Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Inilah Alasan Ormas Adat Adang Habib Bahar dan Habib Al-athos

Ratusan orang dari beberapa ormas adat Minahasa menolak kedatangan Habib Bahar dan Habib Hanif di Manado. Mereka menilai dua ustaz ini intoleran.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
istimewa
Habib Bahar bin Ali bin Smith (kiri) berbincang dengan pejabat Pemprov Sulut dan aparat keamanan di Bandara Samrat, Senin (15/10/2018). 

Malam harinya, massa mulai memeriksa kendaraan yang keluar dari bandara. Mereka memeriksa jangan sampai kedua pentolan gerakan 212 ini lolos masuk Manado. Meski begitu anggota kepolisian tetap menjaga aksi itu.

Para pendemo yang marah karena dua pentolan gerakan 212 dikabarkan berhasil lolos. Mereka bahkan sempat melempari petugas dengan kayu. Namun aksi lempar itu tak berlangsung lama karena bisa dihentikan para panglima ormas adat.

Asisten I Pemprov Sulut, Edison Humiang menyatakan situasi bandara terkendali pascademo. "Sudah aman," kata dia Selasa dini hari.

Menurut dia, Habib diizinkan karena hanya pulang kampung. Habib berjanji tidak melakukan dakwah serta politik.
Humiang mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi isu apapun.

"Semua sudah terkendali," kata dia. Abubakar bin Smith sepupu Habib yang juga ketua panitia tabligh mengatakan, Habib datang menghadiri acara haul 7 tahun ayahnya.

Sebut dia, pihak keluarga sudah membujuk Habib untuk batal datang. Namun, Habib berkeras.

"Dia tidak ceramah dan berpolitik," kata dia. Menurut dia, Habib akan pulang pada hari Selasa.

Manado-4
Manado-4 (Tribun Manado)

Aktivitas Bandara Tetap Normal

Unjuk rasa penolakan dua pentolan gerakan 212 di yakni Habib Bahar dan Habib Hanif, Senin (15/10/2018) berakhir dengan ditutupnya jalan masuk ke Bandara Samrat. Meski begitu aktivitas di bandara tetap berlangsung normal.

Pantuan tribunmanado.co.id, polisi akhirnya menutup jalan masuk ke bandara mulai dari Rumah Sakit AURI. Tidak ada kendaraan roda dua maupun roda empat yang masuk ke Bandara Samrat. “Kita tutup dulu jalannya supaya tidak ada masa yang bertambah,” ujar Kapolresta Manado Kombes Pol FX Surya Kumara.

Ratusan personil Polda Sulut dan Polresta Manado menjaga ketat bandara. Polisi menjaga aksi dari ormas adat atas penolakan dua pentolan gerakan 212 yang dinilai radikalis.

Kapolresta Manado Kombes Pol FX Surya Kumara mengatakan, pengawalan dilakukan untuk mencegah tindakan anarkis. “Makanya kami kawal supaya aksi ini bisa berjalan damai tanpa anarkis,” tegasnya.

Massa hendak menolak kedatangan dua ustadz yang dituding intoleran, massa ormas adat Minahasa malah ketemu dengan Antasari Azhar. Mantan Ketua KPK ini tepergok di dalam mobil yang keluar bandara. Massa menyambut Azhar dengan antusias. Azhar pun terlihat senang dengan sambutan massa.

“Dirinya menjabat tangan para pemimpin ormas,” kata Christian Rondonuwu, anggota ormas. Tibanya dua pentolan gerakan 212 itu langsung disambut demonstrasi dari ormas adat rakyat Sulut.

Dengan suara lantang para anak muda dari ormas adat ini meminta agar kedua pentolan gerakan 212 itu pergi dari tanah Toar Lumimuut. “Kami tidak ingin Sulut dikotori dengan paham radikalisme,” ujar para pendemo.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved