Rabies dalam Perdagangan Daging Anjing
Pedagang Pasok 80 Persen Anjing dari Luar Sulut, Dede Sudah 4 Kali Berobat Rabies
Pasar tradisional yang tersebar di beberapa daerah di Sulut umumnya menjual daging anjing.
Penulis: Finneke | Editor: Alexander Pattyranie
Sang penjagal itu adalah Dede Pongoh (63) warga Paslaten, Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut).
Puluhan ekor telah laku seminggu belakangan.
Kloter kali itu tertinggal seekor yang masih hidup di kerangkeng besi dan seekor lagi yang telah dibakar dan ditaruh di atas kerangkeng besi.
Sudah tiga puluh tahun ia berdagang daging anjing di Pasar Beriman Tomohon, Sulut, pasar yang terkenal dengan dagangan daging ekstremnya.
Selain memukul kepala anjing, Dede juga kadang menggantung anjing hingga mati.
Tapi Dede lebih sering memukul dengan balok, cara yang menurutnya lebih mudah.
Separuh hidupnya telah ia habiskan berdagang daging anjing.
Ia telah merasakan bagaimana ganasnya serangan anjing yang ia jual.
Cakaran dan gigitan mengisi kesehariannya.
Untuk membuktikannya, Dede lalu memperlihatkan bekas luka di kedua tangannya, ketika bersua dengan Tribunmanado.co.id, Sabtu (24/3/2018).
Tak ada serangan anjing yang fatal bagi Dede.
Tapi rupanya Dede telah empat kali disuntik vaksin anti rabies.
Dari ratusan bahkan ribuan anjing yang ia bunuh, ada empat serangan yang diduga kuat anjing positif rabies.
"Waktu ke dokter, dokternya bilang, wah Bapak lagi yang datang. Sudah jadi langganan katanya. Suntiknya bayar Rp 500 ribu, obatnya Rp 500 ribu. Saya biasanya suntik rabies di Rumah Sakit Gunung Maria," ucapnya tertawa, sambil melahap makan siangnya.
Erni Sumilat (75), pedagang lainnya juga punya banyak bekas gigitan dan cakaran anjing di tangan dan kakinya.