Yudi Latif Bilang ke Jokowi Ingin Perhatikan Keluarga: Langsung Ajak Anak-anaknya Mudik
Yudi Latif langsung mengajak keempat anaknya ke kampung halaman di Sukabumi, Jawa Barat pada Jumat (8/6) pagi.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Yudi Latif langsung mengajak keempat anaknya ke kampung halaman di Sukabumi, Jawa Barat, pada Jumat (8/6) pagi atau sehari setelah dia mengundurkan diri sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Saat awak Tribun mendatangi kediaman Yudi Latif di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan pada Jumat siang kemarin, sopir pribadi Yudi Latif, Amar mengatakan majikannya bersama keempat anak telah meninggalkan rumah sejak Jumat pagi menuju Sukabumi. Mereka mudik lebih awal karena ingin merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga besar di tanah kelahiran Yudi Latif.
"Bapak tadi subuh sudah berangkat ke Sukabumi dengan anak-anak semua. Bapak sama anak-anak mau Lebaran di sana," tutur Umar di kediaman Yudi Latif.
Sepengetahuan Amar, Yudi Latif dan anak-anaknya baru akan kembali ke rumah setelah Hari Raya Idul Fitri mendatang.
Baca: Mundur dari Kepala BPIP: Ini Surat Pamitan Yudi Latif
Yudi Latif menjadi orang tua tunggal dengan empat anak setelah sang istri, Linda Natalia Rahma, meninggal dunia akibat kecelaaan tunggal di Tol JOOR Bambu Apus, Jakarta Timur pada Senin dini hari, 25 Mei 2015.
Saat itu, Linda mengendarai mobil saat dalam perjalanan pulang dari Tasikmalaya, Jawa Barat, ke Jakarta, usai berziarah ke makam ayahnya dan merayakan ulang tahun ibundanya.
Almarhumah meninggalkan empat anak, dengan dua anak di antaranya masih kecil. Mereka adalah Matahari Kesadaran, Cerlang Gemintang, Bening Aura Qalby dan Binar Aqlia Semesta.
Meski terbilang dekat, Amar mengaku tidak tahu menahu jika majikannya sudah menungudkrn diri sebagai Kepala BPIP. "Nggak tahu saya. Saya mah yang penting nganter jemput aja. Nggak pernah nanya-nanya urusan bapak," tuturnya.
Bilang ke Jokowi Ingin Perhatikan Keluarga
Presiden Joko Widodo telah menerima surat pengunduran diri Yudi Latif dari posisi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Jokowi menghargai hasil kerja Yudi Latif sejak memimpin Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) hingga terbentuk BPIP.
"Pagi tadi saya telah menerima surat pengunduran diri Pak Yudi Latif. Dan saya sangat menghargai upaya-upaya yang telah disiapkan dalam proses-proses pembentukan UKP-PIP kemudian pindah ke BPIP," ujar Presiden Jokowi usai menghadiri acara buka puasa bersama di kediaman Ketua MPR, Zulkifli Hasan Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Jumat (8/6).
Jokowi juga memuji integritas dan kerja keras yang telah dilakukan Yudi Latif semasa memimpin UKP-PIP sampai menjadi BPIP. "Saya kira kerja keras pak Yudi Latif serta integritas beliau tidak perlu diragukan lagi," kata Jokowi.
Sementara itu, Jokowi meminta semua pihak untuk bersabar perihal siapa sosok yang akan menggantikan Yudi Latif sebagai Kepala BPIP. "Wong baru tadi pagi. Nanti," ujarnya.
Jokowi pun mengungkapkan dalam surat pengunduran dirinya, Yudi Latif menyampaikan mengundurkan diri sebagai Kepala BPIP karena keluarga. Yudi ingin memberikan perhatian lebih kepada keluarganya. "Di dalam surat juga disampaikan bahwa karena ada urusan pribadi, urusan keluarga yang harus lebih diberikan perhatian, beliau mengundurkan diri," kata Jokowi.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, Johan Budi mengutarakan hal yang sama.
Johan menjelaskan, memang tugas dan kegiatan BPIP yang mencakup seluruh lapisan dan daerah di Indonesia menjadi lebih padat dibandingkan saat masih berbentuk UKP-PIP.
"Peningkatan kapasitas UKP menjadi BPIP, tentu memerlukan tingkat kesibukan lebih tinggi. Menurut Pak Yudi dalam surat itu, beliau merasa tidak sanggup karena masih ada urusan keluarga yang perlu diintensifkan oleh Pak yudi Latif. Alasan formalnya begitu yang ada di surat," ungkap Johan.
Menurut Johan, peningkatan status dari unit kerja presiden menjadi sebuah badan yang disetarakan dengan menteri berdampak pada intensitas pekerjaan yang lebih besar.
"Pak Yudi Latif setelah setahun, merasa bahwa transformasi itu yang juga sedang dikerjakan oleh BPIP itu sudah hampir selesai. Jadi, tugasnya dianggap oleh Pak Yudi Latif dianggap selesai karena ada urusan keluarga yang memerlukan perhatian lebih besar," ujarnya.

Rekan di BPIP Terkejut
Wakil Kepala BPIP Hariyono terkejut atas keputusan Yudi Latif mengundurkan diri sebagai Kepala BPIP. Ia tak menduga sebelumnya mengingat akhir-akhir ini tak melihat ada tanda-tanda Yudi Latif bakal mundur dari posisinya.
Bahkan, pada hari dia mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi, Yudi Latif bersikap seperti biasa saat berkantor di BPIP. "(Kamis) kemarin seharian di kantor kami tidak menangkap itu. Enggak ada, kebetulan saya juga menemani beliau waktu menerima tamu dari BPJS," kata Hariyono kepada Kompas.com, Jumat (8/6/2018).
Menurut Hariyono, Yudi Latif juga tak pernah membicarakan soal niatnya mundur dari posisi yang dia emban tersebut.
Namun, ia mengakui selama ini Yudi Latif mengeluhkan kesulitan dan keterbatasan BPIP sebagai lembaga yang baru bertransformasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila.
"Tapi beliau selalu memotivasi kami, ya itulah menegakkan nilai-nilai Pancasila itu tidak di ruang kosong. Sehingga kita harus sabar, ulet, dan terus berjuang bagaimana pengarusutamaan Pancasila itu bisa terus dilakukan," terang Hariyono.
Ia masih berharap Yudi Latif membatalkan pengunduran dirinya. "Mudah-mudahan beliau (Yudi Latif) masih masuk ke kantor. Kami ingin menawarkan diskusi," ujarnya.
BPIP Rugi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus anggota Dewan Pengarah BPIP, KH Said Aqil Siradj juga terkejut atas keputusan pengunduran diri Yudi Latif dari BPIP ini.
Ia beberapa kali berupaya menghubungi nomor telepon genggam Yudi Latif. Namun, tak kunjung terhubung. Padahal, ia ingin mengonfirmasi langsung dan menanyakan alasan keputusan Yudi mengundurkan diri dari posisi Kepala BPIP.
Menurut Said, pengunduran diri Yudi Latif sebagai Kepala BPIP ini menjadi kerugian tersendiri bagi BPIP. Sebab, ia mengenal Yudi Latif sebagai sosok yang cerdas, aktif, dan jujur. "Kita rugi lah kalau beliau mengundurkan diri," tutur Said Aqil.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pun menganggap perlu orang yang mumpuni untuk memimpin BPIP sepeninggal Yudi Latif. "Tentu harus dicarikan figur-figur lain yang betul-betul, kira-kira yang kapasitasnya mendekati sama atau bahkan sama," kata Moeldoko.
Apalagi menurut Moeldoko, kapasitas Yudi Latif banyak diakui oleh berbagai pihak. "Kemampuan beliau untuk mengarusutamakan Pancasila, beliau memiliki background yang luar biasa tentang pemahaman terhadap Pancasila," terang dia.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengapresiasi mundurnya Yudi Latif sebagai Kepala BPIP. Bagi Fadli, apa yang dilakukan oleh Yudi latif itu adalah sikap yang Pancasilais.
Ia menduga mundurnya Yudi karena adanya perubahan status lembaga dari unit kerja menjadi sebuah badan. Ia menilai keberadaan BPIP sebagai sebuah lembaga negara perlu dievaluasi sehingga ia mengapresiasi langkah Yudi yang memutuskan mundur dari pucuk pimpinan.
"Jadi keberadaan BPIP perlu dievaluasi lah. Saudara Yudi Latif ini bagus, fair. Itu tindakan yang Pancasilais menurut saya mengundurkan diri dari BPIP," kata Fadli.
Ia mengatakan, keberadaan BPIP sebagai lembaga yang bertugas menyemaikan dan menebar benih Pancasila bertentangan dengan spirit reformasi birokrasi.
Saat ini, lanjut Fadli, sudah banyak lembaga negara yang menjadi suar bagi Pancasila dan mensosialisasikannya ke masyarakat, salah satunya MPR.
Semestinya, kata Fadli, persemaian dan penyebaran nilai-nilai Pancasila datang dari masyarakat, bukan dari negara. "Saya kira di MPR sudah ada program terkait empat pilar, ini anggota DPR yang mewakili rakyat kan melakukan sosialisasi. Jadi, memang harus bottom up, bukan top down," tukasnya. (Tribun Network/git/coz)