Gatot Nurmantyo Naik Daun, Prabowo Disebut Tertekan Hingga Lontarkan Pernyataan Mengundang Perhatian
Apalagi, nama Gatot Nurmantyo juga masuk bursa calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2019
TRIBUNMANADO.CO.ID-Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menilai, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sedang gundah dan tertekan sehingga kerap melontarkan pernyataan yang mengundang perhatian publik belakangan ini.
Menurut dia, salah satu penyebab kegundahan Prabowo tidak hanya karena faktor Jokowi, namun juga kemunculan nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang mulai naik daun.
Apalagi, nama Gatot Nurmantyo juga masuk bursa calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2019.
"Dia (Prabowo) di bawah tekanan waktu, karena pendaftaran capres 4 sampai 10 Agustus 2018. Dari partainya terus mendorong dia supaya maju, tetapi maju pakai apa, enggak cukup, makanya harus berkoalisi," ujar Effendi di Gramedia Matraman, Jakarta, Selasa (3/4/2018). "
Kemudian, koalisi seperti apa dan dengan siapa.
Tetapi dari sana Gatot lagi naik daun juga, jadi jangan-jangan Gatot yang maju," kata dia.
Seperti diketahui, untuk maju dalam Pilpres 2019, seseorang harus diusung oleh partai atau gabungan partai politik yang memiliki presidensial threshold 20 persen perolehan kursi atau 25 persen suara nasional berdasarkan Pemilu 2014.
Sementara, Partai Gerindra hanya mengantongi suara 11,81 persen suara nasional pada Pemilu 2014. Artinya, apabila Prabowo ingin maju pada Pilpres 2019, maka Gerindra harus menggandeng partai lain.
Effendi menilai kegundahan Prabowo sebagai hal biasa saja.
Dalam konteks psikologi komunikasi, ucap dia, bila orang sudah terdesak waktu atau terpepet waktu, maka ia akan gundah dan kesal.
Salah satu kegundahan itu, tutur dia, tecermin dari penyataan Prabowo yang kesal dengan para elite-elite yang dinilai maling.
Menurut Effendi, pernyataan itu bisa mengarah ke elite partai politik yang terjerat korupsi. Saat ini, Gatot Nurmantyo santer disebut dalam bursa calon presiden dan calon wakil presiden jelang Pilpres 2019.
Hasil survei nasional Poltracking Indonesia, misalnya, menyatakan bahwa publik menilai Gatot sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Langkah Gatot menuju dunia politik juga semakin terbuka. Setelah pensiun, partai oposisi pemerintah, yakni Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) justru memberi sinyal positif untuk Gatot.
Bahkan, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai, Gatot merupakan sosok yang potensial diusung sebagai bakal capres atau cawapres pada Pilpres 2019.
Padahal seperti diketahui, PKS adalah rekan utama Partai Gerindra yang digadang-dagang mau mengusung Prabowo maju pada Pilpres 2019.
Menolak Ajakan Prabowo
Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan dirinya pernah bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra selepas tak lagi menjabat sebagai pimpinan tertinggi di TNI.
Hal itu mengonfirmasi pernyataan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani yang menyatakan bahwa Prabowo pernah bertemu Gatot, saat bursa calon presiden dari Partai Gerindra dan calon wakil presiden pendamping Presiden Joko Widodo tengah ramai dibicarakan.
Gatot mengungkapkan, saat itu dirinya meminta waktu bertemu Prabowo untuk pamit setelah tak lagi menjabat Panglima TNI.
Sebab, ungkap Gatot, dirinya sempat menemui Prabowo dan sejumlah ketua umum partai sebelum mengikuti uji kelayakan dan kepatutan dalam rangka pemilihan Panglima TNI.
"Pada saat saya akan melaksanakan fit and proper test, di DPR, saya datang ke Ibu Megawati Soekarnoputri. Saya datang ke Pak SBY (Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono). Saya datang ke Pak Prabowo dan lainnya untuk mohon doa restu," kata Gatot saat ditemui di Apartemen Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (29/3/2018).
"Kemudian saya selesai jadi Panglima TNI, maka etikanya saya orang timur, sebagai orang Indonesia, maka saya ucapkan terima kasih. Saya juga ke Bu Mega, mengucapkan terima kasih, ke Pak SBY mengucapkan terima kasih, ke Pak Prabowo juga mengucapkan terima kasih," ujar Gatot.
Gatot bahkan mengaku sempat diajak bergabung ke Partai Gerindra oleh Prabowo.
Namun, ia menyatakan belum bisa menjawab hal itu karena saat itu masih berstatus sebagai prajurit TNI.
"Beliau menyampaikan, 'Kalau nanti mau bergabung saya terbuka'. Saya bilang, 'Pak, saya belum bicara masalah itu, karena Bapak sama dengan saya'." kata Gatot mengulang pembicaraannya dengan Prabowo.
"Apabila saya jadi Bapak, dan Bapak jadi saya, ditanya, sebagai seorang negarawan dan patriot, pasti Bapak jawabannya sama dengan jawaban saya kalau Bapak yang ditanya. Pak Prabowo lantas bilang, 'Iya ya, enggak boleh berpolitik praktis ya'," ucap Gatot menirukan respons Prabowo.
Sebelumnya Muzani membenarkan adanya pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Muzani mengungkapkan, pertemuan tersebut sudah lama dilakukan.
Menurut dia, pertemuan tersebut wajar saja terjadi sebab Prabowo merupakan senior Gatot di TNI.
"Itu sudah lama pertemuannya dan saya tidak mengikuti. Yang pasti pertemuan keduanya adalah pertemuan antara senior dan junior tentara. Kalau enggak salah pertemuan itu dilakukan setelah Pak Gatot tak lagi jadi panglima," kata Muzani, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Saat ditanya apakah membicarakan soal pencapresn dan pencawapresan Muzani tak menjawab dengan tegas. Ia menjawab mungkin saja hal itu dibicarakan. "Saya belum konfirmasi dan cerita dari Pak Prabowo, jadi saya belum bisa bilang. Tetapi saya tahu pertemuan itu ada," ucap Muzani.