Kapitra: Silakan Panggil Saya Cebong, Pengacara Rizieq Resmi Gabung PDIP
Terjawab sudah posisi Kapitra Ampera, penasihat hukum Habib Rizieq Shihab, dalam daftar bakal calon anggota legislatif
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Terjawab sudah posisi Kapitra Ampera, penasihat hukum Habib Rizieq Shihab, dalam daftar bakal calon anggota legislatif (bacaleg) PDI Perjuangan. Pengacara tersebut tak keberatan dirinya dipanggil 'cebong' yang identik dengan pendukung Presiden Joko Widodo.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristianto didampingi Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Idam Samawi, Selasa (24/7), mengumumkan Kapitra Ampera sebagai bacaleg partai tersebut. Kapitra Ampera kemudian memperlihatkan dokumen persyaratan sebagai bacaleg.
"Hari ini saya sudah masukan seluruh perlengkapan persyaratan sebagai caleg PDIP Dapil (Daerah Pemilihan) II Riau. Sudah saya serahkan. Hari ini saya sah menjadi caleg PDIP," kata Kapitra Ampera di kantor DPP PDI Perjuangan, Jl Diponegoro, Jakarta, Selasa.
Dalam kesempatan itu ia mengatakan tidak mempermasalahkan mendapat panggilan cebong. "Hari ini saya menjadi cebong. Silakan panggilan cebong karena cebong dalam persepsi agama saya adalah anak katak yang selalu berzikir demi kebaikan bangsa dan umat manusia," tegasnya.
Di akhir pertemuan, Hasto memberikan tiga buku kepada Kapitra Ampera. Secara garis besar buku itu mengenai Bung Karno, Islam dan Pancasila. Hasto mengaku buku itu mengenai keislaman presiden pertama Republik Indonesia itu.
"Buku keislaman Bung Karno," kata Hasto. Setelah menerima buku, Kapitra mengaku akan mengamalkan buah pemikiran dari Bung Karno kepada masyarakat banyak. "Buku transformasilan ke banyak orang. Saya akan membaca malam ini tiga-tiganya," tambah Kapitra.
Ia menjadi bacaleg untuk Dapil II Riau karena dibesarkan di provinsi itu. "Saya lahir di Sumbar (Sumatera Barat), besar di Riau. Kawin sama orang Melayu Riau. Anak-anak saya tiga lahir di Riau. Saya berjuang di Riau," ujar Kapitra.
Kapitra mengibaratkan dirinya sebagai sebuah jembatan. Apalagi, nama Ampera sama dengan nama jembatan di Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Terkait peran dan fungsi jembatan tersebut, dia merasa yang paling penting bukan cara, tetapi tujuan.
Menurutnya, cara boleh berbeda, tetapi tujuan tidak boleh berbeda. "Apa tanggung jawab saya? Saya menyaksikan kehancuran sebuah rahmat Allah yang tak dimiliki bangsa lain. Tenggelam dalam mispersepsi dan penyesatan dalam perbedaan. Mengapa tidak saya menjembatani," katanya.
Ia mengakui tak kuasa menolak tawaran dari PDI Perjuangan untuk mendaftarkan diri sebagai bacaleg. "Saya katakan partai lain tidak pernah menawarkan. Apakah itu PKS, Gerindra, PAN, PBB, Golkar, PPP, dan PKB, tidak pernah menawarkan saya. Yang nawarin saya cuma PDIP," ujar Kapitra.
Ia memilih bergabung dengan partai berlambang kepala banteng itu karena menilai sebagai pilihan realistis. Selama ini, dia melihat belum maksimal di dalam memperjuangkan agama Islam saat berada di luar.
Dukung Habib Rizieq
Menurut Kapitra, PDI Perjuangan memberi ruang untuk memperjuangkan keislaman. Selain itu PDI Perjuangan juga memperjuangkan mayoritas umat Islam dan anak bangsa supaya lebih baik dan sejahtera.
Ia berharap saat berada di dalam bisa mencari jalan keluar. "PDIP membukakan saya pintu untuk bisa mewujudkan cita-cita yang manusia Indonesia inginkan, umat Islam dan umat lain. Itu yang saya mampu. Jadi tidak mungkin saya mengambil sesuatu yang saya tidak mampu," katanya.
Dalam kesempatan itu Kapitra mengajak semua pihak menghentikan fitnah dan hoax (berita bohong). Dia juga tidak mempermasalahkan apabila ada sejumlah pihak yang mempertanyakan dan mencibir keputusannya tersebut.
"Silakan dicaci maki atas suatu pilihan berbeda. Tetapi saya ingin mengatakan tujuan masuk PDIP untuk membela ulama, membela Indonesia karena Indonesia ini terdiri dari pulau, ratusan suku, dan bermacam agama. Satu kesatuan yang tidak boleh dipisah," tambahnya.
Meski telah bergabung dengan PDI Perjuangan, ia mengaku tetap mendukung Habib Rizieq Shihab. Terutama, apabila Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu mencalonkan diri sebagai presiden.
"Oh tenang saya akan bela Habib Rizieq. Kalau Pak Jokowi melawan Habib Rizieq. Saya izin ke PDIP, saya pilih Habib Rizieq," ujar Kapitra. Ia melihat, sampai saat ini belum ada calon presiden-calon wakil presiden yang akan diusung pihak oposisi.
Sejauh ini, hanya Joko Widodo, selaku presiden petahana yang kemungkinan besar akan kembali maju. "Saya juga tidak tahu Pak Jokowi lawan siapa? Ganti presiden, oke, gantinya siapa? Siapa calonnya? Kalau calonnya Habib Rizieq, tetapi siapa yang mencalonkan," tegasnya.
TGB Jadi Tim Kampanye Jokowi
Tak butuh waktu lama bagi Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) untuk kembali terlibat di dalam kancah politik nasional.
Setelah menyatakan mengundurkan diri dari Partai Demokrat, TGB akan dilibatkan dalam tim kampanye pemenangan Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, membenarkan mengenai rencana pelibatan TGB tersebut. "Beliau sudah memberikan dukungan kepada pak Jokowi.
Mereka yang telah satu napas memberikan dukungan kepada pak Jokowi, tentu, kami akan ajak dalam memimpin," ujar Hasto, ditemui di kantor DPP PDI Perjuangan, Jl Diponegoro, Jakarta, Selasa (24/7).
Pada saat pembentukan tim kampanye, kata Hasto, diperlukan perpaduan seluruh elemen masyarakat, parpol pemberi dukungan, serta para relawan. Menurut dia, Jokowi membutuhkan tokoh untuk membantu pemenangan di daerah.
"Tim kampanye yang begitu besar diperlukan juga tanggung jawab di daerah untuk memenangkan Pak Jokowi tersebut," katanya. Pengunduran diri TGB dari Partai Demokrat, menurut Hasto, memberi angin segar bagi PDI Perjuangan.
Dia menilai TGB akan memberikan nilai tambah bagi tim pemenangan Joko Widodo (Jokowi).
"Bagi PDIP, sikap TGB yang memberikan dukungan kepada Pak Jokowi ini merupakan angin segar. Merupakan hal sangat positif, dan akan memperkuat kepemimpinan Pak Jokowi," tambahnya.
Mengenai peluang TGB masuk ke PDI Perjuangan, Hasto menyatakan partainya masih mempertimbangkannnya. Menurut Hasto, bergabung atau tidaknya seseorang ke dalam sebuah partai politik sudah diatur dalam undang-undang.
"Tapi bagi PDI Perjuangan mereka yang bergabung ke partai tentu saja memahami misi PDI Perjuangan. Semangat ideologi partai berdasarkan Pancasila. Proses dialog itu sangat baik dan tentu saja mereka yang akan bergabung harus ada kesesuaian sikap," ujar Hasto.
Namun, Hasto juga menjelaskan, pintu partai akan selalu terbuka untuk siapa saja, termasuk TGB. Menurutnya, TGB memiliki kesamaan sikap, yakni sama-sama memperjuangkan Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019. (tribunnetwork/gle)