GEGER! 2 Wanita Bercadar Nyaris Tusuk Polisi, Ditemukan Surat Wasiat Mengejutkan
Pasca kerusuhan Mako Brimob 8-10 Mei kemarin sampai saat ini masih menyisakan beberapa kejadian mengerikan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pasca kerusuhan Mako Brimob 8-10 Mei kemarin sampai saat ini masih menyisakan beberapa kejadian mengerikan.
Semua orang khususnya Polisi harus benar-benar hati-hati.
Belum juga dingin kabar meninggalnya 5 orang angggota Brimob.
Kemarin, satu orang anggota satuan intel Brimob Bripka Marhum Prencje, 41, ditikam pria mencurigakan di depan Rumah Sakit Brimob Kelapa Dua, Depok.
Peristiwa teror kepada polisi ini terjadi sehari setelah kerusuhan di Mako Brimob setelah napi teroris menjebol rutan.
Berdasarkan informasi yang beredar korban penusukan itu adalah Bripka Marhum Prencje, yang merupakan anggota Intel Brimob Kelapa Dua.
Pelaku penikaman bernama Tendi Sumarno yang beralamat di Desa Buniara, Tanjung Siang, Jawa Barat.
Tak menunggu waktu, kejadian yang sama hampir saja kembali terjadi jika Polisi tidak sigap.
Dua wanita bercadar ditangkap Polisi karena memperlihatkan tingkah aneh, dan benar saja 2 wanita itu sudah berencana melakukan penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok pada Sabtu (12/5/2018).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol M Iqbal dalam keterangannya membenarkan soal penangkapan tersebut
"Kedua orang yang dicurigai tersebut sedang diamankan untuk pendalaman selanjutnya," seperti Sripoku.com dikutip dari Kompas.com.

Keterangan pihak kepolisian menyebutkan, kedua perempuan tersebut bernama Dita Siska Millenia dan Siska Nur Azizah.
Polisi menyita sejumlah barang bawaan mereka,berupa dua buah KTP, dua unit ponsel, dan satu buah gunting.
Hasil interogasi kepolisian menunjukkan, keduanya akan melakukan aksi penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob.
Polisi telah membuat berita acara interogasi terhadap kedua perempuan tersebut.
Polisi juga telah mengambil data dari kedua ponsel mereka, serta mengambil foto dan sidik jari mereka.
Banyak foto beredar di media sosial.
Tak hanya foto sosok dari dua wanita itu saja, tapi juga ada foto gunting, KTP juga sepucuk surat yang diduga ditulis oleh satu diantara dua wanita tersebut.
Dari foto yang beredar, tertulis di KTP Siska Nur Azizah merupakan wanita kelahiran Ciamis pada tahun 1996.
Siska Nur Azizah bermukim di Kampung Legok 1, Indragiri, Panawangan, Ciamis.
Ia belum menikah dan tertulis belum bekerja.
Sementara Dita Siska Millenia kelahiran Temanggung tahun 2000.
Dita tinggal di Dusun Jambon, Gemawang, Temanggung.
Dita juga belum menikah dan belum bekerja.


Di akun Facebook Katakita, tampak pula sepucuk surat yang diduga ditulis oleh satu diantara dua wanita yang ditangkap.
Begini isiya :
Senandung Doa
Ya Allah gantikanlah kepedihan dengan kesenangan dan jadikanlah kesenangan itu awal kebahagian dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram.
Ya Allah dinginkan panasntya kalbu dengan salju keyakinan dan padamkan baru jiwa dengan air keimanan, semoga jiwa dan raga ku di jalanmu ya Allah. Amien
By Cule Lpu

Afif Faturohman : Prmohonanny jiwa n raga dia d jalan Allah Swt, sdangkan Dia puny niatan utk menyakiti orang.Kq logikaku ga nyambung tah???
Jodie Romi Putra: Gue tau dia berniat melakukan kekerasan. Tapi entah kenapa, doa yang dia panjatkan begitu dalam
Bangkitnya Sel Telur Terorisme
Melihat kerusuhan Mako Brimob ternyata tak cuma aksi napi terprovokasi karena kejadian sepele.
Lebih dari itu, ternyata ada niat bangkitnya sel telur teroris di tanah air lewat kejadian mengerikan tersebut.
Dilansir Sripoku.com dari BBC Indonesia, Stanislaus Riyanta, pengamat terorisme yang sedang menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Indonesia, dalam artikel berikut ini.
Dilihat dari kekejaman perlakuan itu, dapat dinilai bahwa kadar radikal dari para napi terorisme (napiter) itu sangat tinggi.

Bahwa penyiksaan dan pembunuhan brutal itu mereka siarkan secara live lewat media sosial, menunjukkan bahwa ada kebutuhan bagi mereka untuk melakukan propaganda tentang aksi mereka yang penuh kekerasan itu.
Propaganda ini dapat dinilai sebagai ajakan untuk mengikuti apa yang mereka lakukan.
Dan dampak yang bisa terjadi dari propaganda ini adalah bangkitknya sel-sel tidur teroris.
Kasus ini patut dicermati dari berbagai sisi.
Pertama, penanganan napiter di rumah tahanan Brimob perlu dievaluasi dengan cermat. Napiter yang berada dalam rumah tahanan menganggap bahwa petugas (polisi) adalah lawan atau musuh mereka.
Situasinya selalu panas, edikit saja selisih paham atau ketegangan, bisa membuat mereka 'meledak.'
Kedua, yang menjadi banyak pertanyaan, mengapa mereka bisa mendapatkan berbagai persenjataan -selain yang mereka ebut dari petugas.
Ini terkait dengan senjata-senjata para napiter sebelum jadi tahanan. Dalam proses pemberkasan napiter di rumah tahanan Mako Brimob, barang-barang bukti aksi terorisme disertakan dan disimpan dalam rumah tahanan, termasuk senjata api dan senjata tajam mereka.
Barang-barang bukti berupa senjata api dan senjata tajam inilah yang dibongkar paksa dan direbut oleh para napiter yang kemudian digunakan untuk melawan petugas Polri.

Ketiga, napiter mempunyai karakteristik radikal. Sebagian dari mereka adalah orang-orang terlatih, apalagi para eks kombatan.
Itu sebabnya mereka memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan perlawanan di rumah tahanan Mako Brimob, dan melumpuhkan para petugas polisi yang sebenarnya juga sangat terlatih.
Tentu jika mereka ditempatkan dalam rumah tahanan untuk napi kriminal biasa dengan para sipir sipil, situasinya bisa lebih berbahaya lagi.
Keempat, proses deradikalisasi di dalam rumah tahanan sama sekali tidak mudah. Apalagi dengan kondisi rumah tahanan yang penuh sesak, dan para napiter dengan ideologi yang sama itu sehari-hari berkumpul di lingkungan yang mereka anggap musuh yang sama.
Situasi ini justru bisa membuat para napiter semakin radikal.
(Sripoku.com/Candra)