Politisi PDI-P Bantah Hubungan dengan Demokrat Merenggang Menjelang Pertemuan SBY-Prabowo
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira membantah hubungan partainya memburuk dengan Partai Demokrat.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira membantah hubungan partainya memburuk dengan Partai Demokrat.
Hal itu disampaikan Andreas menanggapi rencana pertemuan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
"Enggak, biasa-biasa aja," kata Andreas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Ia meyakini SBY selaku Presiden keenam RI tak tersinggung dengan kritik yang dilayangkan Presiden Joko Widodo terkait subsidi BBM di era pemerintahan sebelumnya.
Karena itu, ia menganggap rencana pertemuan SBY dengan Prabowo hanya sekadar pertemuan biasa di antara kedua ketua umum partai.
"Ya dari dulu kan kritik kan biasa, kami mengkritik Pak SBY kebijakan-kebijakan sebelumnya. Pak SBY juga melakukan kritik hal yang biasa. Enggak ada yang luar biasa," lanjut Andreas.
Rencana pertemuan SBY dengan Prabowo Subianto sebelumnya diungkap oleh anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno.
Hal ini kemudian dibenarkan Ketua Divisi Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.
Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua Tim Pemenangan Prabowo Sandiaga Uno, Sabtu (19/5/2018).

Ketua DPP PAN Yandri Susanto Yandri Susanto memprediksi rencana pertemuan Ketua Umum Gerindra Prabowo dengan SBY.
"Jangan disempitkan dengan itu ya komunikasinya. Jadi sekarang memang sedang dibangun komunikasi dengan lintas partai," kata Yandri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Ia memprediksi pertemuan tersebut baru tahap awal penjajakan koalisi di antara Gerindra dan Demokrat sehingga yang dibicarakan ialah visi dan misi pemerintahan ke depan.
Ia menambahkan, dalam situasi saat ini belum ada partai yang akan mendeklarasikan pasangan capres dan cawapres sebab pendaftaran masih lama.
Yandri pun optimistis ketua umumnya, Zulkifli Hasan, mampu bersaing dalam bursa cawapres pendamping Prabowo dan Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019, meskipun saat ini elektabilitasnya belum tinggi.
"Pengalaman dulu, pengalaman Bang Hatta dulu enggak muncul-muncul di survei. Waktu Bang Hatta jadi cawapres Prabowo jadi capres, nama Bang Hatta nggak pernah muncul, tapi Pak Prabowo ambil. Dan kalahnya cuma sedikit sama Pak Jokowi," lanjut dia.