FPSL 2018
Wali Kota Bitung Sedia Sashimi untuk Tamu Pengucapan: Turis Menari Masamper
Pengucapan Syukur Kota Bitung berlangsung meriah, Minggu (7/10/2018). Masyarakat dari seantero Sulawesi Utara, luar daerah,
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Pengucapan Syukur Kota Bitung berlangsung meriah, Minggu (7/10/2018). Masyarakat dari seantero Sulawesi Utara, luar daerah, bahkan, turis mancanegara ambil bagian pada side event Festival Pesona Selat Lembeh yang masuk kalender 100 Wonder Events Visit Wonderful Indonesia 2018, Kementerian Pariwisata RI.
Sejumlah turis ikut santap menu khas pengucapan hingga berbaur dengan masyarakat dan menari masamper. Para tamu menikmati berbagai kuliner sesuai cita rasanya secara gratis. Bahkan, warga Kota Bitung membagikan kue dan ikan kaleng kepada para pengendara roda dua dan empat yang melintasi jalan utama Kota Bitung.
Wali Kota Bitung, Maxiliaan Lomban mengatakan, Pengucapan Syukur sebagai bentuk ucapan syukur Kota Bitung atas penyertaan Tuhan sehingga dijauhkan dari segala bencana.
Dikatakannya, meskipun ada yang protes agar tidak perlu dilaksanakan, tapi pemerintah mempertimbangkan untuk tetap dilaksanakan.
“Karena di tengah saudara kita yang di Palu mengalami bencana tapi Bitung dihindari bencana dan memberikan berkat sehingga dapat melaksanakan Pengucapan Syukur," sebutnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Khoni Lomban Rawung menambahkan, Pengucapan Syukur ini sudah dilakukan selama dua tahun.
"Tahun ini kita pilih tetap dilakukan namun dengan sederhana. Karena ini sudah menjadi kalender event di Kota Bitung," sebutnya.
Dikatakannya, di tengah musibah yang dialami saudara di Palu, justru momen untuk secara bersama-sama mendoakan dan membantu mereka. "Dengan cara sebagian dari yang dimiliki masyarakat Kota Bitung di perayaan ini digunakan untuk membantu mereka yang tertimpah musibah," tambahnya.
Ketua Jemaat GMIM Imanuel Sagerat, Pdt Stephen Tulungen kepada tribunmanado.co.id mengatakan, pemberian ini sebagai bentuk ucapan syukur jemaat Imanuel Sagerat.
"Maka kami berbagi untuk masyarakat yang datang ke Kota Bitung. Posisi kami berada di pintu utama Kota Bitung maka kami buat di depan gereja agar lebih mudah membagikan berkat Pengucapan Syukur. Kegiatan berbagi ini dalam bentuk kue dan ikan kaleng dari setiap jemaat yang ada di kolom-kolom," katanya.
Dikatakannya, pemberian ini atas kerja sama kolom di jemaat dimana setiap kolom menyediakan 100 paket dari 17 kolom. "Pemberian ini kami berikan karena sudah menjadi bagian dari program jemaat dan ini kita berikan secara cuma-cuma. Kami libatkan para jemaat untuk ada di jalan untuk sama-sama berbagi di pengucapan syukur.
Kita dapat berkat maka itupun dibagikan kembali untuk sesama," sebutnya.
Event ini juga dimeriahkan demo pemotongan ikan tuna seberat 27 kilogram yang ditampilkan bagi para tamu yang hadir. Atraksi itu disaksikan Staf Ahli Menteri Pariwisata Taufik Rahzen dan Wali Kota Bitung serta Ketua TP PKK Kota Bitung dan sejumlah tamu lokal di depan rumah dinas Wali Kota Bitung, Minggu kemarin.
Amatan tribunmanado.co.id, para tamu begitu antusias menyaksikan demo pemotongan tuna. Dengan menampilkan teknik memotong saat menyajikan ikan tuna.
Satu per satu daging ikan tuna dipotong hingga merubah menjadi potongan ukuran kecil yang siap dimakan dan ditaburi dengan sambal.
Taufik mengatakan, demo pemotongan ikan tuna menarik, nantinya akan diajak ke pusat dan demo ini akan dikolaborasikan dengan musik dan diperkenalkan ke Kementerian Pariwisata.
Antusiasme warga
Terik matahari pada Minggu (7/10/2018), tak menyurutkan langkah masyarakat dari luar Bitung untuk datang ke Kota Cakalang.
Kelapan kecamatan dan 69 kelurahan di Bitung memang merakayakan Pengucapan Syukur. Momentum ini dirangkaikan dengan HUT ke-28 Kota Bitung, diawali dengan ibadah syukur di gereja.
Jemaat mendoakan pemulihan Kota Palu dan Kabupaten Sigi dan Donggala, Sulteng pascamusibah bencana alam.
Pengucapan dikemas dalam berbagai bentuk.
Ada yang mengaitkan dengan ibadah syukur HUT pribadi, perkawinan dan lainnya. Seperti yang dilakukan Keluarga Tangka-Rawung di perumahan Bhayangkara Lembeh Permai Wangurer Bitung. Pengucapan dirangkaikan dengan ibadah HUT ke-50 perkawinan orangtua.
Tak hanya warga dari luar Bitung, ada juga sesama warga Bitung. "Suka cari sashimi daging merah dari ikan tuna segar dimakan dengan bumbunya," kata Rendy, warga Kecamatan Girian saat bertandang di rumah kerabat.
Setiap perhelatan, warga yang datang banyak mencari menu serba ikan. Mulai dari ikan cakalang dan tuna, yang disajikan dalam berbagai masakan.
"Khusus di rumah kami tidak ada menu daging, semuanya serba ikan laut. Karena ini adalah menu khas Kota Bitung," ujar Sarah, warga Bitung.
Pantauan tribunmanado.co.id, warga mulai mendatangi rumah usai ibadah Minggu pagi. Sambil makan, para tamu disuguhkan lantunan lagu yang dinyanyikan seorang penyanyi dengan iringan musik piano (keyboard).
AKP Andri Permana, Kasat Lantas Polres Bitung mengimbau soal parkiran kendaraan. Untuk menghindari macet, pihaknya memohon kepada tuan rumah agar mengingatkan kepada tamu yang bawa kendaraan untuk tidak parkir di ruas jalan.
"Carilah halaman yang luas, lapangan atau tempat yang tidak menghalangi jalan raya/jalan kelurahan," tulis Kasat Lantas melalui rilisnya.
Lanjut Kasat, masyarakat yang datang bisa memilih berjalan 50 meter sampai 100 meter dari tempat parkir kendaraan menuju rumah yang melaksanakan pengucapan. "Jalan sedikit kan tidak apa-apa, dari pada terkurung macet," katanya.
Polres Bitung mengajak kerja sama perangkat kelurahan di ruas jalan protokol seperti Kecamatan Girian, Maesa, Matuari dan Madidir.
Pejabat Kemenpar Kagum
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata, Bidang Kebudayaan Taufik Rahzen berpendapat budaya masyarakat Kota Bitung menjadi kekuatan pariwisata.
Dikatakannya, ketika mengunjungi Pintu Kota Kecil di Pulau Lembeh bersama dengan pejabat Dinas Pariwisata Kota Bitung, ia menyaksikan demo pembuatan sashimi dengan bahan ikan tuna.
"Merupakan suatu kebudayaan dari masyarakat sehari-hari. Dimana masyarakat bisa merayakan Pengucapan Syukur dalam bentuk makan bersama sambil menyanyi dan menampilkan demo pembuatan sashimi.
Dengan keterbukaan masyarakat begitu sehingga dengan mudah merayakan kehidupan atau calebrate of life," kata dia.
Selain itu, kata Taufik, meskipun jumlah masyarakatnya sedikit, tapi suasananya tetap indah. Menurutnya, inilah yang menjadi kekuatan pariwisata Bitung.
"Karena pariwisata bukan hanya sekadar tempat tapi manusia dan relasinya. Bitung punya syarat-syarat itu,yang mungkin belum hanya kemasan dan promosinya," sebut dia.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Bitung, Pingkan Kapoh menambahkan, meskipun Pintu Kota Kecil masih kecil, ia mengajak semua pihak bersama-sama membangun menjadi besar.
Dengan terus bekerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata yang ada. "Agar semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Lembeh khususnya di Pintu Kota kecil," kata dia.

Pakai Produk Asli Sulut
Robert Winerungan, pengamat ekonomi Sulut menilai, Pengucapan syukur sudah menjadi tradisi di hampir seluruh daerah di Sulut termasuk di Kota Bitung yang dihelat pada Minggu (7/10/208).
Otomatis ada nilai positif dan negatif dari segi perekonomian. Sisi positifnya, peningkatan ekonomi terjadi, namun untuk Kota Bitung belum terlalu besar pengaruhnya, masih di bawah 1 persen.
Bahwa Pengucapan Syukur identik dengan pesta dan perilaku konsumtif. Lebih baik jika produk yang digunakan adalah produk asli Sulut berarti yang diuntungkan adalah Sulut.
Berbeda jika mereka menggunakan produk luar, jelas akan menguntungkan daerah luar. Kalau menggerakkan ekonomi sudah pasti, tapi hanya sedikit saja persentasenya, atau tidak terlalu signifikan.
Untuk Pengucapan Bitung, terbantu dengan adanya Festival Pesona Selat Lembeh, sehingga tidak perlu susah mendatangkan banyak orang. Namun jangan memaksakan diri untuk ikut membuat Pengucapan Syukur jika harus berutang.
Bitung belum seramai Minahasa dan Minsel saat pengucapan syukur, sehingga perlu ditingkatkan lagi dalam berbagai hal.
Balas
Berkunjung
Pengucapan Syukur jadi ajang reuni teman sewaktu duduk di SMA. Menikmati menu makanan serba ikan. Itulah alasan Melissa Tular, entrepreneur muda yang rutin datang mengikuti Pengucapan Bitung.
"Ini sudah tahun kedua saya datang ke rumah teman dan suadara untuk berpengucapan," kata Icha, sapaannya, Minggu (7/10/2018).
Tak tanggung, lulusan Fisip Universitas Sam Ratulangi Manado ini bertolak dari Kelurahan Wengkol, Kecamatan Tondano Timur, Minahasa.
Wanita yang suka dengan gaya rock and roll, rela bangun pagi kemudian menuju Bitung. "Di Bitung mengunjungi rumah teman," tambahnya.
Dia tak meninggalkan momen untuk menikmati berbagai menu ikan laut saat menyambangi ke rumah sahabat dan keluarga yang sedang berpengucapan.
"Setiap Pengucapan Bitung, andalan atau kesukaan saya adalah makan ikan sasgimi dari ikan tuna segar," urainya.
Icha yang keseharian mengurus sewa tempat acara di Kalasey Family Garden (KFG), menilai acara ini sebagai sarana untuk mengucap syukur atas berkat Tuhan yang telah melimpahkan berkat kepada masyarakat Kota Bitung, khususnya di sektor perikanan.
"Dari informasi rekan-rekan saya di Bitung, pelaksanaan Pengucapan Bitung dirangkaikan dengan HUT Kota Bitung. Didalamnya ada berbagai kegiatan wisata bahari yaitu FSPL," kata dia.
Tahun depan, dia berjanji akan kembali menghadiri Pengucapan Syukur, karena ajang itu sebagai sarana saling bersilahturahmi antarwarga.
"Kali ini kami yang dari Minahasa datang ke Bitung, dan bulan Juli masyarakat Bitung yang datang ke tempat kami di Minahasa," katanya.

Sashimi Pedas Makan dengan Goroho
Kuliner khas berbahan hasil laut menjadi andalan saat Pengucapan Syukur Kota Bitung.
Menu sashimi, satu di antaranya. Makanan asli Jepang yang biasa ditemui di hotel berbintang dengan harga mahal ini bisa dinikmati secara gratis saat Pengucapan Bitung, Minggu (7/10/2018).
Sejumlah warga menyediakan sashimi sebagai menu khusus yang bercirikan ikan laut. Makanan ini memang sangat familiar bagi warga Bitung.
Ikan tuna, bahan dasar sashimi, mudah dijumpai di perairan Bitung dan lewat perjumpaan yang intens antara nelayan Jepang dan Bitung. Resep sashimi masuk Bitung.
Meilina Lombogia kepada tribunmanado.co.id mengatakan, sashimi jadi sajian khususnya kepada tamu dalam pengucapan tahun ini. "Sashimi saya hidangkan dengan pisang goroho," kata dia Minggu malam.
Ia sengaja menambah cabai yang banyak dalam larutan kecap agar sashimi pedas. Sebut dia, tamunya umumnya berasal dari Manado dan Minahasa. "Mereka suka pedas," kata dia.
Janet Umboh, warga Bitung lainnya mengaku menyediakan sashimi atas pesanan. "Semua keluarga di Minahasa pesan sashimi," kata dia. Menurut Janet, sashimi yang disediakannya berasal dari ikan tuna segar.
Sengaja ia turun langsung pelelangan demi beroleh tuna segar. "Orang bilang makan sashimi bisa pertinggi vitalitas, makanya banyak warga Minahasa
yang penasaran," kata dia.
Sekda Bitung Audy Pangemanan beberapa waktu lalu menyebut sashimi sudah sangat merakyat di Bitung.
"Kalau orang Bitung bilang shabisi," kata dia.
Dikatakan Audy, sashimi adalah makanan mahal yang hanya terdapat di hotel berbintang tertentu. Sedang di Bitung, sashimi bisa ditemui di sembarang acara.
"Di acara manapun ada sashimi," kata dia. Lebih lanjut, dikatakannya, sashimi Bitung adalah simbol pembauran dan dinamika warga Bitung.
"Sashimi menyimbolkan bahwa Bitung adalah sebuah kota dinamis yang menyerap sejumlah keunggulan dan menggabungkan dengan keunggulannya sendiri, ini juga simbol pemersatu," kata dia. (art/amg/chi/crz)