Kisah Pilu Kaum LGBT di Manado, Mengaku Dipersekusi, Berhenti Sekolah hingga Diusir dari Gereja
KPA Sulut serta sejumlah komunitas, jumlah kaum LGBT di Manado berkisar 3.000 hingga 5.000 orang.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Aldi Ponge
Terhadap agama ia kini punya pandangan sendiri.
Baginya Yesus adalah seorang aktivis kemanusiaan pembela kaum yang terhina.
"Saya sendiri berserah jika Memang Tuhan tak menerima saya, tapi saya tetap melayani, pelayanan saya kini adalah memberdayakan kaum LGBT," beber dia.
LGBT disabilitas
Sera (bukan nama sebenarnya) bernasib lebih buruk. Selain LGBT, ia juga disabilitas.
"Saya sering dihina, dibilang banci cacat, sepertinya seluruh dunia membenci saya," kata dia.
Penolakan masif membuat Sera tak mau sekolah. Ia pun enggan keluar rumah. "Saya hanya mengunci diri dalam kamar," kata dia.
Beberapa kali ia nyaris bunuh diri. Satu yang menguatkan Sera adalah dorongan orang tua.
Kedua orang tuanya menerima apa adanya kondisi sang anak. "Dari jatuh saya bangkit, ikut komunitas, " kata dia.
Dalam komunitas ia menggali bakatnya. Ketahuan ia punya minat dalam dunia tulis menulis.
Ia ingin suatu hari menulis novel tentang kisahnya itu.
Baca: Tim Tarsius Polres Bitung Tangkap Dua Tersangka Penodong Bocah
Dona, gay lainnya harus melupakan cita citanya menjadi seorang pekerja.
Dirinya terpaksa berhenti sekolah gara gara tak tahan dipersekusi.
Padahal ia termasuk murid berotak encer. "Saya tak tahan selalu diledek, " kata dia.
Sebut Dona, saat bersekolah di sd, rumahnya hanya berjarak 15 meter dari sekolah.