Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengakuan Terbaru Fence Solambela yang Bunuh Anak Kandungnya, Kapolres Sudah Curiga Sejak Awal

Kapolres Minahasa, AKBP Christ Pusung sudah menduga bahwa pelaku pembunuhan Daud Solambela merupakan orang terdekat korban.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor:
Fence Solambela 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjalani hari-hari di balik jeruji besi adalah keseharian batu Fence Solambela, tersangka pembunuh anak kandung, Daud Solambela.

Pria 45 tahun ini tampak acak, ia menyesali perbuatannya selama ini yang merugikan bahkan memalukan keluarga bahkan mengakibatkan anak keduanya tewas ditangannya sendiri.

"Saya menyesal sudah melakukan ini," kata mantan pelayan khusus ini kepada Tribunmanado.co.id.

Ia mengatakan, terlanjur melakukan aksi bejat ini karena sudah dalam keadaan emosional.

"Saya emosi karena anak saya lama pulang rumah karena sore pulang rumah terlalu lama bermain," ujar dia.

Ia meminta maaf kepada keluarga, saudara dan kenalan sudah membuat malu kepada mereka atas kejadian ini.

Baca: 7 Fakta Kematian Bocah Daud Solambela di Tangan Ayah Kandung, Hanya Karena Hal Sepele

Baca: Daud Solambela Bocah Pintar yang Tewas di Tangan Bapaknya, Ini 4 Kasus Ayah Kandung Bunuh Anaknya

Baca: Ini Detik-detik Sebelum Daud Solambela Dibunuh Ayahnya, Kaget 20 Menit Kemudian Ditemukan Tewas

Baca: Sebelum Meninggal, Ibu Meita Melihat Daud Terakhir Masuk ke Rumah

"Saya minta maaf kepada istri saya, keluarga dan saudara-saudara saya," katanya sembari tertunduk.

Capsu panggilan akrab tersangka merupakan lelaki yang selama ini diincar Kapolres atas kejadian pada Minggu (12/8/2018).

Kapolres Minahasa, AKBP Christ Pusung sudah menduga bahwa pelakunya merupakan orang terdekat korban.

"Waktu ibadah pemakaman saya sudah curiga pelaku adalah ayahnya, setiap saya tatap tersangka, ia selalu menunduk saat berada di dekat peti jenasah anaknya," kata Pusung.

Kemudian Pusung menginstruksikan kepada anak buahnya bahwa selesai ibadah pemakaman dilakukan pemeriksaan interogasi terhadap Fence Solambela.

Baca: Pasca-Suaminya Jadi Tersangka, Begini Kondisi Ibunda Daud Solambela, Keluarga Tak Percaya

Baca: Sosok Daud Solambela di Mata Teman, Keluarga dan Kerabat, Sang Ibu Tak Mampu Bicara

Baca: Deretan Foto Ayah Daud Solambela saat Ditetapkan Tersangka Oleh Polres Minahasa

Baca: Sebelum Jadi Tersangka Pembunuhan Anaknya, Ini Drama Pengakuan Ayah Daud Solambela

"Setelah ditangkap dan diinterogasi, tersangka mengakui perbuatannya," ujar Kapolres.

Pusung mengimbau kepada orang tua agar menahan emosi jika memberikan pelajaran pada anak-anak. "Jangan berlaku fatal seperti yang dilakukan oleh tersangka ini, berikan didikan dan arahan yang baik pada anak, jangan lakukan kekerasan apalagi mengakibatkan meninggal dunia," kata Kapolres.

Selain itu juga, orang nomor satu di Polres Minahasa ini berharap agar orang tua menjaga pergaulan serta mengikuti gerak-gerik anak saat bermain atau menjaga saat anak bermain. "Karena kebanyakan yang terjadi kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang terdekat," pungkasnya.

Istri Tersangka Kaget

Misteri kematian Daud Solambela (7) terungkap. Bocah asal Desa Sendangan, Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa dihabisi ayahnya, Fence Solambela (45). Motif pembunuhan itu hanya lantaran tersangka marah korban pulang dari bermain sudah sore hari.

Terungkapnya si pembunuh Daud memunculkan rasa penasaran di kalangan masyarakat. Mereka tak menyangka Capsu, sapaan tersangka, setega itu terhadap darah dagingnya.

Penatua Arvia Kamagi, tante korban, tidak menyangka pelaku pembunuhan adalah ayah Daud. “Daud adalah ponakan saya. Tidak menyangka terjadi seperti ini. Kenapa bisa jadi seperti ini. Dia anaknya tidak nakal, Bahkan, dia anak dengar-dengaran, tega sekali,” kata Arvia kepada tribunmanado.co.id, Rabu (15/8/2018).

Deimer Waroka, warga sekampung dengan Daud, juga kaget mendengar Fentje, ayah kandung yang dikenal sosok rohani setega itu. “Tidak menyangka bapak sendiri bertindak sebejat itu pada anak. Kami mengira pelakunya yang lain ternyata bapaknya sendiri,” kata Deimer.

Suasana berkabung terlihat di rumah duka di Sendangan. Keluarga tak habis pikir Fence adalah pelaku pembunuhan almarhum. Terlihat sanak saudara dan kerabat silih berganti mendatangi rumah duka.

Ibu Daud, Windi Taniowas masih berat menerima kenyataan itu. Ia tak sanggup menerima musibah dan cobaan keluarganya. “Tolong jangan dulu diwawancarai dalam keadaan begini. Sekali lagi tolong ya,” kata anggota keluarga.

Natan, rekan sebaya Daud sangat kehilangan. “Daud itu setia kawan dan sangat baik,” kata Natan. Di dalam kelas, Daud selalu nomor satu dalam menyelesaikan tugas. Bahkan, ia sering diajari pelajaran oleh Daud. “Kalau saya tidak mengerti biasanya Daud yang kasih mengerti pelajaran,” katanya.

Begitu juga dengan Rafi. Ia kehilangan teman bermainnya. Mereka tak menyangka bahwa pelaku adalah ayah dari Daud.

Fence mengaku emosi hingga menganiya anaknya sampai meninggal. “Terlanjur emosi,” katanya saat konferensi pers Kapolres Minahasa, AKBP Christ Pusung soal kasus pembunuhan pada Minggu (12/8/2018) di Sendangan, Rabu kemarin. Fence mengaku bersalah atas tindakan itu. “(Merasa) bersalah. Menyesal,” jawabnya.

Kata dia, tak ada persoalan dengan istri. Tindakan itu spontan dilakukannya saat emosi. “Perasaan emosi,” jawabnya. Usai menikam korban, dia mengaku tak mengecek lagi nadi anaknya itu. Soal uang Rp 200 ribu yang sempat dikabarkan hilang, dia menyangkalnya. “Itu kata istri saya,” ucap dia. Dia mengaku menyesali perbuatannya dan terus menangis atas kejadian itu.

Baca: Ini 8 Video Insiden Paskibra, Mulai Tali Putus Hingga Rok Melorot

Sehari sebelumnya kepada tribunmanado.co.id, Fence mengaku belum bisa menerima kematian Daud. Berada di depan mayat anaknya di ruangan autopsi RS Kandou, Senin (13/8/2018) malam, Fence terus menangis.

Isak tangis itu kadang berganti nyanyian lirih permintaan memohon kekuatan pada Tuhan. Entah sudah berapa kali nama Tuhan ia sebut. “Tuhan, Tuhan, “ kata dia. “Saat itu saya pulang dari ibadah duka, mau lanjut ibadah kaum bapa, jadi saya pulang, tampak pintu terbuka sedikit, saya berjalan menuju ke belakang dan tampaklah anak saya sudah tergeletak dengan tubuh berdarah,” kata dia. Ucapannya kemudian terbantahkan dengan hasil penyelidikan dan pengakuannya kepada penyidik. Fence mengaku telah membunuh anaknya Daud.

Windi, istri Fence kerap meminta keluarga untuk tidak balas dendam sekiranya pelaku ditemukan. “Biar jo (saja) nanti Tuhan yang balas,” katanya.

Tindakan penjahat
Kasus pembunuhan Daud oleh ayah kandungnya menyita berbagai reaksi dari masyarakat.

Menurut Kriminolog Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Dr Rodrigo Elias, tindakan tersebut sudah merupakan ciri orang yang menjadi penjahat. “Tindakannya tidak bisa diterima dan sudah seperti penjahat,” ucapnya, Rabu kemarin.

Rodrigo menambahkan, bisa jadi ada dua hal yang memicu sang ayah melakukan hal itu. “Pertama karena dia terganggu jiwanya. Kedua karena dalam kondisi emosi tak terkontrol, sehingga sudah gelap mata,” beber dia.

Kata Rodrigo, jika dilihat dari perbuatannya maka bisa terancam hukuman selama 15 tahun. “Tapi jika dilihat dari berbagai faktor hakim bisa menjatuhkan pidana lebih, namun melihat beberapa unsur yang memberatkan,” tandasnya.

Kepala Polres Minahasa AKBP Christ Pusung
Kepala Polres Minahasa AKBP Christ Pusung (TRIBUN MANADO/FERDINAND RANTI)

Kapolres Pusung: Fence Bikin Alibi

Penyidik Polres Minahasa menetapkan Fence Solambela alias Camsu (45) sebagai tersangka pembunuhan anaknya, Daud Solambela warga Desa Sendangan pada Rabu (15/8/2018).

Bocah 7 tahun yang ditemukan tewas dengan pisau menancap di perutnya pada Minggu tiga hari sebelumnya. Kapolres Minahasa, AKBP Christ Pusung mengungkapkan tersangka berada di rumah duka pada Minggu pukul 13.00 Wita. Tersangka pulang ke rumah pukul 15.55 dan melihat korban berada di dapur.

“Camsu (Fence) langsung mendorong anaknya dengan tangan kiri, sehingga terlempar, jatuh dan terbentur di tembok,” kata Pusung saat konferensi pers pada Rabu siang.

Daud pun pingsan karena terbentur. Untuk membuat alibi, tersangka mengambil pisau di atas meja lalu menikam korban. Ia menggantikan kaus anak.

“Membiarkan pisau tertancap di perut, kemudian tersangka menggendong anaknya keluar rumah sambil berteriak minta tolong,” ungkap Kapolres.

Ia menjelaskan, hasil penyidikan, tersangka marah terhadap anaknya karena bermain terlalu lama di luar rumah.

“Berdasarkan fakta penyelidikan dan ditemukan alat bukti berupa hasil visum dan keterangan saksi serta pengakuan pelaku. Kami dari Polres Minahasa menetapkan satu tersangka dengan nama Fence Sontje Solambela alias Camsu,” bebernya.

Kapolres mengungkapkan, polisi menjerat tersangka dengan pasal 80 ayat 3 dan 4, Undang-undang 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

“Ancama pidana paling lama 15 tahun dan denda Rp 3 miliar ditambah sepertiga,” katanya Katanya, polisi langsung mengamankan tersangka untuk diperiksa usai pemakanan korban.

“Menurut hasil visum, korban ditusuk sebanyak dua kali. Mungkin takut karena anaknya sudah pingsan atau kemungkinan sudah meninggal. Dia melakukan penusukan untuk melakukan alibi baru, bahwa anak ini mati dibunuh pelaku pencurian,” ujar Kapolres.

Kata Pusung, sejak awal mendengar informasi kasus tersebut kecelakaan. Adanya isu pembunuhan membuat polisi melakukan autopsi terhadap jenazah almarhum. Usia penguburan jenazah korban, polisi mengamankan saksi-saksi termasuk tersangka. “Keterangan saksi mengarah ke pelaku dan pengakuan dari Fence, kami tetapkan tersangka,” katanya.

Orley Charity Sualang
Orley Charity Sualang (ISTIMEWA)

Terjadi Agresi Emosional

Orley Charity Sualang, psikolog, mengatakan bentuk agresi emosional dalam tindakan yang dilakukan oleh sang ayah terhadap anaknya. Terdapat beberapa faktor yang bisa membuat seseorang melakukan pembunuhan.

Pertama adalah stressor sosial ekonomi atau keluarga yang punya ekonomi rendah. Kedua adalah disorganisasi sosial atau kurangnya pengendalian diri dalam mengontrol reaksi agresi.

Faktor yang ketiga adalah budaya kekerasan yang biasanya seseorang terbentuk dalam lingkungan. Kekerasan tinggi atau mengalami kekacauan sosial serta kurang memiliki nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.

Sedangkan faktor yang keempat adalah tidak memiliki nilai spritual yang baik. Baik si pelaku maupun sang ibu dari korban butuh penanganan.

Bagi si pelaku butuh penanganan psikis seperti rehabilitasi khusus melalui konseling untuk mengetahui motifnya. Setelah motif diketahui barulah dilakukan penanganan.

Sedangkan untuk sang ibu sangat membutuhkan penanganan traumatis. Di sini peran keluarga sangat dibutuhkan, karena sang ibu tidak hanya kehilangan satu anggota keluarga tapi dua. Selain itu, rasa benci terhadap sang suami juga harus diperhatikan jangan sampai membentuk kepahitan dalam hati.

Pelajaran buat Kita

Kasus bocah Daud Solambela (7) tengah jadi buah bibir di masyarakat Sulawesi Utara. Banyak orang masih bertanya kenapa ayah kandung tega membunuh anaknya.

“Miris ketika membaca berita ayah membunuh anaknya sendiri. Apalagi hanya karena masalah sepele,” kata kata Natasya Permatasari, Rabu (15/8/2018).

Menurutnya, sebesar apapun masalah yang terjadi, sebaiknya jangan langsung gelap mata. “Sebagai ibu muda merasa sedih ketika membayangkan kejadian tersebut. Ketika anak yang dilahirkan dengan penuh perjuangan harus tewas mengenaskan di tangan ayahnya sendiri,” kata perempuan kelahiran Manado, 15 Maret 1995.

Dikatakannya, kejadian itu memberikan pelajaran bagi semua orangtua termasuk dia. “Sayangilah anak kita, karena anak itu adalah titipan dari Tuhan dan berkat dalam keluarga. Didiklah anak-anak dengan bijak, serta tegur mereka dengan kasih saat mereka melakukan kesalahan, dan berdoalah senantiasa agar keluarga kita selalu dalam lindungan Tuhan dan dijauhkan dari segala bahaya,” sebut perempuan yang berprofesi make up artis ini.

Keluarga dan Jenazah Daud Solambela
Keluarga dan Jenazah Daud Solambela (TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS)

Menyesal si Bocah Pintar Itu Telah Tiada

Kasus kematian Daud Solambela (7) memberikan banyak pelajaran bagi publik.

Di balik pengungkapan kasus kematian anak kedua Keluarga Solambela-Taniowas ini ada banyak cerita di masyarakat hingga tim penyidik.

Kasus yang menyita perhatian publik ini pun langsung ditangani Kapolres AKBP Christ Pusung dibantu Kasat Reskrim AKP Frengky Ruru.

“Jadi, usai ibadah pemakaman kita lakukan penangkapan dan diinterogasi. Pelaku yang adalah ayah kandung (korban) yang melakukan perbuatan ini,” kata Kasat Reskrim kepada tribunmanado.co.id, Rabu (15/8/2018).

Kejadian meninggalnya bocah yang dikenal pandai dan rajin beribadah ini sempat memunculkan banyak spekulasi dan ramai di media sosial seperti Facebook. Banyak netizen yang penasaran.

Sekira tiga hari, Polres Minahasa berhasil mengungkap kasus kematian bocah Sendangan ini. Sang tesangka ternyata ayah kandung.

Fence Solambela (45) tampak bingung saat dihadirkan penyidik pada konferensi pers di Mapolres Minahasa, Rabu (15/8/2018). Kapolres Christ Pusung mengatakan, tersangka membunuh anak kandungnya menggunakan pisau.

Nasi telah jadi bubur. Kini Capsu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum. Ia telah diamankan di Mapolres Minahasa.

Capsu mengaku bahwa ia yang telah melakukan aksi pembunuhan itu. Kendati sehari sebelumnya, sang ayah belum mau mengaku.

“Saya melakukan perbuatan (membunuh) karena emosi. Dalam keadaan sadar tanpa mabuk, saya menyesali perbuatan saya,” katanya. (fer/nie/chi)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved