Kisah Narapidana
Mengaku Menyesal, Ini Alasan Fadli Torindatu Membunuh Pasangan Pendeta di Malalayang pada 2009
Fadli Torindatu, narapidana kasus pembunuhan pasangan pendeta di GPdI Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, pada Sabtu (25/4/2009) silam,
Penulis: Nielton Durado | Editor: Aldi Ponge
"Saya tentu berharap mereka juga ada disini, tapi saya tak punya kemampuan apa-apa. Mungkin nanti ada pengadilan Allah buat mereka," pungkasnya.

Sering Tidur di Masjid
Penampilan Fadli Torindatu sudah tak segarang tahun 2010.
Dia mengubah model rambunya dan sudah menggunakan peci.
Fadli yang sekarang bahkan lebih sering tidur di masjid dan mendengarkan ceramah.
Fadli divonis seumur hidup karena terlibat pembunuhan terhadap dua pendeta di kecamatan Malalayang.
Ia awalnya divonis mati oleh Pengadilan Negeri Manado, tapi kemudian pengacaranya melakukan kasasi, dan diputuskan menjalani seumur hidup.
Fadli sudah tampak ikhlas menjalani masa tahanannya.
"Awalnya memang masih belum terima, tapi sekarang sudah ikhlas," kata dia.
Ia mengaku, demi menebus kesalahannya dimasa lalu, pertobatan menjadi jalan satu-satunya.
"Setiap hari di masjid, karena kalau habis sholat rasa damai dalam hati itu kian terasa," kata dia.
Akan tetapi ia mengatakam sangat merindukan dua anaknya.
"Terakhir mereka kesini tahun 2013, dan sampai sekarang sudah tak datang lagi," aku dia.
Ia pun mengakui hanya menyimpan foto masa kecil kedua anaknya
"Sekarang mereka pasti sudah besar dan saya belum melihat mereka berdua," ujarnya.
Dirinya juga berjanji agar jika nanti bisa bebas dari Lapas Manado akan menghabiskan waktu bersama kedua anaknya.