Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cara Eksekusi ISIS di Suriah Makin Kejam, Kepala Diletakan Bom dan Dijatuhkan dari Gedung Tinggi

Tapi para militan ISIS menolak tuduhan itu dan menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki kemampuan membuat senjata kimia...

Editor:
Hukuman mati ISIS menggunakan bom di kepala 

Putranya yang digunakan menjadi petempur anak-anak oleh ISIS tampil menyampaikan pesan kepada presiden AS, Donald Trump dalam salah satu video.

"Pesan saya untuk Trump, boneka Yahudi, Allah telah menjanjikan kami kemenangan, Allah berjanji akan membuatmu kalah. Pertempuran ini tidak akan berakhir di Mosul ataupun Raqqa, tapi di negaramu," demikian pesan dalam video yang dibawakan Matthew.

Tak sampai di situ, putra Sam mengeluarkan ancaman bahwa perang baru saja dimulai, dan ia berseru untuk segera bersiap."Dengan izin Allah, kami akan menang", tambah Matthew di akhir rekaman video propaganda.

Banyak orang akan melihat video tersebut dan mereka akan menganggap Matthew sebagai sebuah ancaman bagi Amerika. Orang-orang akan menganggap anak tersebut sudah mahir menggunakan senjata atau mungkin saja bisa meledakan bom.

Menanggapi hal tersebut, sang ibu mengatakan bahwa video tersebut adalah propaganda.

"Seperti video-video lain yang Anda lihat, hidup begitu hebat dan semua buah-buahan serta sayuran yang tersedia dan semua video ini dibuat dengan begitu sempurna. Semuanya itu bohong, semua itu adalah propaganda," kata Sam.

Ingin keluar dari Suriah
Selama di Suriah, Sam sering berkirim surat elektronik kepada kakaknya di Amerika, Lori yang berupaya memulangkan Sam dan anak-anaknya dari Suriah.

Lori menceritakan Sam terakhir kali mengirim email kepadanya pada tanggal 4 Februari 2017 dan menceritakan situasi di Suriah.

"Sam berharap saya bisa menolongnya, ia mengatakan mungkin ini adalah email terakhirnya", kata Lori menuturkan isi email Sam.

Suami Sam tewas dalam sebuah serangan militer.

Dalam surat elektroniknya, Sam mengeluh kepada Lori bahwa hampir setiap hari wilayah yang mereka tempati dihujani lima sampai 10 bom. Ia lalu melarikan diri dari Raqqa dengan anak-anaknya, namun mereka tertangkap pejuang Kurdi.

"Akankah pemerintah berupaya mengambil anak-anak saya? Tak ada yang bisa saya lakukan selain melindungi mereka. Di sini mereka bisa bersekolah, mendapat makanan, mereka memberikan segalanya.

Kakaknya berusaha untuk meyakinkan pemerintah AS agar Sam bisa pulang kembali ke AS dengan anak-anaknya.

"Harus ada rencana untuk mengeluarkan mereka dari Suriah, maksud saya, apakah orang-orang semestinya dihukum jika pergi ke Suriah? haruskah kita mengabaikan mereka di sana?" tanya Lori sang kakak.

Meski sudah lolos dari Raqqa, ia rupanya tak ingin terburu-buru kembali ke AS.

"Saat ini saya perlu menenangkan diri dan memikirkan yang terbaik untuk anak saya, saya tak ingin ada orang yang memaksa untuk mengambil keputusan sekarang," katanya.

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved