Erdogan: Turki Obat untuk Masalah Uni Eropa
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, keanggotaan penuh Turki di Uni Eropa sebagai 'obat untuk penyakit kronis' untuk masalah UE.
TRIBUNMANADO.CO.ID, ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, keanggotaan penuh Turki di Uni Eropa sebagai 'obat untuk penyakit kronis' untuk masalah UE.
Turki mengajukan keanggotaan masuk UE sejak tahun 1987. Mereka memulai perundingan dengan UE pada tahun 2005. Namun, perundingan antara kedua belah pihak hampir dibekukan selama bertahun-tahun di tengah hubungan timbal-balik yang tegang.
"Eropa tanpa Turki hanya akan menghadapi isolasi, putus asa dan perselisihan sipil. Turki tidak membutuhkan Eropa. Eropa yang membutuhkan Turki," kata Erdogan, dalam sebuah acara di Ankara, pada hari Selasa (24/10/2017) seperti dikutip dari aljazeera.com.
"Neo-Nazi begitu kuat sehingga mereka adalah mitra koalisi yang menuju azabnya," katanya, mengacu pada keuntungan sejumlah partai sayap kanan dalam pemilihan baru-baru ini.
"Eropa membunuh prinsipnya sendiri dengan tangannya sendiri akan memiliki masa depan yang gelap."
Komentar Erdogan memunculkan ketegangan tinggi antara UE dan Turki.
Pejabat Turki dan Eropa telah melakukan perang kata-kata. Ankara menuduh anggota UE mendukung "terorisme". Politisi Uni Eropa menuduh memburuknya kondisi demokrasi dan hak asasi manusia di Turki.
Pada bulan September, dalam debat di televisi sebelum pemilihan parlemen Jerman, Kanselir Angela Merkel mengatakan bahwa Turki seharusnya tidak menjadi anggota Uni Eropa.
Dalam sebuah pertemuan puncak pekan lalu di Brussels, para pemimpin Eropa meminta Komisi UE, badan eksekutif blok tersebut, untuk pertimbangkan lagi finansial bagi negara itu.
Erdogan mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk berpikir sehat mengenai isu-isu yang berkaitan dengan Turki.
"Meskipun mereka tidak ingin melihatnya, Turki dan keanggotaan penuhnya adalah obat untuk masalah kronis mereka."
Turki dan Uni Eropa telah bekerja sama dalam isu-isu seperti krisis pengungsi, keamanan dan perang Suriah. Sikap Ankara telah membuat beberapa negara anggota UE ragu. *