rantis serta water cannon nampak disiagakan.

Berlangsung alot, rapat akhinya menyepakati untuk tidak mengizinkan kedua uztad masuk Manado.
Steven Kembuan, salah satu koordinator aksi menyatakan Habib Bahar dan Hanif ditolak karena merupakan pelaku intoleran. “Keduanya merupakan pentolan 212, suka mengobarkan kebencian serta penuh intoleransi,” kata dia.

Manado-2
Manado-2 (Tribun Manado)

Kembuan menegaskan, aksi tersebut bukan penolakan terhadap acara tabligh. Pihaknya justru mendukung acara itu. “Yang kami tolak itu adalah orang yang intoleransi,” kata dia.

Menurut dia, Sulut selama ini dikenal dengan kerukunan beragama. Datangnya dua orang pelaku intoleran berpotensi merusak kerukunan beragama di Sulut. “Jangan sampai masuknya dua orang ini merusak kerukunan di Sulut,” kata dia.

Dikatakannya, aksi tersebut melibatkan sembilan ormas. Aksi berlangsung damai. “Kami tak bawa sajam, tak miras, juga tak kerahkan semua massa, pesan kami Sulut adalah gudang toleransi tapi tidak pernah menolerir pihak yang berupaya mengacaukan Sulut,” kata dia. (crz/art/nie)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved