WKI KGPM Sulut Nikmati Ibadah Puncak Meski Cuaca Panas di Bitung
Meski beribadah di bawah tenda yang disediakan panitia, namun hawa panas tetap menembus dan dirasakan oleh jemaat.
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Panas terik matahari tak menghalangi semangat ratusan Wanita Kaum Ibu (WKI) Kerapatan Gereja Protestan di Minahasa (KGPM) merayakan puncak hari WKI KGPM se-Sulawesi Utara, di Lapangan Upacara Kantor Wali Kota Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (25/5/2018).
Meski beribadah di bawah tenda yang disediakan panitia, namun hawa panas tetap menembus dan dirasakan oleh jemaat.
Uniknya, panggung utama dihiasi dengan berbagai macam hasil kebun yaitu sayuran dan buah-buahan.
Bahkan di tenda tempat jemaat ada pohon pisang.
Nampak hadir Edison Humiang Asisten I Pemprov Sulut, Wali Kota Bitung Maximiliaan Lomban, Forkopimda Bitung, Pucuk Pimpinan KGPM pendeta Fetricia Aling, Ketua Majelis Gembala KGPM Pdt Teddius Batasina, komisi WKI KGPM, dan jemaat KGPM se Sulut.
Pendeta Batasina yang memimpin ibadah tersebut mengambil pembacaan dalam Amsal 31:10-31 yang menceritakan soal istri yang layak dipuji.
Ia menjelaskan bahwa istri yang akan dipuja puji oleh suami adalah istri yang bisa berbuat baik, pekerja keras, pelayan yang mau melayani, memiliki kepekaan terhadap alam lingkungan yang dihidupi.
"Pemberani, mampu menata hidup, mengenal baik anak dan suami, lemah lembut, dan takut akan Tuhan," jelasnya.
Sebab menurutnya, kecantikan hanyalah sementara namun istri yang mampu menjalankan tugasnya layak dipuja puji oleh suami.
Ia menjelaskan bahwa puncak syukur ini merupakan peringatan dan perenungan Tuhan berikan setiap tahun.
"Melihat peran dan fungsi masayakat saat ini dan komitmen kebangsaan dan tanggungjawab gereja dalam lingkungan," jelasnya.
Ia menambahkan, Gereja dan pemerintah wujudkan komitmen bersama.
"Di Bitung banyak hal yang bisa digali, khususnya juga sinergitas gereja dan pemerintah, melakukan penanaman pohon, selamatkan yaki, dan peduli terhadap kerusakan alam. "Posisi gereja adalah berfungsi maksimal tidak hanya spiritual belaka, tapi juga alam lingkungan hidup," jelasnya.
Ada tiga dimensi yang harus diperhatikan yaitu dimensi ke Allah, dimensi Kemanusiaan, dan dimensi lingkungan hidup.
Khouni Lomban Rawung ketua panitia mengatakan bahwa sejak dicanangkan, berbagai kegiatan sudah dilaksanakan, bahkan hingga pada puncak perayaan.
"Kami sudah melaksanakan penanaman pohon sebanyak 300 pohon, melakukan donor darah, Iva test, deklarasi go green, lomba bintang vokalia, senam Tobelo, dan senam jantung sehat," ujarnya.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut dipilih sebagai bentuk perhatian terhadap kaum ibu agar lebih mencintai alam, dan kesehatan khususnya kesehatan diri," ujarnya.
Sementara itu, Pendeta Fetricia Aling mangatakan bahwa KGPM berbangga karena bisa mewujudkan tema KGPM yaitu mengasihi Allah, manusia, dan alam.
"Menanam pohon dan kesepakatan go green, kita termotivasi dan menjadi langkah awal keputusan sidang KGPM untuk memelihara alam," jelasnya.
Ia mengatakan bahwa itu merupakan bukti wanita KGPM membawa kehidupan di dunia ini.
"Tes IVA untuk kesehatan mencegah kanker bentuk serviks merupakan bukti nyata mengasihi diri sendiri," jelasnya.
Ia mengajak agar WKI KGPM berubah menjadi perempuan yang bijak dalam mencintai Allah, alam, dan diri sendiri.
Edison Humiang mewakili Gubernur Sulut mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai ajang untuk lebih mengembangkan potensi kaum ibu.
Wali Kota Bitung sangat berterimakasih kepada KGPM bahkan mengapresiasi panitia yang dianggap mampu menerjemahkan tema dan sub tema ulang tahun KWKI.
"Mengasihi Tuhan, mengasihi perempuan, dan mencintai alam," jelas dia.
Sempat dilakukan penandatanganan deklarasi go green oleh Pemkot Bitung dan KGPM.(Tribunmanado.co.id/Alpen Martinus)