Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Korupsi KTP Elektronik

Penyidik KPK Bantah Situasi di RS Medika Permata Hijau Mencekam Seperti di Poso

‎Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengkonfirmasi pernyataan Fredrich Yunadi soal situasi di RS Medika Permata Hijau.

Editor: Aswin_Lumintang
ANTARA FOTO / ELANG SENJA
Mantan pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi (tengah) mengenakan rompi tahanan usai diperiksa di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (13/1/2018). Tersangka kasus dugaan merintangi penyidikan perkara KTP Elektronik yang melibatkan mantan Ketua DPR Setya Novanto tersebut resmi ditahan KPK setelah sebelumnya ditangkap KPK pada Jumat (12/1) malam 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - ‎Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengkonfirmasi pernyataan Fredrich Yunadi soal situasi di Rumah Sakit (RS) Medika Permata Hijau.

Dimana dalam persidangan sebelumnya, Fredrich Yunadi sempat menyatakan situasi di RS tersebut saat Setya Novanto dirawat sangat mencekam seperti penggerebekan teroris di poso.

"Apa situasi di RS Medika Permata Hijau ‎saat tanggal 16 November 2017 seperti penggerebekan di Poso? ," tanya jaksa pada saksi Riska, penyidik KPK yang menjadi saksi di sidang Fredrich Yunadi, Senin (7/5/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Lanjut saksi Riska menjawab dirinya belum pernah bertugas di Poso. Dia hanya mengetahui situasi penggerebekan dan penangkapan teroris di Poso dari pemberitaan media.

Mendengar jawaban Riska, kubu kuasa hukum Fredrich Yunadi mengajukan ‎keberatan karena jaksa menanyakan situasi dimana saksi tidak pernah berada di sana.

Akhirnya jaksa KPK mengganti pertanyaan, " Apakah ‎pada tanggal 16 November 2017 situasi di Rumah Sakit mencekam? ,"

"Tidak, tidak mencekam," jawab Riska.

‎Untuk diketahui, dalam persidangan Jumat (4/5/2018) pengacara ‎Fredrich Yunadi sempat curhat pada majelis hakim soal situasi dan kondisi di Rumah Sakit Medika Permata Hijau saat mantan kliennya menjalani perawatan disana.

Hal yang disoroti Fredrich Yunadi yakni segerombolan Polisi bersenjata lengkap yang turut dikerahkan saat penyidik KPK hendak mengecek kondisi Setya Novanto yang disebut kecelakaan menabrak tiang listrik.

"Di IGD banyak Polisi, saya kira ada teroris atau ada ISIS. Saya tanya mana surat perintah kamu? Polisi itu jawab dia diperintah KPK. Kan di IGD banyak korban kecelakaan, ini mereka malah disana. Kalau Polisi bawa senjata, bapak lagi kesusahan, gerogi gak liatnya," ungkap Fredrich‎ di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (4/5/2018).

Diketahui dalam pemeriksaan tersebut, Fredrich dalam kapasitas sebagai saksi untuk terdakwa dokter Bimanesh di kasus dugaan merintangi penyidikan e-KTP pada Setya Novanto.

Gerah melihat gerombolan Polisi bersenjata lengkap berjaga di IGD, Fredrich memanggil anggota Polsek setempat, meminta agar anggota di IGD dibubarkan.

"Saya panggil orang Polsek, bisa gak disterilkan? Dia jawab tidak bisa. Ini di depan IGD ada 30 anggota. Lebih seram dari penggerebekan teroris di Poso.‎ Saya tidak terima pak, gila itu pak," tegas Fredrich.

Lanjut Fredrich juga menyampaikan bahwa beberapa Polisi dari kesatuan Brimob ada yang berjaga menggunakan senjata perang.

Penjagaan yang super ketat berimbas pada ajudan istri Setya Novanto maupun kakak Setya Novanto tidak diperbolehkan menjenguk.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved