Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Warga Kotamobagu Mulai Buru Lampu Botol Tradisi Monuntul

Tradisi Monuntul (pasang lampu) menjelang lebaran telah dilakukan masyarakat Kotamobagu, sejak nenek moyang.

Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/VENDI LERA
Nadia Kairupan berjualan lampu botol di jalan Datoe Binangkang, Kotamobagu, Sulawesi Utara. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Tradisi Monuntul (pasang lampu) menjelang lebaran telah dilakukan masyarakat Kotamobagu, sejak nenek moyang.

Lampu yang dimodifikasi dengan mengunakan sumbu kompor dan botol kecil, sering dipakai warga dalam tradisi Monuntul.

Tradisi itu dimanfaatkan pedagang untuk menjual lampu dari botol.

Satu di antaranya Nadia Kairupan (34).

Nadia Kairupan, berjualan lampu botol di jalan Datoe Binangkang, sehari dia bisa menjual 200-300 lampu botol.

"Saya baru berjualan sejak minggu lalu. Namun sudah banyak warga datang membeli," ujar Naida Kairupan, (1/6/2018).

Harga per botol lampu ini dijual Rp 3000.

Ada beli eceran dan grosir.

Tiap hari dipersiapkan 1.000 botol lampu.

Dijual mulai pukul 08.00 sampai 19.00 Wita.

Puncak keramaian, warga datang membeli lampu botol ini, dua atau satu hari sebelum lebaran.

"Saat itu kami sibuk mempersiapkan lampu botol, karena permintaan tinggi. Saya sudah mempersiapkan stok 1000 botol di rumah," ujar Nadia.

Pendapatan lampu botol tahun lalu mencapai Rp 2 juta rupiah.

Pemerhati kebudayaan Mongondow, Chairun Mokoginta, Tradisi Monuntul ini harus dilihat dari dua perspektif, yakni kebudayaan dan agama

Kegiatan ini dikaitkan dengan malam Lailatul Qadar yang dijanjikan pada satu malam di 10 terakhir Ramadan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved