Najwa Shihab Dicecar Pertanyaan Oleh Tora Sudiro, Pilih Prabowo atau Jokowi? Ini Jawabannya
Dalam video tersebut, rupanya Najwa Shihab menjadi bintang tamu di acara yang di bawakan oleh Tora Sudiro....
TRIBUNMANADO.CO.ID-Najwa Shihab membuat Tora Sudiro emosi lantaran jawabannya ketika diminta utnuk memilih Jokowi atau Prabowo.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Youtube Untung Ada Tora yang diunggah pada Jumat (18/5/2018).
Dalam video tersebut, rupanya Najwa Shihab menjadi bintang tamu di acara yang di bawakan oleh Tora Sudiro.
Anak Quraish Shihab itu tampil dengan mengenakan pakaian serba hitam.
Rupanya, Najwa Shihab mendapat tantangan untuk memilih diantara dua pilihan.
Baca: Mantan Murid Panglima ISIS Bongkar Seluk Beluk Penyebaran Ideologi Terorisme di Indonesia
Pertanyaan pertama, najwa disuruh memilih Fadli Zon atau Fahri Hamzah.
Mendapat pertanyaan itu, Najwa Shihab langsung mengerutkan dahi.
"Kok pilihan dua-duanya nggak enak," ujar Najwa Shihab.
Setelah itu, Najwa tampak menyapa kedua wakil ketua DPR itu.
Baca: Karna Postingan Ini, BTS Akhirnya Bertemu dengan Backstreet Boys loh!
iruh milih, nanti kalau aku milih salah satu, yang lain cemburu lho," ujar Najwa.
Lantaran dipaksa untuk memilih, Najwa Shihab lantas memilih Fahri Hamzah.
Selanjutnya, Najwa Shihab mendapat beberapa pertanyaan pilihan hingga pertanyaan soal memilih Prabowo atau Jokowi.
"Prabowo atau Jokowi?" tanya Tora Sudiro.
Mendapatkan pertanyaan itu, Najwa Shihab tampak berhenti sejenak dan berusaha memikirkan jawaban.
Baca: Denny Siregar: Pak SBY Kenapa Demokrat Pasang Iklan Gede Bawaslu Senang, Beda saat PSI yang Lakukan
"Em..ditunggu di kampanyenya 2019 nanti, soalnya ini urusan memilih" ujar Najwa.
Mendengaar jawaban Najwa Shihab, Tora terus mendesak agar ia memilih.
"Ini nggak ada urusan pilih memilih, " ujar Tora Sudiro.
Namun, meskipun di desak, Najwa Shihab tetap menjawab seperti jawabannya yang pertama, yaitu meunggu di kampanye keduanya di 2019 nanti.
Setelah itu, Najwa Shihab diminta untuk menuliskan nama dengan sebuah inisial.
"Ya sama aja dong, kalau disebut, kalau inisial yang bagus itu, 'N' naura,Nun sukun," ucap Najwa Shihab.
Setelah itu, Tora Sudiro melanjutkan pertanyaan lain tanpa jawaban Najwa Shihab untuk soal memilih Jokowi atau Prabowo.
Setelah itu, Tora melanjutkan pertanyaan unutk Najwa Shihab samapi akhir.
Kemudian, Najwa Shihab diminta untuk membaca jawaban pilihannya.
Baca: Link Live Streaming Piala Thomas dan Uber 2018 di Thailand, Pukul 09.00 WIB
"Ini maksudnya dibaca semua, terus untuk nama Jokowi dan Prabowo di masukkan aja ya," ujar Tora.
lalu, Najwa Shihab membacakan jawabannya.
"Fahri tangkis kabar Prabowo dan Jokowi ingin maju Pilpres,akibat kesehatan," ucap Najwa sambil tersenyum.
Simak video selengkapnya:
AHY dan Sandiaga Bertemu Jajaki Koalisi Pilpres 2019: Prabowo Tunggu Jokowi
Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno, Jumat (18/5/2018).
Deputi Media dan Humas Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Putu Supadma Rudana mengatakan, pertemuan tersebut untuk menjajaki peluang kerja sama pada Pilpres 2019.
"Pertemuan kedua tokoh muda tersebut untuk menjajaki kerja sama pada Pemilu Presiden 2019. Komunikasi politik antardua pemimpin muda ini sangat penting," kata Putu dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (19/5/2018), seperti dikutip Antara.
Dia mengatakan, komunikasi yang dijalin antara kedua tokoh muda itu untuk membuka kemungkinan kedua partai berkoalisi.
AHY diklaimnya mempunyai elektabilitas tinggi untuk menjadi Capres ataupun Cawapres.
Putu menambahkan, saat ini di Indonesia lebih dari 50 persen merupakan generasi millenial. AHY, klaim dia, merupakan pemimpin muda yang selalu disambut antusias oleh generasi milinial saat melakukan safari politik di seluruh kota di Indonesia.
"Tentu saja pertemuan dengan Sandi ini merupakan peluang awal untuk bekerja sama," ujarnya.
Putu yang juga anggota Komisi X DPR RI itu menilai, meskipun AHY berusia muda, bukan berarti menjadi penghalang untuk menjadi pemimpin sebuah negara.
Dia mencontohkan, di dunia banyak pemimpin muda semakin mumpuni hadir seperti Emmanuel Macron yang menjadi Presiden Prancis berusia 39 tahun.
"Lalu Juri Ratas yang menjadi Perdana Menteri Estonia umur 38 tahun pada 2016, Sebastian Kurz menjadi PM Austria usia 31 tahun, Justin Trudeau PM Kanada dan banyak lagi," katanya.
Demokrat hingga saat ini belum memutuskan dukungan untuk capres atau cawapres 2019.
Sementara Gerindra sudah memutuskan akan mengusung Ketua Umumnya, Prabowo Subianto sebagai capres. Adapun cawapresnya masih dibahas.
SBY, AHY dan Jokowi (Kolase TribunWow)
Prabowo Umumkan Cawapres Setelah Jokowi Deklarasi Pendampingnya
Ketua DPP Partai Gerindra Desmond Junaedi Mahesa menyatakan, deklarasi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto akan dilakukan setelah Joko Widodo mengumumkan siapa cawapresnya.
"Kan jelas dari statement Pak Prabowo bahwa Pak Prabowo akan mendeklarasikan setelah Pak Jokowi mendeklarasikan wapresnya. Kalau saya sih acuannya kata Pak Prabowo," kata Desmond di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Ia menambahkan, deklarasi cawapres Prabowo menjadi kewenangan penuh mantan Ketua Umum Gerindra itu beserta Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.
Desmond menilai, deklarasi cawapres pendamping Prabowo semestinya tak perlu dipermasalahkan.
Menurut dia, yang terpenting saat ini, Gerindra dan PKS sudah sepakat untuk berkoalisi bersama dalam Pilpres 2019.
Jumlah kursi dua parpol itu di DPR cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres 2019.
"Jadi saya bilang, hari ini apapun, yang penting itu kalian harus lihat bahwa dua partai ini sudah satu pemikiran yang sama. Tinggal kapan disepakati oleh pimpinan partai untuk mendeklarasikan," ujar Desmond.
"Kalau mau kita jujur melihat ini siapa yang didorong tentunya ada kesepakatan tiga orang. Ustad Salim (Segaf Al Jufri), Sohibul Iman, Pak Prabowo. Kapan deklarasinya? Kita serahkan ke tiga orang itu," lanjut dia.
PKS menawarkan sembilan kadernya sebagai cawapres bagi Prabowo. Mereka adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Mantan Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Kemudian, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al'Jufrie, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf, dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.
Sementara itu, koalisi pendukung Jokowi masih membahas soal cawapres. Sejumlah nama muncul.
Adapun pendaftaran akan dibuka pada Agustus 2018. *
PAN Bantah Telah 'Beri Sinyal' Dukung Prabowo di Pilpres 2019
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno mengatakan, PAN belum memutuskan apakah akan mendukung Presiden Joko Widodo atau berkoalisi dengan Partai Gerindra yang mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto.
"Kami masih menunggu rakernas (rapat kerja nasional). Itu adalah forum resmi dalam mengambil keputusan kami terkait arah politik 2019," kata Eddy di Gedung DPP PAN, Jumat (18/5/2018).
Selain itu, Eddy juga membantah bahwa Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan telah memberikan sinyal bahwa partainya bergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) yang dibangun Partai Gerindra dan PKS.
Baca: Hidayat Semakin Yakin Kader PKS Jadi Cawapres Prabowo
Meski begitu, Eddy enggan mengatakan ke mana arah dukungan PAN dalam pilpres mendatang.
"Apa pun yang saya katakan sekarang sifatnya hanya asumsi saja, tunggu sampai ada keputusan definitif," ujar Eddy.
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai kemungkinan terbentuknya poros ketiga dalam Pilpres 2019, Eddy hanya menjawab secara normatif."Ini politik, Bung. Politik adalah seni dari segala kemungkinan," kata Eddy.
Eddy kembali mengatakan, sikap PAN terkait dukungan pada Pilpres 2019 baru akan ditentukan dalam rapat kerja nasional (rakernas) pada Mei mendatang.
Saat ini ada lima partai politik di parlemen yang telah menyatakan dukungan ke Presiden Jokowi, yakni PDI-P, Partai Golkar, Partai Nasdem, PPP, dan Partai Hanura. Sedangkan PKB, PAN, dan Partai Demokrat belum menyatakan dukungan.
Adapun, Partai Gerindra dan PKS meskipun kemungkinan akan kembali berkoalisi, namun belum mendeklarasikan dukungan untuk mengusung Prabowo sebagai capres. PAN pada Pilpres 2014 lalu bergabung dengan koalisi Partai Gerindra, PKS, Partai Golkar, PAN, PPP yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Tiga partai terakhir kemudian beralih dan menjadi partai pendukung pemerintah Presiden Jokowi.