Kecelakaan Tragis - Mami 18 Tahun Melayani sebagai Pelsus
"Almarhumah adalah sosok yang harus jadi pola anutan. Suka bergaul, supel, dan aktif melayani,"
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Aldi Ponge
Mereka melayani Kolom XIV terdiri dari 29 Kepala Keluarga dengan 92 jiwa
18 Tahun bukan waktu yang singkat, bahkan kata Penatua Joy, Desterina sudah melayani bersama ayahnya dulu.
"Almarhumah sudah empat periode melayani sebagai pelsus, tahun depan harusnya memulai pelayanan periode ke lima, tapi Tuhan punya rencana lain," kata Joy.
Korban dekat dengan semua kalangan di jemaatnya dan dipanggil Mami.

Mami erat dengan sosok ibu. Mungkin, kata Joy, karena sosok keibuannya, maka Syamas Desterina dipanggil Mami.
"Kami panggil Mami, karena mereka (warga) suka panggil begitu. Ia figur ibu yang dikagumi," ujarnya.
"Almarhumah adalah sosok yang harus jadi pola anutan. Suka bergaul, supel dan aktif melayani," kata mantan lurah ini.
Sebelum peristiwa tragis itu, rencananya Mami dari Kantor Dinas Pendidikan akan mengikuti latihan paduan suara. Tapi ternyata maut lebih dulu menjemput.
Joy mengaku syok ketika menyaksikan tubuh tak bernyawa rekan pelayanannya itu terkapar di jalan.
Ia buru-buru datang ketika dikabari musibah di Jalan Hasanudin itu.
"Saya kurang sehat ketika ditelepon teman dari Badan Pekerja. Kabar ini mengejutkan. Saya ingin cari tahu kebenarannya. Saya langsung naik motor untuk mengecek ke lokasi kejadian," ujarnya.
Saat menyingkap kertas yang menutupi tubuh korban, Joy mengaku syok.

Corry Tendean, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Manado pun ikut merasa kehilangan.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado melayat ke rumah duka di Kelurahan Tuminting, Rabu (22/11/2017) malam.
Ia mengaku syok pertama kali mendengar kabar tragedi ini.