Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

UMP Luar Jawa Tak Kompetitif, Begini Perbandingannya

Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan Pulau Jawa masih akan jadi andalan sentra manufaktur berorientasi ekpor.

Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Pontianak /ali anshori
UNJUK RASA-Ratusan karyawan perusahaan perkebunan PT SMS saat melakukan aksi unjuk rasa di kantor mereka di Ella Ilir Senin (16/12), mereka menuntut kenaikan upah dan transparansi manajemen. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan Pulau Jawa masih akan jadi andalan sentra manufaktur berorientasi ekpor.

Sebab katanya, dibandingkan beberapa negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh hanya Upah di Pulau Jawa yang bisa bersaing.

"Kalau di luar jawa memang tak kompetitif untuk padat karya berorientasi ekspor. Dibandingkan Vietnam, hanya Jawa mungkin yang masih kompetitif," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/12).

Sekadar informasi, empat Provinsi di Jawa, kecuali DKI Jakarta dan Banten memiliki UMP terendah se-Indonesia.

Dari data Kementerian Ketenagakerjaan, tahun ini UMP terendah ada di Yogyakarta senilai Rp 1.337.645, disusul Jawa Tengah senilai Rp 1.367.000, Jawa Timur senilai Rp 1.388.000, dan Jawa Barat senilai Rp 1.420.624. Sementara Banten Rp 1.931.180, dan DKI Jakarta Rp 3.355.750.

Kata Andry sebaran upah memang membatasi tumbuh kembang Industri secara spasial. Tak hanya komparasi Jawa dan Non Jawa, di Jawa sendiri ia mulai melihat adanya pergeseran.

Jateng dan Jatim yang miliki UMP lebih rendah dibandingkan Jabar maupun Banten disebutkan Andry lebih pesat pertumbuhan industrinya.

"Upah di daerah industri Jabodetabek jadi lebih tinggi. Jatim dan Jateng memang memiliki keuntungan dari sana karena di Jawa karakter industri manufaktur nya sama, misalnya tekstil," sambungnya.

Meski demikian, ditambahkan Andry upah yang rendah tak serta merta menarik investasi, khsusunya Foreign Direct Investment (FDI).

Regulasi masih jadi pertimbangan utama investor asing menanam modalnya di Indonesia. Soal upah dan infrastruktur bisa jadi nomor sekian.

"Ada riset dari Japan Bank for International Cooperation (JIBC). Mereka menanyakan perusahaan manufaktur asal jepang untuk berinvestasi di Asia. Nah Indonesia itu tergeser oleh Vietnam karena faktor paling utamanya soal ketidakjelasan regulasi," papar Andry. *

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved