Kapolresta Ikut Misa Imlek Bersama Kapolda Sulut, Penjelasan Umat Katolik Turut Merayakannya
Kapolresta Manado Kombes Pol FX Surya Kumara mengikuti Misa Imlek yang dilaksanakan Paroki Santo Ignatius Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (17/2/201...
Penulis: Handhika Dawangi | Editor: Alexander Pattyranie
"Begitu juga bagi umat katolik keturunan Tionghoa. Misa Imlek menjadi salah satu bentuk perayaan tahun baru yang jatuh pada 16 Februari 2018 ini," ujar Pastor Terry Ponomban, Ketua Komkat Keuskupan Manado.
Lanjut Pastor, Imlek adalah perayaan Tahun Baru bagi orang Tionghoa, bertepatan dengan hari pertama bulan pertama dalam tahun.
Sekalian menandai dimulainya musim semi, musim harapan dan kehidupan baru bagi dunia pertanian.
Berakhirnya musim dingin, di mana tanah pertanian nyaris mati dan tidur, menjadi tanda harapan dan kehidupan baru melalui musim semi, musim kehidupan.
Maka, perayaan ini ditandai juga dengan doa, ucapan syukur dan permohonan berkat.
Sesungguhnya, Imlek bukan berhubungan langsung dengan perayaan ritual keagamaan sebuah religi tertentu.
Tetapi lebih sebuah perayaan budaya, perayaan orang Tionghoa yang merayakan hari tahun baru.
Imlek dirayakan sepanjang dua minggu yang diakhiri dengan perayaan Cap Go meh, pada saat bulan purnama.
Di Indonesia, sejak 1999, Imlek diizinkan dirayakan oleh Presiden Gus Dur bahkan sebagai hari libur nasional oleh Presiden Megawati.
Lanjut Pastor Terry, Misa Imlek adalah perayaan ekaristi kudus yang diselenggarakan oleh Gereja Katolik untuk ikut merayakan moment tahun baru imlek.
Imam bersama umat katolik, khususnya yang keturunan Tionghoa, yang memiliki budaya atau latarbelakang perayaan tahun baru imlek, menyelenggarakan misa syukur bersama serta permohonan berkat bagi keluarga dan komunitas, dalam memasuki tahun yang baru.
Selanjutnya, mengapa Gereja Katolik mengadakan misa imlek? Pertama, Gereja Katolik menghargai dan menghormati apa saja yang baik dalam budaya-budaya umat manusia.
"Begitulah gereja menghargai budaya perayaan tahun baru Imlek, yang dianut sebagian penganut umat Katolik. Apa yang dianggap baik dalam budaya ini? Kesadaran dan kemauan bersyukur atas pengalaman hidup sepanjang tahun lalu dan permohonan berkat Tuhan untuk tahun baru. Keyakinan akan masa depan baru yang penuh pengharapan di dalam Tuhan Pencipta. Serta, membangun kerukunan dan kasih sayang dalam keluarga/komunitas," ujar Pastor Terry.
Kedua, Gereja Katolik ingin bersyukur, berdoa dan membangun persaudaraan bersama penganut-penganutnya, melalui ‘Misa Imlek’, melalui doa dan pewartaan akan harapan baik di masa depan, serta mendukung upaya-upaya membangun kerukunan, persaudaraan sejati di dalam keluarga, komunitas, paroki, gereja bahkan masyarakat.
Gereja ingin membangun musim semi baru bagi dunia kehidupan.