Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Penyapu Jalanan di Manado, Yari Harap Warga tak Lagi Buang Sampah Sembarang

Rabu (14/2/2018) sore, sekitar pukul 16.00 Wita, ia sudah setengah jalan menunaikan pekerjaannya sebagai penyapu jalan di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Penulis: Finneke | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/FINNEKE WOLAJAN
Yari, penyapu jalan di Kota Manado. 

Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Yari Sujari (48) tampak mengusap keringatnya dengan handuk.

Berhenti sejenak, menarik nafas panjang untuk mengumpul lagi energi yang telah terkuras.

Rabu (14/2/2018) sore, sekitar pukul 16.00 Wita, ia sudah setengah jalan menunaikan pekerjaannya sebagai penyapu jalan di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Kantong plastik hitam yang ia gantung di tangannya, sudah nyaris penuh dengan sampah.

Lalu lalang orang tak henti-hentinya, ketika berada di trotoar kawasan Zero Point.

Sesekali Yari harus bersenggolan dengan pejalan kaki.

Namun sapu lidi dan penampung sampa,h tetap berlenggak-lenggok di trotoar.

Kulit Yari tampak terbakar.

Telapak tangan yang selalu terbuka, apalagi.

Wajahnya selalu terlindung topi, tapi tetap saja terlihat kemerah-merahan.

Yari tak lupa membawa handuk yang selalu ia lingkar di lehernya.

Sudah enam tahun warga Teling ini menjadi penyapu jalan.

Ia mencukupkan diri dengan gaji sebesar UMP.

Wilayah kerjanya mulai dari lampu merah arah Boulevard hingga di depan Korem 131 Santiago.

Kerasnya jalanan sudah menjadi kawannya sehari-hari.

Hampir ditabrak, bahkan kena ocehan pengendara.

Ia bersyukur, lalu lintas di Zero Point yang sudah teratur memudahkannya.

Yari kadang jengkel, sudah capek-capek menyapu, ada yang buang sampah sembarangan.

Baik pejalan kaki, tapi paling sering dari mobil.

Ia jengkel, mereka tak punya kesadaran.

"Lewat, tiba-tiba buang sampah dari mobil. Terpaksa harus saya ambil. Kalau diperingatkan, mereka malah membalas marah. Bahkan mereka teriaki saya sudab digaji buat bersihkan sampah. Susah juga, kesadaran kurang," ujarnya.

Setiap hari, tanpa hari libur, Yari menjalankan pekerjaannya.

Ada dua shift.

Pukul 05.00 Wita hingga pukul 10.00 Wita, serta pukul 14.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita.

Ya setiap hari, tanpa libur.

"Kalau hari raya, kerja dulu baru merayakan. Puasa juga tetap jalan. Karena aturannya kan begitu. Kalau tak mau kehilangan pekerjaan ya harus jalani," ujarnya.

Paling menyulitkan bagi Yari adalah ketika hujan badai. Mau tak mau ia tetap kerja. Lengkap dengan jas anti hujan. Sampah juga lebih sulit diangkat saat hujan.

"Plastik-plastik, daun, kertas. Pokoknya semua harus angkat. Biar sudah menempel-nempel. Kalau tidak, kami akan dapat teguran," ucapnya.

Pemerintah Kota Manado mempekerjakan penyalu jalan di sejumlah titik. Mereka mendapat gaji setara UMP. Tanggung jawab kebersihan ada di pundak mereka. Manado yang kotor bukan menjadi dambaan mereka.

Seperti Yari, ujung tombak kebersihan Kota Manado. Ia ingin tak hanya ia dan penyapu jalan lainnya yang ingin kota ini bersih. Ia juga mau masyarakat sadar akan kebersihan.

"Percuma kami menyapu siang malam, kalau masih banyak yang buang sampah sembarangan. Kami memang digaji untuk menyapu, tapi masyarakat juga harus sadar kebersihan," ucap Yari penuh harap, sambil melanjutkan pekerjaannya.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved