Pengusaha Sulut Rugi Rp 36 Miliar: 300 Truk Masih Tertahan di Bitung
Ratusan pengusaha dan sopir menderita kerugian akibat penundaan operasi kapal fery dari Bitung ke Ternate dan Nusa Utara.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Sementara KMP Tarusi yang rencananya akan berangkat ke Ternate tidak jadi berangkat lantaran belum mendapatkan surat izin berlayar dari Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP). Petugas terkendala belum adanya surat izin perlintasan dari Kementerian Perhubungan.
Sementara untuk KMP Bawal sudah melayani jalur Bitung-Mangarang-Musi-MLG. "Tadi kami sudah mengeluarkan izin berlayar untuk beberapa kapal yang memiliki rute sebenarnya," jelas Frederik Karuntu, Kepala KSOP Bitung, Jumat (24/8/2018).
Sementara kapal yang berubah jalur semisal KMP Tarusi yang akan diperbantukan pada rute Bitung-Ternate belum diberikan izin. "Harus menunggu izin perlintasan dari Dirjen Perhubungan Darat dulu, kalau sudah ada itu baru kami keluarkan SIB," jelasnya.
Dance Maleke, Supervisor PT ASDP Bitung mengatakan, bahwa pelayaran perlahan sudah kembali normal. "Semalam KMP Gorango sudah menuju Ternate, KMP Bawal sudah menuju ke Siau, dan KMP Tarusi sudah berangkat melayani jalur Likupang-Pananaru," jelas dia.
Sementara KMP Dalente Woba akan melayani jalur Bitung-Melonguane pada hari Sabtu. Khusus untuk kapal bantuan yang akan dipakai jalur Bitung-Ternate, direncanakan KMP Tarusi, namun hingga saat ini belum mendapatkan izin perlintasan dari Dirjen Perhubungan Darat.
Bahan Makanan Akan Mubazir
Vecky Masinambow, Dosen Fakultas Ekonomi Unsrat, keterlambatan pengiriman bahan makanan memang berdampak pada kenaikan harga. Namun tidak membuat pengusaha menjadi rugi.
Pada kondisi ini, pengusaha dikatakan rugi? Mungkin tidak. Karena pengusaha itu mengikuti perkembangan harga barang.
Pengusaha itu mengikuti ritme. Kalau memang harga bahan naik, ya pengusaha pun menaikkan harganya. Kalau ada tekanan tidak boleh menjual dengan harga sekian maka pengusaha akan berhenti menjual.
Kecuali pengusaha sudah memiliki bahan, namun kemudian tidak menjualnya, maka akan mubazir.
Kemudian pengusaha tidak akan rugi ketika bahan atau barang terlambat dikirimkan ke tempat tujuan.
Tergantung barangnya. Jika bahan seperti beras dan sebagainya maka pengusaha tidak akan rugi. Biasanya pengusaha atau penyedia bahan makanan telah mengantisipasi. Sehingga punya stok bahan. Sepanjang pengusaha memiliki stok, berapa lama pun hambatan tersebut maka tidak masalah. Intinya tergantung stok yang disediakan pengusaha.
Bersyukur Selamat
Bicara ombak besar, mengingatkan Shelyn Saman ketika pertama naik kapal laut. Kapal yang ditumpanginya harus berhadapan dengan gelombang tinggi saat berlayar.
“Waktu itu akan berangkat ke Ternate. Yang saya rasakan itu seru tapi bikin takut pas mengalami ombak tinggi. Ketika itu yang saya lakukan saat berada di kapal dan kondisi gelombang laut begitu kencang, hanyalah berdoa dan berdoa,” katanya kepada tribunmanado.co.id, Jumat (24/8/2018).
Sementara, lanjut dia, orang di kapal jadi tidak karuan. semuanya panik dan ketakutan. “Semua orang saling berpegangan tangan, karena jika tidak berpegangan tangan bisa terlempar-lempar," ujar perempuan kelahiran Kotamobagu 10 November 1994.