Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kembang Api 'Bawang-bawang' demi si Buah Hati

Demikian juga dengan Jimi Saladi (22). Dia mengaku tak membudgetkan besar-besar untuk membeli kembang api.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor:
tribun manado/andreas ruauw
Lapak-lapak penjualan kembang api bermunculan jelang pergantian tahun baru, sepeti di Kawasan TKB. Pedagang rata-rata mulai berjualan mulai Oktober hingga malam pergantian tahun. Foto diambil 7 Desember 2017. 

Laporan
Jean Kalengkongan

TRIBUNMANADO.CO.ID - Rabu (27/12/2017) siang, Febri, warga Winangun, sengaja datang ke toko milik Franky Manoreka di Jalan DI Panjaitan, Manado.

Anak laki-lakinya merengek dan minta dibelikan kembang api.

"Hanya membeli kembang api yang kecil kecil untuk anak. Kalau membeli yang besar besar terlalu mahal," kata dia.

Demikian juga dengan Jimi Saladi (22). Dia mengaku tak membudgetkan besar-besar untuk membeli kembang api.

Apalagi anaknya masih kecil. Namun, ia juga tetap ingin menyenangkan anaknya di pergantian tahun baru tersebut.

"Saya hanya membeli kembang api dengan buget Rp 50 ribu. Untuk anak saya.

"Karena masih kecil, jadi hanya membeli yang bunga api. Air mancur dengan ‘bawang-bawang’," kata Jimi.

Jelang tahun baru, pedagang kembang api biasanya mereguk untung.

Hanya dalam hitungan tiga bulan hingga tahun berganti, omzet penjualan mereka bisa bernilai miliaran rupiah.

Seperti Fahlil, distributor sekaligus penjual kembang api di Kawasan Pasar 45.

Kendati tak seramai tahun-tahun sebelumnya, Fahlil tetap optimistis ia bisa mencapai omzet Rp 3 hingga 4 miliar.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved