Kabar Bocah 1 Tahun yang Divonis Mati, Ini Penjelasan Dokter RS Budi Mulia Bitung
Pihak RS memberikan tanggapan terkait kabar Alfaro Toesang berusia satu tahun menderita radang otak yang sudah divonis mati oleh dokter.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Pihak Rumah Sakit Budi Mulia Bitung memberikan tanggapan terkait kabar Alfaro Toesang berusia satu tahun menderita radang otak yang sudah divonis mati oleh dokter.
Dokter RS Budi Mulia Bitung, Hendri membenarkan Alfaro Toesang penderita radang otak pernah di rawat di rumah sakit tersebut. "Memang dia dirawat disini," kata dia.
Diungkap Hendri, penanganan Alfaro sudah sesuai prosedur. Pihak rumah sakit menangani Alfaro, kemudian memberi opsi rujuk ke Rumah Sakit Kandou.
"Namun keluarga berkeras pulang," kata dia.
Atas dasar itu, kata dia, dibuatlah surat pernyataan pulang atas keinginan sendiri. Surat itu dibuat sesuai aturan yang berlaku.
Ia membanta ada dokter yang memvonis anak tersebut tak bisa tertolong.
"Tak ada dokter yang katakan seperti itu," kata dia.
Kadis Kesehatan Bitung, Frangky Soriton mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan pengurusan BPJS untuk bocah tersebut.
"Petugas pun sudah turun ke rumah sakit," kata dia.
Sebelumnya, Ibunda Alfaro, Meriati mengaku dokter rumah sakit tersebut sudah memvonis bayi tidak akan hidup lama.
"Kami sudah disuruh tanda tangan bahwa anak ini sudah tidak bisa selamat," kata Mariati.
Dikatakan Mariati, sesungguhnya masih ada 1 persen kemungkinan Alfaro hidup. Syaratnya harus dibawa ke RSUP Kandou Malalayang.
"Namun biayanya mahal Rp 1 juta perhari," ujar dia
Sebut dia, sang anak memang tidak masuk BPJS. Saat anak tidak tercatat waktu pemidahan dari Jamsostek ke BPJS.
Sebut dia, awalnya mereka datang berobat di Puskesmas Bitung Barat. Kemudian, Jumat lalu, dibawa ke RS Budi Mulya.
Di sana, kata dia, sehari harus bayar biaya bangsal sebesar Rp 250 ribu, biaya obat serta oksigen.
"Kami jual harta, berutang demi anak ini," kata dia.
Mariati mengatakan, sang suami hanya buruh lepas dan ia hanya ibu rumah tangga.
Sang suami beberapa kali tidak masuk kerja demi merawat anak mereka.
Dari dokter, Mariati mengetahui jika hidup anaknya tak akan panjang.
"Ia disebut hanya punya peluang kecil untuk hidup," ujar dia
Mariati mengaku kini hanya bisa berdoa. Ia ingin menemani sang anak, dari saat sakratul maut hingga malaikat maut benar- benar datang.
"Tapi saya percaya mujizat, Tuhan maha besar," ujar dia.
Kabar derita bocah berusia satu tahun, Alfaro Toesang, Warga Pakodoodan, Kota Bitung sampai ke telinga First Lady Bitung Khouni Lomban Rawung.
Kondisi penderita penyakit radang otak (meningitis) mengusik hatinya.
Tak berapa lama setelah penderitaan Alfaro tersiar melalui Tribun Manado, istri tercinta wali Kota Bitung Max Lomban pun langsung turun tangan.
Khouni menalangi dana BPJS milik Alfaro.
"Begitu membaca berita itu saya terketuk, langsung saya bertindak, mendatangi orang tuanya dan membantu," kata Khouni.
"Saya terenyuh, ada ibu yang anaknya berada di sakratul maut, namun tak bisa buat apa-apa. Selain berdoa dan berserah pada nasib," kata Ramlan Ifran.
Tak lama kemudian, anggota DPRD Bitung dari partai Nasdem, Ramlan Ifran ambil bagian. Dia juga menalangi dana BPJS Alfaro.
Atas jasa keduanya, bayi Alfaro akhirnya bisa dirujuk ke Malalayang