Tatapan Terakhir Omayra dan Kisah Tiga Hari Menyakitkan Pascaerupsi Gunung Berapi di Kolombia
Pada tanggal 13 November 1985, Gunung Nevado del Ruiz, di Kolumbia meletus. Awan piroklastik menyembur dahsyat, meledak dan mengalirkan lahar.
Ia terjepit dengan posisi tenggelam hingga setinggi dada.
Tim penyelamat menyadari bahwa mereka tak mungkin menyelamatkan Omayra tanpa memotong kedua betis gadis kecil tersebut.

Sementara tim mencari cara menyelematkannya, mereka memasang ban di tubuh Omayra supaya dia tak tenggelam.
Mereka mencoba kembali menyelam untuk melihat bagaimana tembok yang hancur itu menjepit kedua betis Omayra.
Petugas menyaksikan bahwa Omayra ternyata terjepit di tembok dimana jasad bibinya berada di bawah kakinya.
Meskipun keadaannya sangat sulit, Omayra tetap optimis bisa selamat.
Ia bahkan bersenandung kepada German Santa Maria Barragan, seorang wartawan yang bertugas sebagai relawan.
Ia meminta makanan manis dan minuman soda.
Pada saat itu, Omayra juga mengaku takut, ia berdoa dan juga menangis.
Pada malam ketiga, Omayra mulai berhalusinasi. Ia mengatakan tak ingin terlambat berangkat ke sekolah, dan menyebut tentang ujian matematika.
Beberapa saat sebelum ajal menjemput, bola mata Omayra berubah berwarna merah, wajahnya mengerut sementara tangannya semakin pucat.
Seolah tahu apa yang akan terjadi, Omayra meminta tim penyelamat untuk meninggalkannya, supaya mereka bisa beristirahat.
Beberapa jam kemudian, tim penyelamat kembali ke tempat Omayra sambil membawa pompa, namun tetap tak bisa mengangkat tubuhnya tanpa memotong kedua betisnya.
Jika itu dilakukan, maka Omayra akan merasakan sakit yang luar biasa lantaran tidak adanya peralatan medis untuk amputasi.

Setelah terperangkap selama hampir tiga malam, Omayra menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10.05 tanggal 16 November 1985. Ia meninggal akibat mengalami hipotermia.