Kisah Leluhur Minahasa
Buku "Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa" Ungkap Kisah Toar Lumimuut
Seminar dan bedah buku “Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa”, yang diterbitkan oleh Penerbit Pohon Cahaya,
Fakta ini merupakan bukti kuat dan otentik adanya kondisi Minahasa masa lalu yang terkait erat dengan peristiwa nyata di negeri Han, di Tiongkok.
Dalam nyanyian ritual yang pertama dibawakan oleh Karema dan diturunkan kepada para Walian itu tersingkaplah rahasia nama-nama fam Minahasa yang terangkai menjadi satu bagaikan litani pujian penuh hormat (malesung) kepada A Mang Kai Shu Ru An (yang tidak lain adalah Sang Kaisar) dan para pendekar yang setia kepadanya.
Merekalah sesungguhnya yang disebut Po Yuan (nenek moyang asal) atau Opo (pu yun) dari orang Minahasa.
Melalui pendekatan (etno-sosio) linguistik, penulis membuktikan ada begitu banyak kata dan ungkapan Minahasa, seperti nama keluarga (fam), nama kampung atau wilayah, doa nyanyian ritual kuno, syair lagu dan tarian, nama benda hidup dan benda mati, dan lain-lain bisa ditelusuri kembali asal usul dan konteksnya, khusus dalam bahasa dan sejarah dinasti kekaisaran Han di Tiongkok, sampai abad ke-3 Masehi, yakni masa perang saudara Tiga Negeri, San Guo (Sam Kok).
Penulis juga menguraikan kisah-kisah seputar istana pada zaman Dinasti Han, dengan pelbagai tokoh dan perannya.
Dramatis dan mengharukan, antara kesetiaan dan penghianatan, keberanian moral dan kompromi kepentingan diri, pengorbanan dan ketakutan, keputusasaan dan harapan kuat, antara si pemenang dan si pecundang.
Kisah-kisah yang melatari perpisahan keluarga yang menyayat hati.
Kisah Toar Lumimuut dianggap sebagai legenda mitologis untuk menerangkan asal usul leluhur yang tidak jelas lagi.
Ironisnya, legenda itu menceritakan bahwa Toar adalah anak dari Lumimuut itu sendiri.
Sebaliknya, penelitian Weliam Boseke membuktikan bahwa Toar (Tou Erl) dan Lumimuut (Lui Mi Mu Wu Ti) adalah manusia sejarah, juga bukan anak dan ibu.
Mereka kemudian saling menyukai dan oleh Karema (Kai ren mu) dimohonkan restu untuk dinikahkan dari arwah/leluhur kaisar (Xian/Shen Wong = Sien pung) dengan ritual adat.
Karema adalah tokoh sejarah di negeri Han, yaitu wanita yang bertugas mengurusi ritual doa dalam istana.
Penulis buku menyimpulkan bahwa leluhur Minahasa berakar serta bertali-temali dengan eksistensi para pejuang dan keturunan dinasti kekaisaran Han.
Pertanyaan tentang tiadanya tradisi tulisan yang dibawa para leluhur itu, dijawab dengan penegasan bahwa mereka yang masuk ke tanah Minahasa ini dilukiskan sebagai “tuur in tana” (tu uxin dao na, artinya: “tanah tempat tiba tanpa kesengajaan”), adalah bocah-bocah yang belum menyerap ilmu pengetahuan.
Min na hai zi = rakyat yang membawa anak-anak dari para penguasa.