Abu Bakar Ba'asyir Tetap Dijaga Ketat, Tak Bisa Interaksi dengan Napi Lain
Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir mengalami gangguan katup pada pembuluh darah hingga mengakibatkan kakinya membengkak
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir mengalami gangguan katup pada pembuluh darah hingga mengakibatkan kakinya membengkak sejak setahun lalu. Bahkan, Ba'asyir sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita Jakarta pada 10 Agustus 2017.
Untuk menahan makin parahnya pembengkakan tersebut, kaki Ba'asyir dipakaikan stoking khusus.

Meski berusia lanjut dan tengah sakit, pihak Lapas Gunung Sindur yang dikenal mempunyai pengamanan superketat (supermaximum security) tidak mengendurkan pengawasan terhadap pergerakan Ba'asyir.
Satu alasannya, karena Ba'asyir merupakan terpidana kasus terorisme yang masih mempunyai pengaruh kuat terhadap kekompok teror di tanah air dan terbilang masih berbahaya.
Demikian disampaikan Kepala Lapas Gunung Sindur, David Hasudungan Gultom kepada Tribunnews.com, Selasa (27/2/2018) malam.
Ia menceritakan, Ba'asyir menempati kamar sel seluas sekitar 4x3 meter di Blok D karantina.
Blok tersebut terpisah jauh dengan blok lapas yang dihuni sebagian besar para narapidana kasus narkoba atau tindak pidana korupsi. Terdapat fasilitas tempat istirahat, tempat salat dan MCK di dalam kamar sel itu. Dan Ba'asyir seorang diri di dalam sel tersebut.
"Kamarnya khusus dan dipisahkan dengan narapidana yang lain. Beliau ada tamping (tahanan pendamping) satu orang dari kasus narkoba, tapi kamar tampingnya juga di belakang dia, tidak sekamar," ungkap David.
Ia mengakui ada enam kamera pengawas CCTV yang dipasang di dal sel yang dihuni oleh Ba'asyir. Belum lagi CCTV yang terpasang di depan dan lorong menuju kamar sel tersebut.
Selain itu, seorang petugas sipir secara bergantian berjaga tepat di depan kamar sel Ba'asyir.
"Di lapas kami sebagian besar kasus narkoba dengan pengaman super maximum security. Untuk kamar napi kasus narkoba ada tiga titik CCTV, untuk kamar Pak Ustadz Ba'asyir ada enam titik. Kami sudah pastikan privasinya seperti kegiatan di MCK tidak terganggu. Kalau ganti baju ada kamar mandi, itu tidak disorot. Kamera CCTV hanya dipasang untuk mengawasi ruang gerak saja," ungkapnya.
David mengakui pihaknya memberikan pengawasan dan pengamanan yang lebih ketat kepada Ba'asyir dibandingkan narapidana lainnya. Pihak lapas juga sengaja memisahkan tempat penahanan Ba'asyir.
"Ini sudah perintah dari pimpinan agar beliau tidak dicampur agar pengawasan mudah dan antipasi hal yang tidak diinginkan," jelasnya.
Menurutnya, enam kamera CCTV yang berada di dalam kamar sel akan memantau aktivitas Ba'asyir selama 24 jam. Selain itu, petugas sipir juga terus berpatroli untuk mengecek kondisi dan kegiatan para narapidana.
Di antara kegiatan Ba'asyir di dalam kamar selnya adalah salat lima waktu, salat sunah, membaca Al Quran dan membaca buku bacaan.
Dan Ba'asyir juga terbilang rutin olahraga jalan kaki di depan bloknya. Itu dilakukan karena bagian terapi dari sakit pembuluh darah di kakinya. Karena sakit itu juga yang membuat Ba'asyir hanya mampu melaksanakna salat dengan duduk di kursi plastik.
"Barusan saya lihat beliau salat, lalu tadarusan dengan duduk di kursi plastik. Beliau saat salat saja sudah tidak bisa sujud karena pembengkakan di kakinya," akunya.
David mengakui pihaknya memisahkan tempat penahanan Ba'asyir hingga tidak memperkenankannya berbaur dan berkomunikasi dengan narapidana lainnya di dalam lapas.
"Kalau olahraga jalan pagi beliau didampingi tampingnya. Kalau dia enggak rutin olahraga jalan pagi kakinya makin bengkak. Beliau tidak boleh senam bersama atau berbaur dengan napi lain," akunya.
"Di lapas kami tidak ada ceramah (Ba'asyir) karena blok-nya sudah kami pisahkan.
Di dalam kamar selnya juga tidak ada interaksi. Dia hanya disediakan satu tamping yang kami pilih dari Lapas Gunung Sindur, bukan dari Lapas Nusakambangan seperti sebelumnya, tamping itu sudah bebas, kamar tamping beliau juga jauh di pojok," sambungnya.
Pengawasan dan pemberian "tempat khusus" juga diberlakukan oleh pihak Lapas Gunung Sindur saat Ba'asyir melaksanakan Salat Jumat.
Kegiatan yang beliau ikuti agak jauh dari kamar selnya hanya Salat Jumat. Kalau Salat Jumat berjemaah tapi itu pun kami pisahkan, tempatnya kami siapkan di pojok. Dan di antara barisan beliau ada kami dari petugas. Saya pun kadang kalau Salat Jumat salatnya di samping dia atau di belakang dia. Jadi, beliau tidak berbaur dengan yang narapidana yang lainnya," ungkapnya.
"Itu bukan karena arahan khusus dari BNPT. Kami pisahkan agar beliau bisa khusuk dan tidak mengganguu jemaah yang lain karena beliau salatnya di kursi plastik," ujarnya.
David menambahkan, penjagaan di lapas yang dipimpinnya ini dibagi menjadi tiga lapis atau tiga ring. Ring satu dijaga petugas lapas, ring dua oleh petugas BNN dan di Ring ketiga dijaga oleh anggota TNI dan Polri. Dan setiap orang yang ingin bertemu dengan Ba'asyir sudah terdaftarkan identitasnya.
"Kalau yang boleh besuk beliau sudah ditentukan siapa saja. Yakni hanya dari TPM (Tim Pembela Muslim; tim penasihat hukum), dari lembaga kemusian Mer-C yang bantu masalah pengobatan Ba'asyir dan anggota keluagra inti. Selain itu tidak diizinkan, termasuk pengikut nggak boleh sama sekali," tukasnya. (Tribun Network/coz)