Lebih Suka Balapan Daripada Bajak Sawah, Ini Kisah Sapi "Zaman Now" di Minut
Warga Desa Kawangkoan Minut mempunyai tradisi khusus yaitu balapan sapi yang diadakan setiap hari minggu atau libur
Penulis: Arthur_Rompis | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Arthur Rompis
AIRMADIDI, TRIBUNMANADO.CO.ID - Warga Desa Kawangkoan Minut dan sekitarnya punya "hubungan" yang unik dengan Sapi.
Sapi, hewan yang oleh kebanyakan masyarakat digunakan untuk membajak, oleh warga Kawangkoan lebih banyak dipakai untuk balap.
Balap sapi merupakan tradisi warga setempat yang berlangsung tiap hari minggu atau libur.
Sensasi balap sapi tak hanya menyaksikan adu sapi atau kejagoan joki, namun juga taruhan yang melibatkan hingga penonton.
Dani, salah satu peternak Sapi mengatakan, sapi miliknya memang diproyeksikan untuk balalan.
"Dia saya beri vitamin, makanan yang baik serta dikasih latihan lari," kata dia.
Demi menguatkan tubuh si sapi, Dani harus merogoh kocek jutaan rupiah.
Kemenangan sapi dalam lomba balap bisa mengangkat harga dirinya.
"Ini masalah gengsi dan tradisi," kata dia.
Ia membeber tak sekalipun membiarkan Sapi meluku di kebun.
Baginya, sapi hanya untuk dilombakan. Hukum Tua Desa Kolongan Denny Mokolensang mengakui lebih banyak sapi yang dilombakan.
"Itu membuat saya harus terus memberi penyuluhan tentang manfaat sapi di kebun, sayang kan kalau kebun terlantar gara gara sapi lebih banyak dilombakan," kata dia.
Ia membeber, sapi beranjak dari sawah ke arena balap dikarenakan booming balap sapi pacu belakangan ini.
Jika ditilik dari sejarahnya, ia membeber, balap sapi berasal dari tradisi agraris suku Tonsea, terutama yang berdomisili di Desa Kawangkoan dan sekitarnya.
"Sapi kan perlu untuk menggarap sawah, lama-kelamaan muncul minat warga untuk melombakan sapi-sapi tersebut," kata dia.