Feature
Jadi Kepsek Berarti Harus Ngutang
Menjadi Kepala Sekolah berarti harus berhutang. Pameo itu tren di seantero sekolah di Manado akhir-akhir ini.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Indry Panigoro
TRIBUN MANADO.CO.ID, MANADO - Menjadi Kepala Sekolah berarti harus berhutang.
Pameo itu tren di seantero sekolah di Manado akhir-akhir ini.
Memang sebagian besar kepsek sekolah negeri terjerat hutang karena dana BOS triwulan III belum juga cair.
Penelusuran Tribunmanado.co.id, hutang berjumlah puluhan hingga ratusan juta.
Beberapa pihak ketiga pemberi hutang bersikap aji mumpung dengan mengenakan bunga 10 persen.
Akibatnya para kepsek harus bayar bunga dengan uang pribadi.
"Saya pinjam 100 juta, bunganya 10 persen jadi harus bayar 10 juta ke pihak ketiga, kalau utang 100 juta bisa bayarkan saat dana BOS cair, tapi bunganya 10 juta ya pakai uang sendiri," kata seorang Kepsek SMA yang meminta dengan sangat agar namanya tidak dikorankan.
"Nanti saya kena sanksi, apalagi sekarang musim rolling," ujar dia memohon dengan sangat kepada Tribunmanado.co.id, pekan lalu di ruangannya.
Ia mengaku terpaksa pilih opsi bunga 10 persen.
Dikarenakan pihak ketiga tak mau lagi meminjamkan dengan opsi tanpa bunga.
"Saya memang sering telat bayar hutang, dia mau kasih pinjam lagi dengan syarat bunga 10 persen, saya kepepet mau cari utang dimana lagi, salah salah mau tutup sekolah ini, karena tidak ada ongkos untuk bayar operasional sekolah," kata dia dengan ekspresi pedih.
Seorang kepsek lainnya mengaku terus dikejar rentenir.
Rentenir pernah memakinya di dalam ruangan kepsek.
"Dia katakan saya penipu," kata dia.
Ia memang menjanjikan pada sang rentenir bakal membayar utang pada dua pekan lalu.
Namun dana BOS ternyata tidak cair pada saat itu.
"Padahal sudah dijanjikan cair," katanya.
Seorang kepsek lainnya mengaku listriknya hampir dicabut oleh PLN karena sudah nungggak pembayaran selama beberapa bulan.
Mengandalkan kemampuan berdiplomasi, PLN berhasil dibujuk untuk memberi kelonggaran waktu pembayaran.
"Waktu itu saya sudah hopeless, pinjam ke teman kepsek tapi mereka juga alami kesulitan yang sama, untung saja saya bisa membujuk kepala PLN," kata dia.
Sebut dia, tunggakan listrik sekolah itu sudah puluhan juta.
Ia tak paham kenapa dana BOS belum juga cair.
"Pertanggung jawaban sekolah saya sudah dimasukkan, kok belum cair," kata dia.
Pameo lainnya untuk menyentik kesusahan para kepsek akibat dana bos belum cair adalah
"Menjadi Kepsek Harus Jual Harta".
Tak mau berhutang, beberapa kepsek terpaksa menjual barang berharga miliknya.
"Gelang dan cincin mas sudah saya jual, bahkan milik suami saya juga sudah dijual untuk ongkosi sekolah," kata seorang Kepsek SMP di Manado.
Untuk menagih uang komite, ia tak berani.
Ada ombudsmen yang memantau.
"Sekolah ini hanya diongkosi dengan uang dari penjualan barang berharga milik saya dan pinjaman sedikit, tak ada yang bisa kami lakukan untuk mengembangkan sekolah, kami ibarat orang miskin yang makan sekedarnya hanya demi bertahan hidup," kata dia.
Kadis Pendidikan Daerah Sulut Grace Punuh mengaku sudah mendengar penderitaan para kepsek tersebut.
Tapi ia juga tak bisa sembarang mengeluarkan uang.
"Kami tak bisa keluarkan uang, ada aturannya," kata dia.
Dikatakan Punuh, dana BOS cair jika sekolah sudah membuat laporan pertanggung jawaban.
Kenyataannya masih banyak sekolah yang belum patuh.
"Jadi kami harapkan semua sekolah melengkapi laporan tersebut agar dana BOS bisa segera cair," katanya. (art)