Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengakuan Mantan Bos Mossad: Netanyahu Pernah Perintahkan Habisi Iran

Mantan petinggi Mossad mengklaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pernah mengeluarkan perintah

Editor: Lodie_Tombeg
kompas.com
Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benyamin Netanyahu 

TRIBUNMANADO.CO.ID, TEL AVIV - Israel dan Iran terus menancapkan pengaruh di Timur Tengah. Mantan petinggi Mossad mengklaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pernah mengeluarkan perintah pada militer untuk mempersiapkan serangan ke Iran dalam waktu 15 hari pada 2011 silam.

Pernyataan tersebut diungkapkan mantan kepala badan intelijen Israel, Tamir Pardo, yang sempat menjabat pada 2011 hingga 2016, dalam sebuah wawancara dengan tayangan investigasi, Uvda, di televisi Israel, Keshet TV, pada Kamis (31/5/2018).

Pardo mengingat kembali saat perintah tersebut diberikan Netanyahu dengan menegaskan jika itu bukan latihan.

"Saat dia memerintahkan Anda untuk memulai proses hitungan mundur, Anda tahu jika dia tidak sedang bercanda dengan Anda," kata Pardo sebagaimana dikutip dari wawancara.

Kantor Perdana Menteri Israel tidak memberikan komentar terkait pernyataan Pardo.

Pardo mengatakan, setelah menerima perintah persiapan serangan tersebut, dia segera mencari klarifikasi dari berbagai pihak.

"Saya mencari klarifikasi dari semua yang saya bisa. Saya memeriksa penasihat hukum, berkonsultasi dengan semua pihak yang saya bisa untuk memahami siapa yang berwenang dalam memberikan perintah peluncuran perang," ujar Pardo.

"Saya ingin memastikan bahwa jika seandainya Tuhan tidak mengizinkan, sesuatu yang salah terjadi, atau bahkan misi gagal, tidak akan ada situasi di mana saya telah melakukan operasi ilegal," tambahnya sebagaimana dikutip The New Arab.

Tak dijelaskan dalam pratinjau tayangan investigasi tersebut, apa yang terjadi setelah perintah diberikan. Namun sejarah menunjukkan jika Israel tidak pernah melancarkan serangan ke Iran pada 2011.

Hubungan antara Israel dengan Iran telah kembali semakin tegang dalam beberapa waktu terakhir, terutama terkait kehadiran militer Teheran di Suriah.

Baca: Protes Israel: Pdt Keintjem Kaget Tak Bisa ke Yerusalem, Pastor Boseke Tunggu Perkembangan

Israel telah beberapa kali menembakkan misil dan melancarkan serangan udara ke fasilitas Iran di Suriah, sementara Iran turut melepaskan misil ke wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Israel juga menjadi salah satu pihak yang paling mengkritisi perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang disebut tidak memberikan jaminan pencegahan Iran dalam mencapai persenjataan nuklir.

Presiden AS Donald Trump.
Presiden AS Donald Trump. (PolitiFact)

Dukung Trump

PM Benjamin Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang mundur dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015.

Trump mengumumkan keluar dari kesepakatan yang membatasi program nuklir Iran tersebut pada Selasa (8/5/2018).

"Israel mendukung sepenuhnya keputusan berani Presiden Trump hari ini untuk menolak kesepakatan nuklir yang membawa bencana dengan rezim teroris Teheran," kata Netanyahu dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional sesaat setelah pengumuman Trump.

Netanyahu menyebut kesepakatan nuklir Iran sebagai resep menuju bencana bagi kawasan Timur Tengah dan juga bencana bagi perdamaian dunia.

"Inilah sebabnya mengapa Israel berpikir bahwa Presiden Trump telah melakukan langkah yang bersejarah," tambah Netanyahu dikutip AFP.

Netanyahu pada 30 April telah menunjukkan puluhan ribu dokumen intelijen yang mengungkap ambisi senjata nuklir rahasia Iran.

Dalam pengumumannya, Trump merujuk pada dokumen intelijen yang telah diungkap tersebut.

Namun pendukung kesepakatan nuklir Iran justru melihat dokumen intelijen yang diungkapkan Israel sebagai alasan mengapa perjanjian itu penting untuk dipertahankan.

Sementara Trump dan sekutunya di Timur Tengah, terutama Israel berpendapat kesepakatan nuklir 2015 terlalu lemah dan perlu diganti dengan pengaturan yang lebih permanen.

Mereka juga melihat pencabutan sanksi terhadap Iran di bawah kesepakatan tersebut telah memberi peluang Teheran untuk meningkatkan kemampuan membiayai gerakan militan dan agresi teroris lainnya di Timur Tengah.

Kesepakatan Nuklir Iran ditandatangani oleh enam negara besar yakni Inggris, China, Perancis, Jerman, Rusia, Iran dan AS pada tahun 2015.

Perjanjian tersebut menyatakan sanksi ekonomi terhadap Iran akan dicabut apabila negara itu menghentikan semua program pengayaan nuklirnya.

AS menandatangani perjanjian itu saat masih di bawah pemerintahan Barack Obama, namun Trump perjanjian yang berakhir pada 2030 itu memungkinkan Iran untuk melanjutkan program pengembangan nuklirnya. *

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mantan Petinggi Mossad: Netanyahu Pernah Perintahkan Serangan Militer ke Iran"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved