Terkait Penanganan Luka Bakar, Combiphar dan Perapi Edukasi Tenaga Medis di Manado
Combiphar bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (Perapi) melaksanakan Seminar dan Workshop Penanganan Luka Bakar
Penulis: Indry Panigoro | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Indri Fransiska Panigoro
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID -- Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penanganan luka bakar, Combiphar bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (Perapi) melaksanakan Seminar dan Workshop Penanganan Luka Bakar di Hotel Aryaduta Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (12/5/2018).
Dalam workshop dan seminar ini, turut di ikuti oleh 200 orang yang terdiri dari dokter dan masyarakat.
Head of Corporate Communications and Community Development PT Combiphar, Dewinta Hutagaol mengatakan seminar ini membahas bagaimana penanganan dan pengobatan yang tepat terhadap pasien yang mengalami luka bakar.
Selain itu juga kerjasama strategis ini merupakan cara efektif untuk memperluas pemahaman tentang penanganan luka bakar dan pemilihan obat yang tepat.
"Kami sangat bersyukur kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik. Ini adalah wujud nyata kami dalam championing a healthy tomorrow dengan memberikan edukasi, dan memperluas jangkauan informasi terutama bagi para tenaga medis sebagai garda terdepan healthcare professional, dalam memberikan penanganan yang tepat terhadap pasien darurat luka bakar," jelas Dewinta Hutagaol.
Menurut Hutagaol, kegiatan ini merupakan inisiatif kedua belah pihak untuk mengedukasi frontliner praktisi pelayanan kesehatan melalui materi dan informasi yang tepat, khususnya dalam menangani pasien pasien luka bakar baik ringan maupun berat.
Ditambahkannya, kebutuhan dokter yang memiliki keahlian dalam penanganan luka bakar sangat diperlukan.
"Pengetahuan mengenai cara perawatan luka bakar yang tepat dan benar pun menjadi sangat penting dalam membantu penyembuhan luka yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien selanjutnya. Oleh karena itu, tidak hanya tenaga medis profesional yang diperlukan, namun keberadaan produk farmasi yang handal juga memainkan peranan penting," ucapnya.
Senior GM Marketing Women's Health and Active Day Care Combiphar Ni Ketut Sukartiwi menjelaskan bahwa kasus luka bakar banyak terjadi pada anak di bawah usia lima tahun dan rata-rata terjadi di rumah tangga.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan vans dirilis pada 2013 mencatat luka bakar menempati urutan keenam penyebab cedera tidak disengaja (unintentional injury) setelah jatuh, sepeda motor, benda tajam/tumpul, transportasi darat lain, dan kejatuhan.
"Itu berdasarkan dengan tingkat prevalensi 0,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia," beber Sukartiwi.
Lanjut dia, dengan data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, luka bakar menyebabkan sekitar 195.000 jiwa meninggal di Indonesia setiap tahun.
"Riset Kementerian Kesehatan tersebut juga menekankan anak-anak usia 1 sampai 4 tahun menjadi kelompok umur yang paling rentan terkena luka bakar dengan tingkat prevalensi sampai 1,5 persen. Fakta ini diperkuat dari data riset epidemiologi sejumlah dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2013 sampai 2015 dimana sebanyak 108 pasien atau sekitar 82,3 persen luka bakar adalah kelompok anak-anak (pediatric group) yang berusia 1 sampai 4 tahun," beber Sukartiwi.
Oleh karena itu, sukartiwi mengatakan, berangkat dari kondisi tersebut Combiphar melalui produk Mebo yang telah dipercaya oleh dokter di Indonesia sejak 2006 untuk penanganan luka bakar mempunyai misi untuk mengedukasi masyarakat khususnya para ibu, guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka mengenai pertolongan pertama luka bakar di rumah.
"Lebih dari itu, kami ingin mendorong keluarga indonesia untuk selalu sedia produk obat luka bakar satu diantaranya adalah Mebo sebagai P3K di rumah. Saat ini Mebo telah menjadi pilihan utama dokter untuk penanganan luka bakar di Rumah Sakit. Luka bakar dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Bukan hanya akibat api, luka bakarjuga sering ditimbulkan dari minyak panas, air panas, maupun benda panas lain yang berbahaya," kata Sukartiwi.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERAPI, dr Donna Savitry, SpBP-RE menyatakan sinergi berupa edukasi tentang luka bakar dan luka lainnya untuk para dokter umum di Indonesia, antara PERAPI dengan Mebo dari Combiphar (yang memasarkan salep luka bakar Mebo) diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan sehingga semakin banyak tenaga medis yang dapat mengaplikasikan ilmunya secara langsung dengan penanganan yang cepat dan tepat untuk luka bakar dan luka lainnya dapat dilakukan dengan optimal.
"Kasus luka bakar menjadi wewenang dan kompetensi dokter bedah plastik. Namun hal ini belum sejalan dengan kondisi di lapangan dimana keberadaan dokter bedah plastik dan luka bakar terutama di daerah perifer (terpencil) Indonesia masih sangat minim. Umumnya di daerah perifer kasus luka bakar akan ditangani oleh dokter umum terlebih dahulu untuk kemudian dirujuk ke rumah sakit yang memiliki unit luka bakar atau kota yang memiliki dokter bedah plastick,” ujar dr Donna.
Senada dengan PERAPI, dr Mendy H OIey, SpBP-RE dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado mengatakan "Dengan makin banyaknya tenaga medis yang memahami penanganan terintegrasi terhadap luka termasuk luka bakar baik ringan hingga tingkat yang lebih serius akan meminimalisir terjadinya risiko tinggi yakni cacat dan kematian. Oleh karena itu, hal ini perlu didukung dengan pemilihan produk perawatan luka yang tepat, dimana yang terpenting adalah terciptanya kondisi moist (lembab) pada area luka untuk menunjang penyembuhan luka yang lebih baik," kata dr Mendy.