Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kembangkan Robot Pembunuh, Universitas di Korsel Diboikot: AL Lebih Bahaya dari Korut

Sebuah surat terbuka baru saja dilayangkan kepada Korea Advanced Institute of Science and

Editor: Lodie_Tombeg
Kompas.com
Robot pembunuh 

Elon Musk dan 100 Pakar AI Desak PBB untuk Larang Robot Pembunuh

CEO SpaceX Elon Musk, pendiri DeepMind Mustafa Suleyman dan 114 pakar kecerdasan buatan (AI) lainnya dari 26 negara telah bersama-sama menandatangani sebuah surat terbuka kepada Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk melarang teknologi robot pembunuh.

Surat yang dikeluarkan dalam rangka konferensi AI terbesar di dunia, IJCAI 2017, di Australia tersebut memperingatkan PBB, pakar AI, dan masyarakat luas mengenai bahaya dari mesin mandiri yang dapat memilih dan membunuh targetnya.

“Jika diciptakan, mereka akan membuat konflik bersenjata menjadi lebih besar dari sebelumnya dan lebih cepat dari apa yang bisa diperkirakan oleh manusia. Teknologi ini bisa menjadi senjata teror, senjata yang digunakan oleh teroris terhadap populasi umum, dan senjata yang diretas untuk bertindak di luar rencana,” tulis Musk dan kolega.

Ini bukan pertama kalinya para pakar mengangkat isu tersebut. Stephen Hawking, Noam Chomsky, and dan pendiri Apple Steve Wozniak adalah beberapa di antara para peneliti yang cukup vokal mengenai kemungkinan kecerdasan buatan digunakan untuk membunuh manusia.

Musk sendiri juga pernah menyebut bahwa AI bisa lebih berbahaya dari Korea Utara, dan untuk mencegah hal itu, perusahaannya, SpaceX, dan Tesla mendanai OpenAI, sebuah proyek yang berusaha untuk mengembangkan riset etika AI.

Sayangnya, proses pembuatan larangan terhadap senjata otonom, baik AI maupun non-AI, berjalan lambat.

Tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa bahaya tersebut di luar kemampuan regulasi.

Kepada Sciencealert 21 Agustus 2017, pendiri Clearpath Robotics, Ryan Gairepy, mengatakan, kita tidak boleh melupakan bahwa di samping senjata dengan AI, sistem senjata otonom sedang diciptakan pada saat ini.

Merujuk kepada  kemampuan otonom dan semi-otonom yang kini sedang ditambahkan pada senjata-senjata, seperti senapan Samsung SGR-A1, drone BAE Systems Taranis, dan kapal selam SEA Hunter dari DARPA;

Gairepy berkata bahwa benih-benih teknologi untuk robot pembunuh masa depan sudah ada sekarang, meskipun regulasinya belum dituliskan. *

Artikel ini telah dimuat di kompas.com dengan judul: Universitas Korea Selatan Diboikot karena Kembangkan Robot Pembunuh

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved